Part 25

8.3K 415 17
                                    

"Mama!!!!!!!!"

"Rhalin, Raffa.."

"Mama pulang yukk, Ayin capek.. Bareng papa tapi"rengek Rhalin

Khanza masih belum dapat menguasai dirinya. Tubuhnya menegang sampai seseorang melingkarkan tangannya di pinggang Khanza

"Ayo Khanza.. Anak-anak sudah lelah"

*

"Ayin senang deh papa udah pulang kerjanya. Ayin kangen sama papa. Ayin pengin main bareng papa"Rhalin bercerita sambil duduk dipangkuan pria yang dipanggilnya Papa itu.
Saat ini mereka sudah sampai di rumah Khanza dan berada di kamar Rhalin

"Papa juga kangen sama Rhalin. Papa juga pengin main bareng Rhalin dan Raffa. Maaf ya, dulu papa terpaksa jauh dari kalian. Tapi sekarang papa janji akan selalu menemani Rhalin disini"

"Papa janji?"tanya gadis kecil itu dengan mata berbinarnya

"Papa janji sayang.. Yasudah Rhalin belajar dulu ya, papa keluar sebentar"

"Papa mau kemana? Jangan tinggalin Ayin papaa"rengeknya

"Papa tidak akan meninggalkan Rhalin lagi. Papa hanya keluar sebentar. Nanti papa akan kembali lagi kesini. Sekarang Rhalin belajar dulu, OK?"

"OK Papa"

*

Setelah meninggalkan Rhalin di kamarnya, pria itu berjalan ke ruang tengah dan mendapati seorang bocah kecil duduk bersandar disebuah ayunan besi. Pandangannya kosong seakan ada yang bercokol dikepala tampannya.

Pria itu menundukkam badannya dan menatap pria lain didepannya. Dia menyentuh tangan bocah itu namun tiba-tiba dielakkannya.

"Raffa.."

"Jangan menyentuhku!"ucap bocah kecil yang bernama Raffa itu.

"Raffa ini Papa nak.."

"Aku tidak mengenalmu. Siapa kamu? Apa kita pernah mengenal?"Ucap Raffa berbicara seperti orang dewasa

"Raffa.."ucapnya sedikit terkejut

"Kenapa kamu kesini? Kamu hanya bisa membuat mama ku menangis dan bersedih. Kamu membuat kakak ku menangis menginkanmu. Dan kenapa kamu baru datang sekarang? Aku tidak menyukaimu!"Raffa membentak pria itu kasar

"Raffa, maafkan Papa nak. Papa menyesal jauh dari kalian dulu.. Papa benar-benar menyesal.. Papa akan menebus semua kesalahan papa. Papa tidak akan membuat mama kalian menangis lagi. Papa akan menjaga kalian setiap harinya. Papa mohon maafkan papa Raffa"pria tersebut memohon dan nyaris menitikkan air matanya

"Jangan menangis didepanku. Aku tetap tidak akan memaafkanmu. Ucapan maaf mu tidak bisa mengembalikan air mata mamaku bukan? Sekarang pergilah dari sini. Aku tidak ingin bertemu denganmu"ucap Raffa dingin

"Raffa, papa mohon maafkan papa"

"Aku tidak ingin melihatmu lagi!!"pekik bocah itu dan berlari meninggalkannya

"Raffa!!!"teriaknya berusaha menyusul Raffa namun langkahnya terhenti disaat bocah tersebut membanting pintu kamarnya.

"Kau apa kan anak ku?"

Suara dingin itu membuat Pria itu menolehkan pandangannya.

"Khan..Khanza?"

"Kau apakan anakku, Tuan Sakti Putra Greedy?"ulang wanita yang tak lain adalah Khanza kepada Sang Pria-Sakti-

"Khanza aku bisa menjelaskan semuanya.. Aku--"

"Pertama aku mengizinkan kau disini adalah karena putriku, Rhalin.
Kedua, aku hanya mengizinkan kau Menginap, bukan Menetap.
Ketiga, selama kau ada disini ku mohon supaya tidak membuat keributan. Ingat, kau hanya tamu dirumah ini. Tidak lebih!"

"Khanza, aku hanya mencoba memperbaiki semuanya.. Ku mohon jangan mempersulit keadaan"

"Aku tidak menyulitkan keadaan justru kau yang mempersulit semuanya. Hidupku sudah tenang selama kau pergi dan kenapa kau harus kembali?"

"Tenang? Tenang katamu? Raffa, putramu sendiri yang mengatakan kau sering menangis dan bersedih. Kau bilang kau masih tenang tanpa diriku?"Sakti berujar sarkasme memukul telak Khanza

"Bagaimana aku tidak akan menangis sedangkan putriku selalu menangis mengingkan ayahnya. Bagaimana aku tidak akan bersedih disaat Dia menceritakan tentang teman-temannya yang selalu ditemani ayahnya setiap pergi sekolah. Seharusnya kau berpikir dari awal. Dan seharusnya kau tidak perlu ada dihidupku. Untuk pertama kalinya, aku menyesal menjadi bagian keluargamu!"ucap Khanza kasar membuat Sakti bungkam

"Kau disini hanya karena Rhalin, bukan lebih. Jadi jangan banyak berharap"ucap Khanza meninggalkannya

"Bagaimana jika aku ingin memperbaiki semuanya?"

Ucapan Sakti menghentikan langkah Khanza.

"Tidak ada yang perlu diperbaiki"ucapnya dan benar benar pergi

*

"Ayin suka seperti ini. Pulang sekolah dijemput papa. Belajar ditemani papa. Makan malam bareng papa. Nanti temani Ayin bobok ya Papa"Rhalin berceloteh sambil mengunyah makan malamnya.

Saat ini mereka sedang makan malam bersama. Semuanya lengkap.
Sakti yang sedari tadi tersenyum sambil menatap orang-orang yang dikasihinya. Rhalin yang berceloteh gembira karena kepulangan sang ayah. Rhaffa yang menghabiskan makan malamnya dengan tenang dan tanpa suara. Serta Khanza yang memasang wajah datar sambil sesekali tersenyum menjawab pertanyaan Rhalin. Ruang makan ini sebenarnya terasa hampa. Hanya tawa dan cerita Rhalin yang membuat ruangan ini sedikit lebih hidup.

"Pa, jangan pergi lagi ya. Jangan tinggalin Ayin lagi. Ayin, Affa dan mama sedih jauh dari papa"ucap Rhalin polos yang membuat Khanza hampir tersedak namun dia berusaha menetralkan perasaannya

"Papa janji sayang.."ucap Sakti menggenggam tangan mungil putrinya itu

"Besok Ayin mau cerita sama teman-teman kalau Papa sudah pulang. Pasti teman-teman iri sama Ayin karena punya papa setampan dan sebaik Papa Sakti. Daaannn Ayin juga mau cerita sama Daddy. Pasti Daddy senang.."ucap Rhalin bahagia. Sakti yang tadi tersenyum mendengar cerita sang putri tiba-tiba mengerutkan keningnya

"Daddy?"tanyanya bingung. Pikirannya mulai gusar

"Dia ayahku.."suara bariton khas anak-anak terdengar di ruangan itu membuat seisi ruangan mengalihkan pandangan pada lelaki kecil yang tadi bungkam sambil meneguk air minumnya

"Ihh Affa kok gitu.. Daddy kan cuma teman mama. Ayah kita kan papa.. Affa curang dehh"Rhalin menjawab perkataan sang adik

"Untuk Affa ayah Affa tetap Daddy. Tidak ada yang bisa gantikan Daddy. Selamanya Affa sayang Daddy. Kalau Affa jatuh dari sepeda selalu Daddy yang bantu Affa berdiri. Kalau Affa deman selalu Daddy yang suapin Affa makan. Affa sayang Daddy"tegas Raffa

"Affa jangan bilang gitu.. Dulu kan Papa lagi kerja buat Ayin sama Affa. Makanya Daddy yang jagain kita. Sekarang kan Papa sudah pulang. Affa harus sayang sama Papa. Affa harus hormat sama Papa. Affa ingatkan kata bu guru kalau membantah ucapan orang tua akan masuk api neraka. Affa harus nurut sama Papa kalau mau masuk surga bareng Ayin"ucap Rhalin polos

"Pokoknya Affa sayang Daddy dan Affa tidak suka Papa"ucap Raffa meninggalkan ruang makan itu

"Raffa!!"

Bersambung..

Sorry ya guys ngaret 1 hari bikos kemarin ada acara.
Sekarang silahkan lanjut baca cerita gajenyaa.
Maaf kalau makin ga nyambung wkwkws. Selamat membaca :*

Main HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang