Part 37

4.6K 238 19
                                    

-

Sesampainya Khanza di rumah Sakit yang langsung disambut pelukan sang putri. Rhalin memeluk sang ibu sambil menangis

"Mama.. Hiks.. Mama akhirnya datang"Rhalin menangis memeluk Khanza

"Sayang.. Mama meminta maaf sayang.. Mama melupakanmu selama ini. Mama tidak mengurusmu. Maafkan mama nak"Khanza memeluk Rhalin dan mengelus puncak kepala putrinya itu. Betapa jahat nya ia terlalu tenggelam dalam kesedihan sampai tidak menyadari bahwa putrinya ini membutuhkan dirinya

"Hikss.. Ini semua salah Ayin ma.. Ayin yang menyebabkan ini terjadi.. Ayin hikss Ayin salah ma.. Kalau Ayin tidak marah pada Affa, Affa tidak akan pergi dan ini semua tidak akan terjadi ma. Hiks.. Ayin minta maaf"

"Sstt.. Jangan menyalahkan dirimu sayang. Ini semua sudah takdir. Rhalin tidak salah. Mama sangat menyayangimu"

"Hiksss Ayin minta maaf.."

"Sudah jangan menangis. Nanti Ayin bisa demam. Ayin tidak mau membuat mama semakin sedih kan?"Bujuk Khanza sambil sesekali menyeka air matanya. Rhalin mengeleng menatap sang ibu

"Kalau begitu jangan menangis lagi.. Oh ya, kita ketempat Raffa ya, Mama ingin menemuinya"Khanza bangkit dan menggendong Rhalin ke dalam pelukannya. Ia menatap ruangan VIP yang tertutup rapat di depannya dan menarik napasnya berat. Ini sangat menyakitkan bagi Khanza.

Khanza membalikkan badan sebelum sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Keluarga Tuan Sakti Putra Greedy.. Tuan Sakti sudah sadar.."

Tubuh Khanza membeku seketika. Jantungnya serasa berhenti berdetak dan seluruh sistem saraf ditubuhnya berhenti bekerja.

"Keluarga Tuan Sakti Putra Greedy.. Tuan Sakti sudah sadar.."

"Keluarga Tuan Sakti Putra Greedy.. Tuan Sakti sudah sadar.."

"PAPAAAAA!!!"

Khanza baru tersadar setelah Rhalin melompat dari pelukannya dan berlari memasuki ruangan itu. Sementara Khanza masih terdiam ditempatnya mencerna perkataan yang terus terulang dibenaknya.

Kata-kata itu terus terngiang di kepalanya. Kata-kata yang selama ini selalu ia harapkan namun entah mengapa setelah ia mendapatkannya ia malah terdiam tak berkutik. Ini seperti mimpi baginya.
Lelaki itu, ia kembali bangun setelah hampir sebulan menutup matanya. Khanza tidak tahu harus berbuat apa

"Nyonya jika Anda ingin menemui pasien, Anda bisa masuk. Saya permisi. Jika terjadi sesuatu Anda bisa menekan tombol darurat di ruangan pasien"Dokter tersebut membuyarkan lamunan Khanza dan ia hanya mengangguk

"Terima kasih Dokter"Balas Khanza singkat dan ia terduduk di bangku tunggu di dekat ruangan itu.

"Khanza.."Khanza tersentak saat seseorang menyentuh lengannya

"Apa yang kau lakukan disini? Harusnya kau berada di dalam. Dia sudah sadar Khanza. Kau harus menemuinya"

"Bama.. Aa—Aku tidak bisa.. Maksudku aku tidak tahu. Aku tidak mengerti. Pikiranku kosong dan aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan"

"Apa yang terjadi denganmu Princess.. Jangan seperti ini. Kau harus tetap menemuinya. Aku akan menunggumu disini"Bama menuntun Khanza berdiri

"Tidak..tidak.. Aku belum sanggup bertemu dengannya. Aku belum memiliki keberanian Bama. Aku mohon bawa aku pergi dari sini"Khanza menatap Bama dengan penuh permohonan sehingga lelaki itu menganggukkan kepala dan membawa Khanza meningalkan tempat itu.

-

Khanza dan Bama duduk di sebuah bangku di taman Rumah Sakit. Bama tidak ingin membawanya terlalu jauh dengan alasan takut jika anak-anak mencarinya. Sebenarnya Khanza ingin menemui Raffa karena ia belum bertemu dengan putranya sejak kecelakaan waktu itu.

Main HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang