Part 17 - Sakti POV.

10.7K 448 31
                                    

-Sakti POV.-

Khanza baru saja melahirkan? Bagaimana mungkin? Kenapa bisa terjadi? Tentu saja terjadi, Bodoh! Dia sedang mengandung dan otomatis dia pasti akan melahirkan.
Tapi kenapa dia tidak memberi tahuku?

'Karena kau tidak pernah bertanya dan mempedulikannya sama sekali'

Aku tertegun atas apa pikiran yang melintas di hatiku. Ya benar, wajar saja jika dia tidak memberi tahuku karena aku tidak pernah menghiraukannya. Tapi setidaknya dia juga harus mengabariku karena akan sangat rumit jika ayah dan bunda mengetahui semuanya.

Aku meraih kunci mobilku dan melajukan ke arah rumah sakit yang diberi tahu oleh temanku, Jason.
Masih untung ada Jason yang sedang berkunjung ke rumah sakit lalu melihat Khanza sehingga dengan mudah dia mengetahui apa yang dilakukan oleh Khanza disana.

Aku mengambil kunci mobilku dan melajukannya ke arah rumah sakit yang dimaksudkan Jason.

Setelah memarkirkan mobilku, aku bergegas ke ruang inap Khanza. Aku meraih kenop pintu dan membukanya.

Namun beberapa saat aku membuka pintu ruangan ini, aku melihat pemandangan yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Khanza bersama seorang pria yang tak lain adalah pengusaha sukses kelas ku juga. Bama.

"Apa yang kau lakukan disini?"tanyaku datar memahan amarahku

"Aku? Aku disini atas kehendakku. Apa urusan mu? Bukankah hal yang biasa  jika aku mendampingi Khanza? Ohh maaf maksudku ISTRIMU?"Bama menekan kata terakhir yang diucapkannya. Aku menatapnya tajam

"Sialan! Menyingkir kau bren*sek!"aku mendorongnya sehingga membuat Bama tersungkur. Entahlah aku sangat kesal melihatnya berada disini

"Apa yang kau lakukan?!"

Aku terkejut mendengar suara itu. Suara yang tak pernah berbicara keras kepadaku namun kali ini memekik lantang hanya karena aku mendorong si Breng*ek ini. Apa sebenarnya hubungan mereka? Hubungan antara istriku dengan rekan kerjaku?

Mengetahui pikiran itu sudah menguasiaku, tanpa mempedulikan apapun lagi aku menatapnya tajam. Wanita yang teruduk di atas ranjang rumah sakit dengan sisa sisa lelah dan sakit yang tercetak jelas diwajahnya.

"Waw! Jadi sekarang kau berani melawanku?"aku mendekatinya lalu mencengkeram lengannya keras. Sungguh aku tidak ingin menyakitinya -lagi- tapi sadar dengan semua ini membuat emosiku memuncak

"Apa apaan ini! Lepaskan aku Kak Sakti!"pekiknya kesakitan namun tidak ku hiraukan

"Mentang mentang ada Si Bren*sek ini jadi kau sudah berani melawanku? Begitu? Bagus sekali. Perkembangan yang sangat baik"aku menatapnya tajam

"Kakak lepaskan kak. Sakit.."rintihnya semakin kesakitan

"Hei tidak sewajarnya kau seperti itu. Dia itu perempuan dan terlebih dia istrimu! Lepaskan dia"Bama, dia mendekati kami dan mencoba menarik lenganku. Aku menepisnya kasar

"Apa apaan ini? Apa hak mu untuk melarangku?"bentakku sambil menatapnya tajam. Ingin sekali rasanya aku melenyapkan pria sialan ini sekarang juga. Namun aku tidak ingin berurusan dengan polisi jarena sudah melakukan pembunuhan dirumah sakit

"Kak Sakti cukup!! Kau pikir siapa dirimu! Aku selalu sabar menghadapimu namun kali ini tidak lagi! Tidak lagi kak Sakti. Untuk apa kau datang kesini? Hanya untuk menyakitiku? Aku membencimu! Keluar dari sini"

Aku terdiam. Mengalihkan pandanganku kepada sosok yang masih duduk lemah diranjang itu. Pikiran ku melayang. Darimana dia mendapatkan keberanian untuk meneriaki ku? Ada apa ini? Apa yang sudah dikatakan Bama kepadanya? Aku diam tak lagi menatapnya

Main HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang