Part 34

4.3K 217 26
                                    

-

"Kau lama sekali. Sebenarnya papa dan mama saling menyayangi. Dan papa sangat mencintai kalian"

-

Sakti tiba-tiba muncul dan langsung merengkuh pinggang Khanza. Khanza mendelik dan menyikut Sakti sekuat tenaga

"Lepas.."bisiknya

"Rhalin sayang ayo kita memetik stroberi. Khanza jangan lupa bawa Raffa"ucap Sakti melepaskannya  dan meraih Rhalin dalam pelukannya

-

Khanza menasuki kamar Raffa dan mendapati putranya itu sedang tertidur. Mau tak mau ia pun ikut membaringkan tubuh bersama Raffa.
Dan tak lama kemudian pintu kamar terbuka dan terdengar langkah seseorang mendekat

"Jangan berpura-pura tidur. Aku tahu kau baru berbaring. Duduklah Khanza, ada yang ingin aku bicarakan"Sakti menatap Khanza yang masih memunggunginya

"Dimana Rhalin?"Khanza membuka suara

"Sedang memetik stroberi bersama pelayan. Tadi dia menunggumu makanya aku menyusul"

"Kembalilah kesana. Katakan aku sedang tidak enak badan. Raffa juga sedang tidur"Khanza masih tidak membalikkan badannya. Ia mengelus puncak kepala Raffa penuh kasih

"Aku ingin berbicara denganmu Khanza"

"Bukankah kita sedang berbicara? Aku malas berbicara berat"tolak Khanza halus

"Sebentar saja, ku mohon.."

-

Akhirnya disinilah mereka. Di sebuah gazebo di dekat perkebunan stroberi. Khanza hanya mengalihkan wajah dari tatapan Sakti.

"Apa yang ingin kau bicarakan?"Khanza membuka suara

"Aku hanya ingin berbicara dan ku harap tidak ada emosi disini"pinta Sakti

"Aku tidak ingin berlama-lama. Katakan apa yang ingin kau katakan"

"Aku minta maaf"ucap Sakti tiba-tiba. Sebenarnya Khanza sudah sering mendengar ini namun tetap saja ia terkejut mendengarnya

"Aku sudah memaafkan"balas Khanza pelan

"Aku tahu. Kau memang mudah memaafkan. Kau adikku yang manis"Sakti tersenyum menatap Khanza namun wanita itu tetap tidak menggubrisnya

"Lalu ada apa lagi?"

"Ku mohon berdamailah Khanza. Berdamailah dengan keadaan. Terutama Berdamailah dengan dirimu sendiri Khanza. Ku mohon.. Jangan lakukan ini. Jika ini hukuman mu padaku maka aku akan menerimanya. Tapi ku mohon Khanza, berdamailah dengan keadaan"

"Aku benar-benar menyesal. Kau tahu aku tersiksa selama ini. Aku tersiksa berjauhan denganmu dan anak-anak. Aku tidak sanggup tanpa kalian. Aku benar-benar menyesal Khanza"Sakti berucap lirih

"Jika ini caramu membujukku maka lebih baik kau melupakannya. Aku tidak berminat kembali padamu"ucap Khanza mulai kesal

"Bukan begitu maksudku. Aku hanya ingin  kau berdamai denganku"

"Aku sudah cukup berdamai Sakti. Jika aku tidak berdamai denganmu, maka aku tak akan pernah membiarkanmu menginjakkan kaki di rumahku sedetikpun. Jangan memaksaku untuk kasar Sakti"desis Khanza masih menahan emosinya

"Baiklah aku minta maaf. Lupakan perkataanku. Bagaimana kabarmu?"Sakti menarik napas panjang

"Aku baik"balas Khanza

"Syukurlah. Bagaimana hubunganmu dengan pria itu?"

"Maksudmu Bama? Aku dan dia baik-baik saja. Selama ini dia yang membantuku kapanpun dan dimanapun. Dia menjadi ayah yang baik bagi anak-anakku. Dan kulihat selama ini dia tidak pernah mengeluh"Jelas Khanza tanpa ekspresi

"Ya aku percaya itu. Tapi maksudku, apakah kau benar akan menikah dengannya?"tanya Sakti pelan

"Tentu saja iya. Sayangnya aku harus menunggu 4 hari lagi untuk memastikan kau tak akan bisa melakukannya"

"Apakah kau mencintainya?"tanya Sakti sedikit ragu

"Cinta? Apa itu cinta? Aku tidak butuh cinta. Tanpa cinta aku masih bisa bahagia. Dan satu-satunya cinya yang ku miliki adalah cinta anak-anakku"Khanza tersenyum miring

"Jadi maksudmu kau tidak mencintainya?"Sakti menatap Khanza tajam

"Aku bisa menikah dengan siapa saja Sakti. Aku wanita bebas, aku tidak terikat. Selagi dia mau menerimaku dan anak-anakku maka aku akan bersedia menikah dengannya. Dengan atau tanpa cinta"

"Kalau begitu aku mau menerimamu beserta anak-anak Khanza"ucap Sakti cepat

"Apa kau bercanda? Kau tidak sedang mengajakku menikah bukan?"Khanza mendelik

"Aku sudah mengajakmu berkali-kali dan kau menolakku berkali-kali"

"Kau sudah tahu lalu kenapa menanyakan hal yang sia-sia? Jangan membujukku Kak. Kau bukanlah apa-apa lagi bagiku"Khanza berdiri meninggalkan Sakti yang masih menatapnya dalam

"Khanza.."panggil Sakti dan Khanza mengentikan langkahnya meskipun wanita itu tidak membalikkan badannya

"Aku mencintaimu.."ucap Sakti pelan

"Terima kasih.."Balas Khanza dan ia melanjutkan langkahnya

-

Malam ini Khanza dan kedua anaknya sudah kembali ke rumahnya. Memang mereka tidak jadi menginap karena Rhalin tiba-tiba tidak enak badan. Mungkin ia terlalu berpanas-panasan.
Sakti sudah meninggalkan rumah mereka setelah Rhalin tertidur dan sekarang Khanza lah yang menemani mereka di kamar.

Khanza meraih ponselnya yang tiba-tiba berdering dan ternyata Bama yang menghubunginya

"Ya Bama?"

"Apa kabar princess? Kau sudah kembali dari puncak? Mantan suami mu itu benar-benar sudah gila. Bisa-bisanya ia menculikmu"

"Sudahlah Bama, biarkan saja. Dia berkata ingin berlibur bersama anaknya. Makanya aku diam saja"

"Baiklah princess aku minta maaf kalau begitu. Oh iya tadi kau bilang Rhalin sakit? Bagaimana keadaanya?"

"Dia sedang istirahat sekarang. Mungkin hanya kelelahan, disana ia sering memetik stroberi"

"Apakah badannya masih panas?"

"Tidak sudah lebih baik"

"Baiklah, besok aku akan kesana princess. Beristirahatlah, hari sudah malam dan jaga kesehatanmu. Kalau Rhalin sudah bangun katakan padanya aku merindukannya. See u princess, I love you"

"See you Bama"

-

BERSAMBUNG

Wah wah wah ini Khanza kok kayaknya Khanza masih setengah hati ya sama Bama. Gimana nih mau Sakti-Khanza atau Bama-Khanza???

Jangan lupa juga yaa baca cerita aku "It's Your Love" dan kasih votenya. Bisa dilihat di profil ku. Thank u guys💕

Main HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang