Part 10 - Rapuh

12K 484 32
                                    


Hallo guys.. Maaf baru muncul lagi.
Soalnya mood aku lagi-lagi memburuk. Ya kalian ngerti lah, aku ngetik itu terkadang modal mood mood-an. Jadi kalo mood udah ancur, ya endingnya gagal paham. *MaapkanAku
Yaudahlah ya, lanjut aja ke story nya.
Semoga masih ada yang suka ^_^

VOTE SEBELUM BACA PLIS!


*

Sakit, marah, kecewa.
Bagiku semua rasa itu bukanlah hal yang baru. Bahkan aku pernah merasakan yang lebih dahsyat dari itu.
Lelah. Ya, aku lelah. Namun aku bisa apa?
Ingin rasanya aku pergi, meninggalkan juta sakit dihati. Namun lagi-lagi perasaan berontak, apakah hanya segini?
Apakah hanya segini usahaku untuk mendapatkan kak Sakti?
Aku tahu hatinya keras bak batu. Namun tak ayal, batu juga bisa hancur oleh air yang terus menerus membasahinya.
Dan hati kaku suamiku, akan aku selimuti dengan jutaan cinta yang membuatnya menyadari keberadaanku.
Namun sepertinya itu tak berdampak apa apa lagi. Setelah semua perbuatan nya, setelah semua perkataanya, bagaimana mungkin hatiku utuh? Bagaimana mungkin hatiku tak tergores? Bagaimana mungkin hatiku tak hancur?
Ya, aku hancur.
Jawaban itulah yang aku cari selama ini.
Aku hancur untuk kesekian kalinya.
Aku terjatuh tanpa ada yang ingin meraihku lagi.
Aku hilang tanpa ada yang ingin mencariku.
Hatiku hancur olehnya.

-Yang mencintaimu,
Khanza.

Aku menutup buku yang biasa aku gunakan untuk menceritakan perasaanku. Semua kekecewaan yang ku rasakan tertampung dengan rapi dalam buku biru ini.
Betapa hancurnya aku.
Aku menghapus air mata yang lagi-lagi menetes.
Aku terlalu rapuh untuk hal ini.

Aku bangkit dan membenarkan wajahku.
Keadaanku sangat kacau saat ini.
Tak hanya memakiku, dia juga memaksaku untuk berhubungan dengannya dan tak jarang juga menggunakan kekerasan.
Dan hatiku hancur untuk kesekian kalinya.

Saat ingin membersihkan tubuh, aku mendengar ponselku berdering.
Akublangsung meraihnya dan melihat siapa pemanggil itu. Dan tak kusangka Bama lah yang menghubungiku.

"Hallo.."

"Hai, apa kabar?"

"Emh.. Aku baik. Ada apa kau menghubungiku?"

"Apakah kau sibuk hari ini?"

"Sepertinya tidak. Memangnya kenapa?"

"Jadi begini, aku ingin menghadiri acara pertunanganan teman lamaku, apakah kau mau membantuku mencari pakaian yang akan ku pakai? Aku tak terlalu ahli dalam hal itu"

"Oh baiklah, kita bertemu dimana?"

"Begini saja, kau tunggu aku dirumah mu saja. Biar aku yang menjemputmu dan silahkan kau kirim alamatmu"

"Ehh.. Ti.. Tidak.. Bukan begitu.. Maksudku, lebih baik kita bertemu di Cafe kemarin saja. Aku akan menemui mu disana nanti. Tunggu aku 1 jam lagi"

"Oh, baiklah. Sampai nanti, Khanza"

Aku menarik napas lega saat berhasil membatalkan niat Bama untuk datang kemari. Bukannya aku tak mau dia berkunjung, hanya saja aku tak ingin hal ini akan menjadi masalah untuk kami nantinya.

Aku memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.
Sepertinya aku harus bergegas karena aku berjanji akan menemuinya satu jam lagi.



*


Aku melangkahkan kaki memasuki cafe tempat yang ku janjikan dengan Bama. Aku mengedarkan pandangan dan menemukan pria berbadan tegap itu sedang menatap serius ke layar ponselnya. Sepertinya dia sedang sibuk.
Aku melangkahkan kaki mendekatinya dan dia langsung menoleh kepadaku.

Main HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang