Part 21

9.6K 439 21
                                    

Author POV.

Sakti memasuki kediaman orang tuanya dengan pandangan yang mulai menggelap. Ini adalah hari kedua sejak terakhir pertemuannya dengan Khanza. Pertemuan yang memang menjadi akhir dari segala usahanya. Sakti melempar berkas-berkas yang ada ditangannya ketika melihat surat yang bertuliskan Pengadilan Negeri ini. Sakti memang melepaskan Khanza tapi dia tidak berniat menceraikannya. Dan apa bedanya itu semua? Mereka tetap akan berpisah.

"Sakti.. Ada apa ini nak?"

Kyeza yang sedari tadi berada di taman menghampiri Sakti panik dan memeluknya mencoba menenangkan Sakti.

"Ada apa sayang? Katakan sesuatu. Apa kau sudah menemukan Khanza? Kenapa kau seperti ini nak"

"Aku telah gagal bunda. Aku gagal mempertahankan Khanza dan rumah tanggaku. Seksrang mereka benar-benar akan meninggalkanku"

"Apa maksudmu?"Kyeza melepaskan pelukannya dan menatap Sakti dalam. Sakti menunjukkan amplop yang tadi dikirimkan ke kantornya.

"Dia mengirimkan ini kepadaku. Bukankah dia benar-benar ingin berpisah denganku, bunda?"

"Astaga kenapa ini bisa terjadi? Sakti bunda yakin masalah ini masih bisa diselesaikan. Kita masih bisa memperbaikinya. Ayo kita temui Khanza"

"Tidak bunda. Aku sudah cukup menyiksanya dulu. Dan sekarang aku akan mengiklaskannya"

"Tapi Sakti, kenapa kau menyerah secepat ini? Kau menyerah bahkan sebelum kau mengusahakannya. Bunda yakin kita pasti bisa meyakinkan Khanza"bujuk Kyeza namun Sakti tetap menolaknya

"Aku memang tersiksa bunda. Namun jika itu membuat Khanza dan anak-anak kami bahagia, maka aku akan lakukan itu"

"Apa kau yakin?"Kyeza meminta jawabannya sekali lagi. Sakti mengangguk mantap

"Aku sangat yakin. Maafkan aku, bunda"ucap Sakti sendu

"Mungkin ini jalan yang terbaik. Kau harus iklas atas semua kejadian ini. Bunda yakin, cepat ataupun lambat mereka akan kembali padamu"Kyeza meyakinkan.

"Aku akan istirahat sebentar, bun. Kalau ada yang mencariku, katakan bahwa aku sedang tidak bisa diganggu"

"Baiklah. Istirahatlah nak. Nanti bunda bawakan makan siangmu"Sakti mengangguk dan bergerak ke arah kamarnya.
Kamar yang menjadi saksi bisu masa kecilnya.

Sakti kembali memasuki ruangan yang sudah hampir setahun ini tidak ditempatinya lagi. Dia membuka pintu yang berhubung langsung dengan balkon kamarnya dan segera menduduki kursi santai yang tersedia disana. Pikirannya kembali teringat beberapa tahun yang silam.

Flasback on..

Sakti tersenyum lebar sambil berjalan menuju taman belakang rumahnya. Tadi tak sengaja dia mendengar percakapan kedua orangtua nya. Sakti mendengar sebuah rahasia besar yang selama ini disimpan oleh keluarganya. Bahwa Khanza bukanlah putri kandung dari keluarga ini. Harusnya Sakti merasa kesal, sedih, dan marah bahwa adik kecil yang selama ini dia jaga, yang berbagi kasih dengannya ternyata tidak memiliki pertalian darah sedikitpun dengannya. Namun ini sangat berbeda. Sakti sangat bahagia bahkan dia ingin menyeruakkan kebahagiannya sampai seluruh dunia mendengarnya.

Sakti menatap punggung kecil yang saat ini tengah sibuk menata bunga-bunga dan duduk disamping pemilik punggung mungil itu.

"Hai. Kau sedang apa?"Sakti menyapa lawan bicaranya ramah. Seseorang yang sedang duduk disampingnya menoleh dan tersenyum manis

"Hai juga kakak. Aku sedang merapikan bunga-bunga ini. Ayah tadi membelikanku berbagai macam bunga. Aku sangat senang"jawabnya antusias.

"Aku juga senang mendengarnya"balas Sakti sambil tersenyum padanya

Main HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang