Part 23

8.4K 440 25
                                    


-

4 Tahun berlalu..

Sudah 4 tahun berlalu sejak hari itu, Khanza mencoba bangkit dari keterpurukannya. Masih ada Rhalin dan Raffa sebagai tumpuan hidupnya. Sekarang semuanya sudah membaik. Hubungannya dengan Bunda dan ayah nya, dengan nenek kandungnya, dan juga dengan Bama berjalan dengan lancar,

Rhalin dan Raffa juga sudah semakin besar. Bocah berusia 4 tahun itu sangat patuh kepada Khanza. Tak sekalipun mereka membuat Khanza kewalahan ataupun kesal. Khanza bukanlah tipikal wanita pemurung. Dia persis seperti ibunya -Auryn- yang sangat kuat. Dengan dukungan orang-orang terdekatnya, Khanza mampu melalui semuanya dengan baik.

Sudah 4 tahun berlalu, dan sekalipun ttak pernah lagi Khanza mendengar berita tentang pria itu. Khanza menutup rapat-rapat masalalu nya sehingga tak seorangpun yang mampu mengusik titik tersebut. Ya, sejak hari itu, 4 tahun yang lalu, Khanza memutuskan menutup semua kenangannya bersama Sakti. Membuang semua luka yang dipendamnya selama ini.

"Rhalin, Raffa ayo cepat bangun.. Kalian harus ke sekolah sekarang.. Mama juga ada meeting sayang.. Ayo dong bangun"

Hal ini merupakan rutinitas Khanza setiap harinya. Memasak, mencuci, membangunkan anak-anak sampai dengan mengantarkan ke sekolah adalah hal yang tak luput dari daftar aktivitas Khanza. Khanza melakukan semuanya dengan senang hati. Menurutnya, bersama Rhalin dan Raffa adalah kesempurnaan hidupnya

"Ehhh anak bunda ga boleh malas-malasan gini. Ayo cepat bangun"Khanza menarik pelan tangan Rhalin dan Raffa

"Daddy dimana Bunda?"Ucap Rhalin setengah sadar

"Daddy belum datang. Daddy akan kesini satu jam lagi. Ayo siap-siap. Nanti kalau kalian telat daddy marah lhoo, trus ga mau antarin ke sekolah lagi"bujuk Khanza

"Tapi masih ngantuk Bunda"rengek Rhalin

"Kakak.. Ga boleh gitu ihh, bunda ga suka anak-anak Bunda pemalas kaya" gini. Ayo cepat bangun abis itu mandi. Raffa ayo bangun nak"Khanza beralih membangunkan Raffa

"Baiklah Bunda.."

Yap, segampang itu. Sangat mudah membujuk Raffa. Diantara Rhalin dan Raffa, Raffa-lah yang paling mudah diatur. Dia akan menuruti apapun yang Khanza katakan. Berbeda dengan Rhalin yang harus putus urat dulu untuk meyakinkannya

"Kakak, ayo bangun.. Adek Raffa udah bangun tuh, sini bunda mandiin"

"No, aku sudah besar Bunda.. Malu kalau dimandiin terus sama Bunda"tolak Raffa. Khana terkekeh lalu mengangguk setuju

"Rhalin, ayo sayang.. Sebentar lagi daddy datang"

"Daddy beneran datang Bunda?"tanya Rhalin, Khanza mengangguk

"Lalu Papa?"tanya nya lagi membuat Khanza kelabakan harus menjawab apa

"Itu.. Papa.. Papa kan lagi kerja Sayang, nanti Papa pasti bakal ketemu sama Rhalin kok. Sekarang ayo mandi dulu.. Anak pintar"Khanza mengalihkan. Selalu begitu. Rhalin akan selalu menanyakan Papa-nya ketika pagi bangun tidur, dan malam sebelum tidur

"Tapi daddy kan juga kerja Bumda. Kenapa Daddy bisa ketemu sama Ayin sama Raffa tiap hari. Kenapa Papa ga bisa ketemu Ayin?"tanya Rhalin polos. Khanza menatap buah hatinya sendu.

"Papa kan kerja nya jauh sayang.. Suatu hari, Rhalin pasti ketemu sama papa kok"Bujuk Khanza

"Bunda janji?"

"Iya, bunda janji. Sekarang mandi dulu"

"Baklah Bunda.."Rhalin berlalu meninggalkan Khanza yang masih terdiam mendengar pertanyaan putrinya itu.

Main HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang