Part 30

4K 221 3
                                    

-

Khanza memasuki ruangan kerjanya setelah sampai ke kantor menggunakan taksi. Memang, Ia memilih turun dari mobil Sakti karena tak tahan berlama-lama dengan pria itu.

Khanza memejamkan mata sambil menarik napasnya kasar. Ia tak menyangka akan bertemu lagi dengan Sakti dan pertemuan ini benarlah sangat menyakitkan. Ia tak tega melihat Rhalin dan Raffa yang semakin tersiksa oleh keadaan ini.

Tiba-tiba Khanza teringat pada Bama. Ia merasa harus menghubungi Bama. Ia tidak yakin hubungannya dengan Bama akan baik-baik saja apalagi sudah ada Sakti saat ini. Khanza meraih ponselnya dan mengirimkan pesan singkat pada Bama

from : Khanza
to : Bama

'Apakah kau masih sibuk hari ini? aku tidak melihatmu di kantor dari kemarin. Jika kau punya waktu luang, aku harap kau bisa menemui ku di cafe biasanya. Aku menunggu mu jam makan siang..'

Khanza tau ini pasti akan membuat Bama bingung sekaligus terganggu. Akhir-akhir ini Bama memang terlihat banyak sibuk. Khanza sebenarnyapun tidak ingin mengganggu pria itu, tapi entah mengapa Ia merasa harus menemui Bama saat ini. Tak berapa lama ponselnya pun bergetar.

from : Bama
to : Khanza

'Of course, Princess. Aku selalu mempunyai banyak waktu untukmu. Aku akan menjemputmu nanti. See u'

Khanza menahan napas sejenak melihat balasan Bama. Pria itu selalu baik padanya. Bama selalu perhatian dan menjaga dirinya serta kedua anaknya. Khanza tak tega membuat Bama terluka. Walau Khanza yakin Bama menyayanginya hanya sebagai sahabat, tapi Khanza tak mungkin menyakiti pria itu. Apalagi tentang lamaran yang diajukan Bama padanya tahun lalu. Memang Bama saat itu menyatakan lamarannya karena Ia ingin menjaga Khanza dan kedua anaknya setiap saat. Bama ingin membahagiakan Rhalin dan Raffa serta menjadi Ayah mereka yang sebenarnya. Tapi Khanza tetap menolak lamaran Bama. Ia tidak ingin menikah lagi. Ia tidak ingin menjalin komitmen lagi. Dan Ia tidak ingin jatuh cinta lagi, karena sebenarnya ia masih mencintai pria itu.

Khanza menggelengkan kepalanya mengenyahkan segala pikiran tentang pria yang mengacaukan hidupnya itu. Tidak, Ia tidak akan mencintai pria itu lagi. Tidak akan pernah. Ia tidak akan pernah mencintai seseorang yang hanya memberikan kesakitan untuknya dan anak-anaknya.

Khanza membuka laptopnya memilih mengalihkan pikirannya dengan memulai bekerja. Terlalu lama tenggelam dalam lamunannya membuat Khanza semakin pusing.

-

"Halo Princess, maaf membuatmu menunggu lama.."

Bama berdiri dengan tampannya dibalik meja Khanza sedangkan Khanza hanya memutar bola matanya jengkel.

"Kau selalu telat, tuan pembohong!"keluhnya

"Aku sudah meminta maaf Princess. Tadi aku harus menyelesaikan proyek terbaru ku dan juga kau tau kalau di jam makan siang selalu macet, bukan?"

"Terserah kau saja. Sudah ayo pergi. Aku tidak punya banyak waktu, Bama"

"Kenapa terburu-buru? Kau lapar ya?"ledek Bama sambil tertawa geli

"Berhentilah menjadi pria menyebalkan atau aku akan meninggalkanmu disini!"Ketus Khanza dan langsung menutup pintu ruangannya menyisakan gelak tawa Bama yang masih dapat Ia dengar.

-

Tak berselang berapa lama mereka sudah sampai di Cafe yang sering mereka kunjungi jika makan siang seperti ini. Khanza hanya mengaduk milkshake strawberry nya sedangkan Bama menikmati kepulan asap dari cangkir kopi nya.

Main HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang