Part 8 - (Drama) Keluarga Bahagia

12.8K 441 16
                                    

Kak Sakti pergi bersama Ayse entah kemana. Meninggalkan aku sendiri disini. Dan untuk kesekian kalinya aku memang harus menyadari bahwa aku tak diinginkan olehnya.
Aku menangis meratapi nasib ku. Kenapa hidupku harus semenderita ini? Apa salahku?

Mama, Papa. Apakah aku memang memiliki kalian? Apakah kalian menyayangi aku? Lalu kenapa mama dan papa meninggalkanku?
Papa meninggal karena menyelamatkan kak Sakti, orang yang sangat membenciku. Lalu pantaskah aku mencintainya? Dia yang menyebabkan papaku meninggal.
Mama meninggal karena papa yang terlalu mencintai bunda. Sakit hati yang ditorehkan papa pun dibawanya sampai akhir hayat. Namun kenapa aku masih bisa menyayangi mereka?

Ingin sekali aku lari. Lari dari semua penderitaan ini. Namun rasanya aku tak mampu. Aku tak bisa meninggalkannya. Aku sangat mencintainya. Sejak cinta itu terpatri di hatiku, rasanya aku tak ingin pergi. Aku tak bisa meninggalkannya.

Aku bangkit lalu membersihkan meja makan yang ditinggalkan kak Sakti begitu saja. Ini baru permulaan. Aku akan terus berjuang meraih cintaku.
Akan ada masanya dimana aku akan menyerah lalu mengiklaskan semuanya. Namun bukan saat ini waktunya. Aku harus berjuang lebih keras lagi. Aku yakin, hati kak Sakti yang keras bisa dilunturkan dengan banyak cinta dariku.
Dan alasanku bertahan hanyalah karena aku mencintainya.

Setelah membersihkan ruang makan, aku kembali kekamar. Aku mengganti baju dan memoleskan sedikit bedak untuk menutupi wajahku bekas tamparan kak Sakti semalam.
Aku merindukan bunda, dan rencananya hari ini aku akan ke rumah bunda.

Setelah selesai bersiap-siap, aku keluar dari rumah dan memasuki mobil lalu menjalankannya kerumah orang tuaku. Tak membutuhkan waktu lama -karena memang rumah kami berjarak tak terlalu jauh- aku sudah sampai ke rumah bunda.
Bunda menyambutku dan langsung memelukku erat.

"Khanza, bunda sangat merindukanmu, nak.."bunda memelukku

"Aku juga merindukan bunda"balasku

"Ayo masuk sayang. Apakah kau sudah makan?"tanya bunda. Aku mengangguk padahal sebenarnya aku sama sekali belum makan. Aku hanya tak ingin membuat bunda khawatir

"Ayah dimana bun?"tanyaku

"Ayahmu masih di kamar. Dia akan keluar sebentar lagi"balas bunda. Aku hanya mengangguk.

Kami duduk di ruang keluarga tempat kami biasa berkumpul. Bunda mengajariku beberapa resep masakan dan makanan kesukaan kak Sakti.
Aku mendengarkan antusias pengajaran bunda walau sebenarnya aku sadar Kak Sakti sama sekali tak akan menyentuh masakanku.

Ketika kami masih berbicara, tiba-tiba sepasang tangan kekar memelukku dari belakang. Aku terperanjat kaget dan membalikkan tubuhku.

"Pagi sayang.."

Itu kak Sakti! Kak Sakti memelukku? Bagaimana mungkin dan bagaimana bisa dia ada disini?

"Astaga, yang pengantin baru. Ingat tempat dong nak.. Bunda mengerti kalian masih kangen-kangenan, tapi jangan disini juga.."balas bunda membuat pipiku merona

"Maaf bunda.."balasku

"Untuk apa meminta maaf sayang? Itu adalah hal yang wajar"bunda tersenyum

"Tapi kenapa kalian kesini tidak bersama?"tanya bunda. Aku menatap kak Sakti bingung. Kak Sakti berdehem singkat lalu melepaskan pelukannya. Sebersit rasa kecewa menghampiriku saat lengan kekar itu terlepas dariku.

"Tadi kami sengaja ingin bertemu disini saja bunda. Sebelumnya aku harus menemui teman-temanku untuk pengunduran jadwal penerbanganku. Jadi kami memutuskan untuk bertemu disini saja"jelas kak Sakti. Aku hanya mengangguk meng-iya kan.

"Sakti, kamu itu sudah menikah nak. Cobalah jangan terlalu memforsir tenaga. Kamu sudah memiliki istri dan akan menjadi ayah nantinya. Keluarga tetaplah prioritas utama"bunda menasehati kak Sakti. Aku hanya tersenyum tipis

Main HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang