Memori

2.6K 119 0
                                        

"Ingat sesuatu? Apakah ia mulai mengingat semuanya? Ide Adel memang hebat"

"K....kamu ingat a....apa?" Tanyaku gugup.

"Aku ingat, sesuatu. Tapi,"

"Tapi apa?" Tanyaku cepat memotong pembicarannya.

"Aku ngga tau, kalau aku coba buat mengingat lagi. Rasanya sakit" Ucapnya yang sedang memegangi kepalanya.

"Mampus gue, bodoh banget sih nja bikin kesalahan lagi sama Alfa"

"Sekarang sakit?" Tanyaku khawatir.

"Udah lumayan, tapi aku mau pulang aja deh nja. Aku butuh istirahat"

Akupun mengantarkannya hingga depan pintu pagr rumahku. Setelah itu mobil hitam milik Alfa lenyap dari penglihatanku.

"Rasanya udah lama banget ya gue ngga naik mobil lo fa"

Bukan berarti aku merindukkan mobil Alfa, tetapi aku merindukan masa - masa bahagia saat aku bercanda tawa dengannya didalam mobil itu.

"Halo?" Ucap seseorang di penghujung telepon tersebut.

"Del, gue harus apalagi?" Tanyaku pada sang penelepon tersebut.

"Lo udah lakuin apa yang gue suruh nja?" Tanya Adel.

"Udah, tadi ngga ada angin ngga ada hujan Alfa tiba - tiba dateng kerumah gue-"

"Alfa ngapain dirumah lo?" Tanyanya memotong pembicaraanku.

"Gue juga ngga tau, kata dia sih ngga tau kenapa dia bisa sampai didepan rumah gue dan juga-"

"Kok bisa dia inget rumah lo?" Tanya Adel lagi - lagi memotong pembicaraanku.

"Mangkanya dengerin cerita gue dulu, jangan dipotong - potong" Ucapku marah.

"Hehehe, sorry. Gue kerumah lo ajadeh, ngga seru kalau cerita di handphone" Ucapnya lagi.

"Okey, gue tunggu" Ucapku mengakhiri pembicaraan.

Akupun menutup sambungan teleponku pada Adel. Dan kembali duduk bukan diteras depan rumah tetapi diatas kasur empuk didalam kamarku.

Sembari menunggu Adel, akupun membaringkan tubuhku dikasur. Dan bersenandung sedikit lagu.

"Bodohnya diriku selalu menunggumu yang tak pernah untuk bisa mencintai aku. Oh tuhan tolonglah beri aku cara untuk dapat melupakan dia dan cintanya."

"Lo mau lupain Alfa, nja?" Tanya Adel yang sydah berdiri diambang pintu kamarku.

"Eh elo, bikin kaget ajadeh" ucapku sedikit marah.

"Hehehe, sorry. Ohiya lo beneran mau lupain Alfa?" Ucap Adel mengulang pertanyaanya lagi.

"Ngga lah, tadi tuh cuma iseng aja nyanyi sambil nunggu lo" Ucapku menjelaskan.

"Okey" Ucap Adel sembari berjalan perlahan pada kasurku.

"Okey, jadi tuh Alfa tadi-"

"Stop!" Ucap Adek yang sudah menempatkan jari telunjuknya dibibirku.

Aku heran dengan memandang Adel yang mengartikan kenapa-sih-lo?.

Ia tersenyum, oh tidak. Aku sadar akan senyuman khasnya itu.

"Iya, gue paham arti senyuman khas lo. Gue ambil makanan dulu didapur, lo mau minum apaan?" Tanyaku pada Adel.

Sudah kubilang aku sudah bersahabat dengan Adel sejak kecil, ia memang kurus tetapi ia sering "ngemil". Entahlah, memang sudah khas jika ia mendengarkan curhatanku sembari memakan sesuatu. "Biar lebih pahan ceritanya" itu alasan yang sering ia ucapkan padaku.

Show Me You CARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang