Luka Awal

4.9K 192 1
                                        

Aku masih menunggu disini, hingga kapan aku harus terus disini? Duduk sendiri di pinggiran taman ini. Melihat ke sekeliling, hanya ada mahasiswa yang lalu lalang berjalan tepat didepanku. Suara? Hanya ada bunyi air mancur yang berada tepat ditengah taman universitas ini.

Di ujung taman sebrang sana aku melihat seseorang. Ya, siapa lagi? Itu adalah kak Fatih. Ia tertawa bahagia, jika ia bahagia aku akan ikut bahagia juga. Tetapi, disisi lain aku merasa sedih. Sedih, karena bukan aku yang membuat ia tertawa bahagia, melainkan hanya orang lain.

Hingga kapan aku harus tetap disini? Memandangmu dari jauh? Itu yang hanya bisa aku lakukan. Walau sebenarnya hati ini perih melihat kau dengannya. Kurasa dengan mencoba tegar, bisa mmbuatku sabar, hingga akhirnya aku berdoa suatu saat bisa bersama denganmu.

---
"Kamu yakin mau ikut freelance?"

"Iya, saya yakin" ucapku dengan penuh semangat!

"Tapi, kamu masih kuliah loh? Free lancenya mau kapan?"

"Setiap hari saya kuliah, tapi setiap hari juga saya bisa. Rata - rata universitas masuk pukul 08.00 dan pulang pukul 15.00 saya bisa langsung ke toko ini, sampai toko tutup pukul 21.00 malam nanti"

"Baiklah, kamu diterima tetapi sebagai magang bukan free lance"

"Baik, terimakasih atas kerja samanya pak. Saya berharap saya bisa membuat anda puas"

Kini, aku kuliah sambil magang. Menambah penghasilan untuk membayar kuliahku. Karena, ayahku sudah tiada. Dan, ibuku juga bekerja, maka sebab itulah aku mengambil job disisi kuliahku.

Tidak seperti kebanyakan mahasiswa/i lain yang hanya tinggal meminta bayaran kuliah pada orang tuanya. Aku bekerja keras untuk mendapatkan uang setiap bulannya, kurasa gaji setiap bulan, bisa ditabung mungkin untuk membayar tuap semesternya.

Aku sudah berada di depan toko ini, cafe yang lumayan besar juga jika dilihat dari depan. Di dalam sana, terlihat pengunjung sangat ramai. Hei? Sepertinya ada yang aku kenal. Akupun masuk dan memakai efron dibajuku. Ya, aku menjadi pelayan cafe. Pelanggan pertamaku aku datangg! Oh tidak itu kak Fatih, sialan dia bersama kak Sheila. Aku berusaha memakai masker agar wajahku tak terlalu kelihatan. Setelah memakainya akupun berani untuk menuju meja nomer 5 itu walaupun sebenanrnya hati ini sakit.

"Saya pesan coffe latte 2 ya" ucapnya dengan suara khas yang sangat indah

"Lo, bukannya mahasiswi waktu itu ya?"

Sialan, penyamaranku sepertinya tidak berhasil untuk wanita iblis ini. Akupun membuka maskerku,

"Iya kak, ini aku Senja"

"Senja? Kamu ngapain disini?"

"Lo magang ya? Sambil mengibaskan rambutnya, Sheila berbicara dengan nada songong yang dibuat - buat.

"Iya aku magang disini, permisi aku ngga bisa lama - lama" aku pergi tanpa memperdulikan wajah mereka. Yang terakhir aku lihat hanya senyum ka Fatih yang menghiasi pandanganku. Hahaha, aku luluh lagi padanya.



"Duh, ini cara buat coffe latte gimana ya?"

"Susu dicampur sama biji kopi, atasnya lo kasih cokelat bubuk"
Dengan nada yang lembut. Iya dia adalah teman magangku. Tetapi, ia bekerja disini bukan magang.

"Eh, Alfa makasih ya"

"Sama - sama lo masih permulaan. Kata bos juga gue di tugas sin buat ngajarin lo selama magang disini"

"Okey, gue mau kasih ini dulu ya. Makasih Alfa"

"Iya"

Kini, ada beribu pertanyaan di otak kanan dan kiri gue "Yakin lo mau kasihin ini coffe latte?" "Emang nantinya hati lo ngga bakalan sakit lagi nja?" . Beribu pertanyaan yang mengusik pikiranku. Iyasih gue bakalan sakit hati. But, it's my work! Gue harus kasih ini coffe latte! Keburu dingin ntar complain lagi tuh nenek lampir sama bos gue, bisa berabe ntar! "Okey Senjaaa semangat!" Hanya itu kalimat yang muncul di otakku selama perjalanan dari dapur menuju meja kak Fatih.

Ko mereka berdua keliatan cocok banget buat jadi pasangan ya? Ngga, itu ngga boleh terjadi! Senja keep fighting!!!!

Mereka berdua sudah pergi dari cafe ini. Tetapi, pandanganku masih tertuju pada dua buah kursi tempat mereka dudukki tadi. Entahlah, melihat hal itu hatiku bertengkar, campur aduk, dan banyak lain halnnya. Setengah hati bahagia melihat mereka berdua dan setengah hati lagi hancur melihatnya.

Ehem. Suara dehaman yang membuatku kaget, suara itu berasal dari belakangku. Aku pun berbalik kulihat Alfa sedang tersenyum padaku. Ia mendekatiku dan berdiri disampingku.

"Yang tadi itu siapa?"

"Tadi?"

"Iya, pasangan yang duduk ditempat duduk itu, yang tempat duduknya masih lo liatin sekarang"

"Lah? Ko tau? Dari tadi perhatiin gue ya?"

"Iya perhatiin lah, ngga bagus buat pemula malah bengong kaya gini bukannya kerja. Untung guebaik jadi ngga dilaporin bos"

"Ohiya, heheh. Untuk kedua kalinya makasih Alfa!"

"Sama - sama Senja, udah sana kerja lagi"

"Oke"

---
Aku memandang langit. Ya, hanya ada bintang yang ada. Entah kemana sang rembulan pergi. Mungkin ia berada di bumi bagian lain.

Aku memikirkan hal tadi. Kejadian di cafe tadi. Ka fatih bersama dengan makhluk paling aku benci di Universitasku, makhluk paling bahagia yang bisa tersenyum bersama ka fatih. Kalian pasti tau ia siapa. Iya, siapa lagi kalau bukan Sheila, perempuan cantik di Universitas tapi hatinya licik bagaikan kelinci yang kalah lari dari kura - kura , yang sifatnya jahat layaknya duri mawar yang menusuk di jari. Bagaikan? Entahlah, terkadang ingin aku menjadi seperti ka Sheila. Tapi, apa daya? Terkadang aku malah ingin membunuhnya, karena sifatnya yang terkadang sesuka hatinya saja.

"Lama - kelamaan bisa depresi gue cuma gara - gara suka sama ka Fatih" susah juga ya, buat suka sama cowo ganteng kaya gini.

"Drtttt, drtttt, drttttt!" Handphoneku bergetar, pertanda ada notifikasi telepon yang muncul. Saat aku lihat, ternyata itu Alfa.

"Halo?" Ucapku dengan penuh rasa penasaran. Tumben banget dia telfon gue malem - malem gini.

"Senja, lo ada dimana?"

"Dirumahlah, ada kerjaan tambahan?"

"Ngga ada, cuma tanya aja. Takut kenapa - kenapa" maksud lo apaan sih fa? Ko jadi perhatian sama gue gini?

"Takut kenapa - kenapa? Maksud lo?"

"Tadi gue mimpiin lo. Di mimpi gue lo tabrakan"

"What? Ya ampun. Jangan sampai kejadian deh"

"Iya mangkanya gue kebangun dan langsung telfon lo. Syukur deh kalau lo ngga kenapa - kenapa"

"Iya, tapu tumben banget lo mimpiin gue?"

"Ngga tau deh ya heheh, gue mau tidur lagi ya Senja. Malem"

"Lah? Malah dimatiin? Tumben banget dia mimpiin gue? Apa dia suka sama gue? Tapi dari sikapnya di cafe biasa aja. Hhmm, mungkin gue nya yang terlalu ke-PD an kali ya? Makin malem ternyata ilusi dan khayalan gue makin... udahlah mending gue tidur aja!"

---
Hai! Makasih loh udah baca ceritanya. Tapi, votement nya jangan lupa kali wkwkwk. See you in the 6 chapter!

Show Me You CARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang