Keheningan masih tertera diantara aku dan Alfa. Apa yang harus aku ucapkan padanya? Apakah aku akan jujur saja bahwa aku memang menyukai kak Fatih? Seniorku di Universitas? Tetapi, aku dan Alfa baru mengenal selama satu bulan ini? Apakah aku harus memberitahukan hal itu? Memang, selama satu bulan ini kami menjadi pathner kerja yang baik dan aku pun terbuka padanya dalam hal pekerjaan. Tetapi, itu kan hanya dalam pekerjaan. Apakah harus dalam kehidupan pribadi ku juga?
"Senja, gue berasa lagi bicara sama tembok deh"
"Sorry, harus banget ya fa gue kasih tau lo tentang rasa suka gue sama senior gue?"
"Mmm" alfa bergumam
"Permisi, maaf pesanannya terlambat" ucap sang pelayan yang terlihat kelelahan itu.
"Iya ngga apa - apa kok mba. Makasih"
Pelayan itupun pergi dan akupun langsung memakan pesananku tadi. Kulihat wajah Alfa, seperti ada rasa kecewa. Mungkin karena aku tidak mmberitahukannya tentang seniorku? Ah, entahlah lebih baik aku makan saja. Tetapi, Memang penting jika ia tau urusanku? Alfa, kau memang lelaki aneh.
Akupun menikmati steak ku dan melihat ke arah pemandangan di depanku. Iya, pemandangam kak Fatih dan kak Sheila.Wajah itu? Mengapa ia terlihat bahagia sekali?
Bodoh. Mereka sedang berkencan senja.
Shit
Aku menunduk, melihat pemandangan itu membuat mataku lebih baik tertutup. Tetapi, percuma butiran itu tetap saja keluar dari kelopak mata ini. Ya,
satu tetes,
dua tetes.
Ini sih namanya gue lagi nangis. Ya ampun, hapus cepet nja. Jangan sampai si Alfa tau. Bisa gawat gue.
"Nja nih" memberikan sebungkus tissue kecil beraroma bunga yang aku sukai.
Ternyata dia tau gue nangis.
"Makasih fa" aku masih menunduk dan tak belum siap untuk mengangkat kepalaku dan melanjutkan makan lagi. Sulit bukan sulit lagi bahkan sangat sulit, seperti sudah tidak nafsu.
"Udah yuk nja. Gue yakin lo ngga betah disini. Gue juga jadi ngga nafsu makan liat lo nangis gitu. Udah yuk pergi aja"
Aku mengangguk dan meninggalkan uang di meja itu. Dan pergi meninggalkan Andi Home dengan luka yang begitu menyakitkan.
Aku berjalan tanpa melihat ke arah depan. Ya, aku masih menunduk sedari meja tadi dan..
Brukk!!
Aku menabrak seorang anak kecil manis ya, aku menabraknya. Terlihat marahan di wajah kecil itu tetapi dia marahnya tak terlihat begitu jelas karena wajahnya yang cantik.
"Maaf ya dek"
"Kalau aku ngga maafin kaka gimana?!!"
"Lah? Maaf dek, mama kamu kemana? Nanti kakak anterin ya ke mama kamu"
"Mama aku hilang, kalau kaka mau cariin mama aku nanti baru aku maafin"
"Beneran?"
"Iya"
"Yaudah deh kakak cari mama kamu dulu, yuk kamu ikut kakak"
"Okey" Kupegang erat lengan kecil itu dengan lengan kananku tetapi Alfa memegang lengan kiriku.
Hangat, ya lengan Alfa sangat hangat.
"Kalau jalan liat - liat dong nja. Jadi aja, harus cari orang tua ini bocah dulu"
"Yaelah, sorry fa. Ngga apa - apa kali. Kasian lagian dia, mamanya hilang. Jadi inget waktu gue kecil dulu"
"Yaudah, yuk cari biar kita cepet pulang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Show Me You CARE
Fiksi RemajaPada saatnya pangeran yang sudah kutunggu datang dengan segala kepedulian dan kasih sayangnya hanya untukku - Senja