Aku masih terdiam dikursi taman universitas yang sering sekali aku kunjungi. Menunggu seseorang yang sudah memiliki janji denganku sebelumnya.
Menunggu itu memang suatu hal yang menyebalkan.
Sudah hampir setengah jam aku menunggu disini, menunggu seseorang yang mungkin akan membuat hatiku hancur lagi, dan bodohnya aku masih saja tetap mencintainya.
"Senja! Maaf ya lama, tadi aku masih ada kelas soalnya." Ucap seseorang yang sudah kutunggu sedari tadi.
Aku tersenyum tipis, "ngga apa - apa kok kak. Jadi, gimana langkah awal buat comblangin Kaka sama Kak Sheila?"
"Mmmm, aku bingung nih nja. Awalnya kaya gimana, tapi kalau nyatain cintanya gimana aku udah tau"
"Jadi Kak Fatih, cuma ngga tau awalnya gimana?"
"Yap!"
Gue suka sama lo kak, tapi lo ngga sadar. Dan bahkan sekarang lo malah minta bantuin gue buat comblangin lo dan bodohnya gue malah terima aja. Gue masih cinta sama lo kak, sakit. Coba lo jadi gue, rasain sedikit aja. Gue sakit gimana..
"Jadi gimana awalnya nja?"
Aku menatap wajah Kak Fatih, tatapan menunggu kepastian sedangkan disini aku hanya memikirkan untuk tetap mencintainya walaupun sakit. Okey, mencoba menghilangkan rasa cinta itu memang tidak semudah membalikkan tangan.
"Gimana kalau kaka ajak aja Kak Sheila nonton?"
Bodoh! Mengapa aku menyarankan hal itu? Ah sial,
"Nonton ya? Okey deh. Aku chat dia sekarang ya nja?"
Secepat ini kak?
"I...iyaudah sekarang aja, lebih cepat lebih baik"
So i'm happy if you happy dear. I'm don't care if i'm hurt,
Kak Fatih sedang mengetikkan sesuatu di handphonenya. Dan tak lama senyum terukir diwajahnya. Dia lalu menoleh kearahku,
"Dia mau nja, yaudah gue ke mau ke parkiran ya. Katanya dia udah disana nungguin gue. Bye!" Lalu ia pergi meninggalkan ku sendiri disini, padahal sedari tadi aku menunggunya.
Cinta itu memang buta. Mencintai seseorang yang hanya membalas rasa sakit hati tapi bodohnya, masih saja tetap mencintainya.
"Sendiri aja?" Aku masih tetap melihat punggung Kak Fatih dari kejauhan, dan aku masih terduduk di kursi taman. Tak peduli seseorang yang sudah duduk disampingku ini.
"Lo kenapa nja?" Akupun menoleh kearah suara itu. Adel,
Ia sedang menatapku penuh arti. Adel memelukku,"Kalau mau nangis jangan disini nja, gue tau kok apa yang lo alamin sekarang. Gue udah paham banget mimik wajah lo itu mengartikan apa. Lo jadi mak comblangkan? Gue ngga bakal maksa lo lagi buat benci sama dia, rasa cinta itu memang tumbuh secara alami, jadi kalau lo mau benci sama dia juga lo tinggal tunggu waktu yang tepat ko, rasa benci sama suka itu beda tipis. Gue cuma bisa kasih lo semangat nja, lo sahabat gue. Lo kuat nja. Lo cewe terkuat. Semangat nja!"
Air mataku mulai turun menuju pipiku, aku menangis dalam diam. Adel melepaskan pelukannya. Ia melihat wajahku, menghapus air mataku dengan tissue yang ia keluarkan dari tasnya.
"Lo magang hari ini?"
Aku mengangguk sekilas. Saat kulihat jam yang terpakai di kanan kiriku, jarum pendeknya sudah menunjuk pada angka 13.40 cukup 20 menit lagi untuk menuju cafe.
"Yaudah sana nja magang, nanti telat lo"
Aku tersenyum sekilas, lalu memeluk Adel. Akupun membisikkan sesuatu pada telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Show Me You CARE
Novela JuvenilPada saatnya pangeran yang sudah kutunggu datang dengan segala kepedulian dan kasih sayangnya hanya untukku - Senja