Mencari Masalah >3<

66 7 0
                                    

"Aarrggh! Kenapa hidupku dihiasi hal-hal konyol seperti ini?" Ujarku sambil mengeluarkan sebatang coklat yang tersembunyi di antara tumpukan buku-bukuku.

Liona mendekat dan menyenggol pundakku seraya berkata, "Kenapa lagi, Neng? Dapet coklat?" Tanyanya dengan nada menggoda

Aku mendengus sebal mendengar ucapan Liona.

"Sejak kapan nama gue ganti?" Tanyaku sambil melotot ke arah Liona

"Habisnya lo juga sih! Dikasih coklat itu harusnya bersyukur! Ini malah marah-marah nggak jelas. Kalo gue jadi lo, gue bakalan berterimakasih sama yang ngasih tuh coklat. Lagian gue juga heran. Kenapa sebulan ini pasti tiap minggu lo dapet coklat. Lagian kalo diliat-liat mana ada sih cowok yang naksir sama lo? Yang ada mereka kabur liat kelakuan lo." Akhirnya ocehan Liona berakhir. Aku nggak akan tahan jika Liona masih melanjutkan ocehannya yang bisa-bisa ngebuat telingaku jadi merah padam.

"Bodo amat! Nih, makan aja coklatnya!" Kujulurkan tanganku yang masih menggenggam coklat itu ke hadapan Liona. Seperti biasa. Selama ini yang memakan coklat pemberian itu adalah Liona. Walaupun terkadang kalau aku lagi ada mood, ya aku makan sendiri coklatnya

"Yakin lo? Nggak nyesel?"

"Yakin gue! Biasanya kan lo juga yang makan coklat gue!" Tanpa berbicara lagi, Liona langsung meraih coklat itu dari tanganku.

>>>

Aku dan Liona berjalan beriringan menuju kantin. Melewati koridor yang dipenuhi murid-murid. Seperti biasa dan tidak berubah.

"Nanti lo mau makan nggak di kantin?" Tanyaku melepas keheningan

"Enggak. Gue masih kenyang makan coklat lo tadi. Dan gue kayaknya juga nggak beli minum. Niatnya cuman nganterin lo doang." Jawab Liona

Seketika aku berhenti, "Kenapa lo nggak bilang dari tadi?" Suaraku sedikit mengeras di akhir kalimat

"Lo nggak tanya juga." Jawab Liona santai dan dia masih berjalan menuju kantin. Tidak menghiraukan aku yang berhenti berjalan dengan wajah gemas. Kenapa dia tidak bilang kalau nggak pengen beli apa-apa. Padahal kan biasnya yang beli itu dia, dan aku hanya nganterin doang.

Aku segera berjalan mengejar Liona yang semakin jauh. Menariknya agar tidak berjalan ke kantin. Karena aku menemukan sebuah pemandangan yang tidak mengenakkan.

"Ikut gue!" Seruku sambil menarik lengan Liona

Liona yang tidak kuat melawan tarikanku hanya bisa menurut. "Lo mau kemana?" Tanyanya bingung

"Nyari masalah." Jawabku tanpa memandang ke arah Liona

Liona hanya diam. Aku tau dia sedang menyiapkan mentalnya untuk menyaksikan sebuah pertandingan.

BUG!!!

*Tepat sasaran* Batinku bangga

Laki-laki itu melepaskan buku yang ada di genggamannya. Tangannya beralih mengusap rahang mulutnya yang hampir saja berdarah.

"Lo ngapain lagi disini? Belom puas ganggu kesenengan gue?" Tanyanya dengan nada tinggi. Dan aku tau pasti Liona sedang menutup telinganya karena tidak berani mendengarkan adu mulut antara aku dengan laki-laki ini.

"Gue nggak akan pernah puas kalo lo masih gangguin ketenangan orang lain! Ngerti nggak sih lo?!" Jawabku nyolot

Laki-laki itu menunjuk ke arahku, "Lo nggak punya kerjaan laen apa selain mukulin orang, ha?!"

Aku melipatkan tanganku di depan dada dan memasang ekspresi dingin, "Harusnya gue yang tanya sama lo, Tommy Hamilton! Lo nggak punya kerjaan lain apa selain gangguin orang?"

WillingnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang