Bananabelle** >18<

30 3 0
                                    

Ava's POV
"Hey, Ra! Gak nyangka kita bakal ketemu disini." Sapa Rafa begitu kami sudah berada di dekat Naura. Rafa melemparkan senyum ramahnya pada Naura. Dan yang dilempari senyuman hanya bisa terkejut bahagia.

"Eh, Rafa! Iya ya gak nyangka kita bisa ketemu disini. Kamu sama siapa kesini?" Tanya Naura dilanjutkan dengan melihatku dan Liona.

"Ini mereka berdua." Jawab Rafa sambil menunjuk ke arahku dan Liona.

Aku hanya bisa diam dan melemparkan tatapan tidak suka. Begitu juga Liona yang sudah terlihat merah padam.

Tapi, dengan akting Naura yang handal, dia bisa jadi orang yang sok ramah. Seakan tidak ada apa-apa diantara aku dengannya. Semua ekspresi yang dipasangnya saat ini semata-mata agar Rafa tidak mengecapnya sebagai cewek sadis.

"Oh! Hai, Va! Dan hai, Li-ona? Pacarnya Jason kan?" Sapa Naura dengan tampang sok ramah.

"Hm." Balasku dan Liona berbarengan. Sungguh, aku tidak suka ada dia disini.

"Eh! Ayo masuk! Keburu ntar tambah banyak yang dateng." Ajak Rafa kemudian.

Rafa tidak menangkap kecanggungan antara aku dan Naura. Entah dia nggak tau atau apa, yang pasti akting Naura memukau sekalee.

Aku dan Liona berjalan dengan diam seribu bahasa. Sedangkan Naura memulai aksinya untuk mencari perhatian Rafa.

"Kok lo diem aja sih, Va! Gue udah sampek ubun-ubun nih mau nyari perhitungan sama Naura itu!" Bisik Liona.

"Gue juga nggak tau, Li. Gue bingung." Balasku acuh. Aku hampir tidak ada mood untuk menonton konser ini bersama Naura. Tapi demi sahabatku ini, aku rela untuk menahan amarah yang sudah membuncah.

"Awas aja kalau dia sampek ngapa-ngapain lo lagi! Gue gak akan segan-segan buat cerita ke Rafa. Semuanya bakal gue ceritain ke dia tanpa terkecuali!" Bisik Liona lagi sambil menggebu-gebu.

Aku merangkul pundak Liona, "Tenang, Li. Gue kuat." Ucapku meyakinkan.

Di dalam stadion yang megah ini, kami berempat mencari tempat duduk. Terlihat para fans merias wajahnya dengan berbagai macam bentuk. Ada juga yang membawa poster, memakai kaos bertuliskan Bananabelle, pokoknya memakai atribut bercirikan Bananabelle.

Aku, Liona, dan Rafa juga memakai kaos bertuliskan Bananabelle. Kaos ini adalah pemberian dari Liona. Katanya dia tidak ingin kalau kami memakai pakaian yang biasa ketika menonton konser ini.

Dan sekarang, Liona, aku, Rafa, dan juga Naura, duduk berdampingan. Masih seperti tadi, Naura berusaha mencari perhatian Rafa sepenuhnya.

Sedangkan Liona yang mengetahui raut wajahku yang mulai muak dengan tingkah laku Naura pun langsung mengajakku berbicara. Lebih tepatnya Liona yang berceloteh dan aku yang sesekali menimpali sambil menunggu konser ini dimulai.

Beberapa menit kemudian terlihat Naura berdiri dari tempat duduknya. Terdengar dia berpamitan kepada Rafa ingin membeli sesuatu.

Dia mulai melangkah melewati Rafa kemudian melewatiku. Tapi, entah salah siapa. Yang jelas bukan salahku, dia terjatuh di depanku. Sepertinya dia sedang ber-akting seakan-akan kakiku menyandungnya.

Tapi yang sebenarnya terjadi itu kakinya menendang kakiku tepat pada lukaku kemudian dia berpura-pura jatuh. Hebat sekali aktingnya. Lukaku yang dia tendang terasa berdenyut-denyut.

"Argh!" Geramku menahan rasa sakit di kakiku, "Kalo jalan pakek kaki woy! Mata juga dipakek!" Aku memarahinya sambil memegang lukaku. Untung saja lukaku ini tertutup oleh kain celana putihku. Jadi Rafa tidak bisa melihat kakiku yang terluka.

WillingnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang