Ava's POV
"Va, gimana kabar Kak Rafa?" Ucap Liona yang seketika membawaku back to earth. Kini aku dan Liona sedang duduk di kantin sekolah."Eh, apa, Li?" Tanyaku balik karena aku daritadi tidak memerhatikan pertanyaan darinya.
"Bengong mulu sih lo! Gue tadi nanya, gimana kabar Kak Rafa?" Jawab Liona sambil mendengus sebal karena aku yang daritadi keasyikan melamun.
"Rafa masih sehat kok. Baek-baek mah dia." Jawabku sambil tersenyum kecut. Aku dan Rafa masih berteman baik. Cukup baik. Hanya saja, ada yang tidak menyukai kedekatan kami.
"Kok muka lo gitu sih, Va? Gak enak ah! Cerita sama sohib lo, dong!" Komentar Liona ketika melihat wajahku yang lesu.
"Ada sebuah masalah." Ujarku malas sambil menopang daguku dengan tangan kananku. Sedangkan jari-jari tangan kiriku asyik mengetuk-ngetuk meja. Cappucino yang aku pesan saja hanya aku anggurkan di depanku.
"Masalah apa, Va? Gak biasanya lo punya masalah terus lesu gini." Sahut Liona memberhentikan kegiatannya memakan bakso yang dia pesan tadi, "Biasanya aja lo masa bodoh sama masalah lo. Atau mungkin ini masalah yang berat buat lo ya? Cerita laah sama gue." Sambungnya.
"Ada yang gak suka sama kedekatan gue dan Rafa." Ucapku mengedikkan bahu bingung dan menghembuskan nafas frustasi. Benar kata Liona. Nggak biasanya aku seperti ini. Tapi entah kenapa masalah ini membuatku bingung.
"Maksud lo?" Tanya Liona meminta penjelasan.
"Lo masih inget Naura?" Tanyaku.
"Masih." Jawab Liona sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Aku mulai menegakkan tubuhku. Menghembuskan nafas panjang.
"Naura nggak suka sama kedekatan kami. Maksud gue aku sama Rafa. Udah seminggu lebih ini dia sering ngancem gue buat ngejauhin Rafa. Tapi gue gak mau ngejauhin Rafa. Ya, walaupun kami hanya sekedar berteman, tapi gue gak bisa ngejauhin dia." Aku menyeruput cappucinoku sedikit sekedar untuk membasahi tenggorokanku yang tiba-tiba kering.
Aku melanjutkan ceritaku, "Lo masih inget kejadian waktu gue nebeng lo pulang sekolah beberapa hari lalu? Pasti lo masih inget. Gue nebeng sama lo kan gara-gara ban sepeda gue bocor. Bahkan dua-duanya bocor. Yaa lo tau lah. Gue aja udah cerita. Tapi, lo gak tau kan apa penyebabnya?" Aku menarik nafas sebentar dan menghembuskannya perlahan, "Naura. Dia yang nyabotase ban sepeda gue."
Mata Liona sukses membulat lebar, "Jadi dia nggak cuma ngegertak lo?" Tanyanya tidak percaya.
Aku mengedikkan bahuku lagi, "Dia bilang bakal ngelakuin apa aja biar gue gak deket sama Rafa."
"Ngeri banget sih dia jadi cewek! Dia bela-belain dateng ke sekolah kita cuman buat ngebocorin ban sepeda lo? Menjijikkan tau nggak! Emang dia suka sama Rafa?" Tanya Liona menahan amarah.
Aku mengangguk, "Yep. Dia suka sama Rafa. Bahkan sejak pertama kali Naura datang ke kampus Rafa. Cinta pada pandang pertama mungkin." Jawabku malas.
"Dan lo juga suka sama Kak Rafa." Ucap Liona sambil tersenyum. Tangannya menepuk pundakku sekali, "Gue dukung lo."
Aku tersenyum. Senyum paksaan, "Thank's, Li. Tapi gue gak tau Rafa suka sama siapa. Palingan disini tuh yang suka cuman gue doang."
"Astagaa Ava! Lo gak ngerasa? Selama ini dia deket banget sama lo! Masak iya dia gak suka sama lo?" Ucap Liona dramatis.
"Gak usah ngada-ngada deh. Tau apa lo isi hati Rafa?" Tanyaku sambil memutar kedua bola mataku. Liona menyimpulkan terlalu tinggi.
"Gue gak tau sih apa isi hati Kak Rafa. Tapi kan dia keliatannya juga suka sama lo." Ujar Liona disusul dengan suapan bakso terakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Willingness
Teen FictionAva : "Mungkinkah gue jadi separuh hidup lo?" Rafa : "Gue hampir berhasil sebelum semua itu terjadi." Jovan : "Lo yang paling gue sayangi semenjak Mama nggak ada." David : "Lo pelengkap hidup gue." Liona : "Lo sohib tersayang buat gue."...