"Harusnya lo gak perlu belain gue, beb. Malah lo yang dihina kan." Niko menepuk pundak Kesha.
Bagi Kesha, dihinapun tidak masalah. Setidaknya, gadis itu tau, bahwa ada bahu Niko yang selalu menjadi tempatnya bersandar.
"Kalau gue gak bela lo, siapa lagi yang bela lo?"
Niko diam, tak menjawab.
"Emang lo bisa belain diri lo sendiri? Enggak, kan?" tanya Kesha lagi.
Dan lagi-lagi, Niko terdiam lemah.
Jika ditanya apakah Kesha bahagia memiliki sahabat seperti dia, dia akan menjawab: aku-sangat-bahagia. Meski Niko kurang-jantan, dan tak bisa dikatakan lelaki tulen. Tapi dialah satu-satunya sosok yang bisa membuat Kesha merasa berguna, dan memandang Kesha sebagai sesuatu yang berharga.
Ya, Kesha berguna di dekat Niko.
Kesha yang terkenal bodoh, ceroboh, dan sering bernasib mengenaskan, berubah menjadi Kesha yang selalu memberi sayap perlindungan bagi Niko, bagai seorang pahlawan.
Niko memandang Kesha iba. "Lo mau belain gue, boleh aja. Tapi lo harus lihat lawan lo. Coba deh tadi.. Lo bela gue dari Leon dan Chandra. Itu namanya lo nyari mati."
Tuh, kan? Terkadang, Kesha berusaha berguna saja gagal. Masih tetap tidak-berguna. Dan masih menjadi pahlawan-kesiangan, alias tak menyelesaikan masalah.
Nasib Kesha, menyedihkan.
Niko mengaduk jus alpukatnya dengan gemulai. Sementara Kesha tak memesan apapun, karena nafsu makannya hilang ditelan bayang wajah menyebalkan Leon. "Kok lo bisa sih musuhan sama Leon? Udah dari jaman SMP loh, kalian beranteeem melulu.."
"Dari TK malah, kalau lo mau tau." Kesha membenarkan ucapan Niko. Sungguh, bahkan sepertinya, sejak dalam kandunganpun, Kesha dan Leon sudah ditakdirkan tuk bermusuhan.
"Seriously?!"
"Iya, Nik. Kan gue udah cerita kalau nyokap gu--"
"Gue tau.. Tapi kok bisa ya, melebar ke anaknya? Nyokap gue juga punya musuh, tapi gue baik-baik aja tuh sama anaknya. Malah gue sama dia sering nyalon bareng." Niko dengan gaya gemulainya menaikkan kacamata ke atas kepalanya.
"Dia perempuan?" tanya Kesha.
"Yap, namanya Rifka."
Aku mendesah. "Tapi sayangnya, gue sama Leon gak akan pernah bisa akrab kayak lo sama Rifka."
"Tapi lo pengen kalian akrab?" Niko mengedipkan sebelah matanya.
Grrr... Pertanyaan sulit. Kesha memutar otakku, hingga menemukan jawaban. "Gini ya, Nik. Gue sih gak berharap bisa akrab atau berteman sama dia. Tapi minimal, gue pengen normal. Maksud gue, gue pengen sikap dia bisa biasa aja ke gue. Tanpa perang, tanpa saling ganggu."
"Iya ya, selama ini dia selalu cari masalah sama lo.."
"Makanya. Padahal gue gak pernah mulai."
Helaan nafas mengiringi perputaran otak Kesha. Leon pernah menyembunyikan buku PR milik Kesha hingga gadis itu di hukum. Leon pernah menyiram seragam Kesha dengan saos. Leon pernah....
Niko tertawa tiba-tiba. "HAHAHHA... Gue inget sesuatu. Waktu lo lagi datang bulan, dan Leon--"
"Diem gak!" bentak Kesha kesal.
Ya, Kesha kesal. Mengapa Niko membahasnya?
Dulu, Kesha selalu membawa celana dalam beserta pembalut yang sudah dipasangkan, agar ketika di sekolah dan hendak ganti, ia bisa langsung memakainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy's Slave
Teen FictionJika kakaknya, berbahagia karena memiliki kisah yang indah dengan sahabat sekaligus tetangganya... Akankah hal ini terjadi pada sang adik? Kesha Ayu Shakira dan Leon Bima Iskandar. Keduanya saling bermusuhan. Bahkan generasi sebelumnya--alias mama...