Bab XX - Sebuah Kecupan Sederhana

3.3K 995 72
                                    

Kalau ditanya, Kesha senang bertemu Niko. Sangat amat senang.

Aroma Niko masih sama. Wajahnya masih tampan, bahkan makin gagah dan jantan saja rupanya. Tapi yang terpenting, Niko masih baik pada Kesha. Dan Niko masih sahabatnya.

"Makasih ya, Kes," kata Niko, mengakhiri acara mereka.

"Puas nggak?" tanya Kesha, sembari tersenyum menampilkan deretan giginya.

"Kurang."

Kesha melotot. "Gila lo! Gue udah nurutin lo makan Gultik di Blok M, makan bebek kaleyo, cari Dum-Dum, makan nasi uduk sama ayam bakar.... Astaga... Apa lagi yang kurang?"

Itulah aktivitas mereka seharian. Menemani Niko dari pagi hingga malam, tuk mencari kuliner yang dia rindukan. Katanya, tidak ada Gultik Blok M di Australia. Yaiya, lah!

Niko menatap Kesha dalam. "Kurang...."

"Apa?" tanya Kesha, penasaran.

"Aku belum nonton film sama kamu di kamar kamu, ditemenin sama jutaan cemilan yang kita beli di Indomaret," balasnya, dengan wajahnya yang tersenyum lebar, membuat dirinya makin lucu dan tampan saja.

"Mau kapan?"

"Lusa aku balik. Mungkin besok?" tanyanya.

"Oke."

"Oh ya, Kes... Besok, gue anter lo ke sekolah, ya? Mau?" tanya Niko.

"Boleh. Jemput sekalian juga malah bagus," canda Kesha.

"Oke. Besok gue bakal anter-jemput lo!"

Mobil Niko sudah tiba di depan rumah Kesha. Tapi gadis itu masih malas turun. Ia masih ingin berbincang denga Niko.

"Lo pulang lusa?' tanya Kesha, memastikan.

"Iya. Kan tadi gue udah bilang, pe'a! Pikunan lo ya!" ejeknya. Dia masih saja suka mengejek Kesha . Untung sahabat, batin Kesha.

"Dikatain mulu gue, ah! Sebel!"

Tawanya pecah lagi. Sementara Kesha tetap diam dalam keheningan. Kesha masih saja menatap Niko.

"Kes, apaan sih lo ngelihatin gue melulu? Gue jadi grogi tau nggak.."

"Gue penasaran... Apa sih yang bikin lo rela buang duit jutaan buat beli tiket Indo-Aussie, cuma selama dua hari?"

Niko memalingkan wajahnya. Tidak berani menatap Kesha. "Gue khawatir sama lo, Kes."

"Kenapa? Soal foto gue sama Leon kesebar? Apa yang perlu dikhawatirin sih, Niko? Gue baik-baik aja."

"Tapi gue kangen lo."

Deg.

Deg.

"Nggak tau kenapa... Perasaan buat ketemu lo, makin hari makin menggebu tau nggak sih, Kes! Bikin gue puyeng sendiri!"

"A--"

"Gue sampai nggak berani natap lo lama-lama, Kes."

"Kenapa?"

"Nggak karuan rasanya. Deg-degan, malu... Gitu deh..."

Kesha tersenyum licik. "Itu namanya lo suka sama gue! Kan daridulu lo jarang banget suka sama cewe. Nah, namanya suka, tuh kayak gitu rasanya."

Kalau kalian bertanya bagaimana perasaan Kesha pada Niko, gadis itu nyaman. Ya, ia sangat nyaman. Bersahabat dengan Niko sedaridulu, membuat Kesha benar-benar tidak bisa merasakan rasa yang 'tidak indah' dengan dirinya. Segalanya indah.

"Ya udah gih, lo turun sanah. Terus cepetan tidur," kata Niko, membuyarkan lamunan Kesha.

"Idih, ngusir. Ntar kangen?"

Enemy's SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang