Bab XI - Bahagia kita

7.8K 870 60
                                        

NB: Bacanya sambil dengerin Mulmed, ya! :)

**

Di antara langit malam, sendunya jiwa, dan rapuhnya energi yang ditelan tangis. Dua insan manusia itu berjalan beriringan keluar dari sang penghantar angkasa, bandara. Yang lelaki berusaha menjaga si gadis dari belakang, sementara sang gadis masih tetap memandang langit kelabu dengan air mata yang mengering sendu, menahan rindu, di dalam kalbu.

"Udah ah, nggak usah sedih kenapa sih? Toh si banci juga bakal balik lagi kan?" Leon berkata, sambil mengikuti Kesha dari belakang.

Tanpa menoleh, Kesha menghembuskan nafas kesal. "Lo nggak tau gimana rasanya kehilangan seseorang yang bikin hidup lo yang cuma sendiri, berasa ramai banget. Dan setelah ditinggal, tandanya, gue bakal sendiri lagi."

"Gu--"

"Dan satu lagi," Kesha memotong perkataan Leon. "Jangan katain sahabat gue banci, gue gak suka karena dia jauh lebih jantan dari lo!"

Leon menyipitkan matanya. Lebih jantan? Darimananya coba? Dunia tau bahwa Niko memang setengah wanita kok.

Sementara Kesha memutar otaknya. Kenapa dia berkata begitu? Ah, memang begitu adanya. Niko jantan karena selalu melindunginya dan tak pernah menyakitinya. Sementara Leon? Bukan siapa-siapa saja, Leon seringkali menyakiti Kesha.

"Segitu berartinya, ya, Niko buat lo?"

Kesha meneguk ludahnya, membayangkan Niko yang sudah berada di langit berbeda dengannya. "Ya gitu. Daridulu sahabat gue ya cuma dia, yang lainnya paling cuma lewat aja."

"..."

"Gue tergolong kuper, cupu, gak kayak lo yang punya geng kece dan temen dimana-mana," ucap Kesha sinis. "Makanya gue gak mau kalo sahabat gue lo hina-hina."

Si lelaki tampan itu berjalan lebih cepat hingga kini ia berada di samping Kesha, tepat. "Lo yang begitu membela Niko... Yakin, cuma sebatas sahabat?"

Sahabat... Dada Kesha bergemuruh kencang. Mana ada sahabat yang memberinya ciuman hangat nan penuh makna? Mana ada sahabat yang memberi salam perpisahan berupa kecup hangat di kening?

Entahlah.

"Yuk masuk mobil." Dan ajakan Leon, seketika membuyarkan lamunan demi lamunan Kesha.

***

Baru saja keluar dari bandara, Kesha sudah terpejam hangat di samping Leon. Leon sempat tak fokus mengemudi, ketika ia menyadari bahwa gadis rapuh itu ternyata memiliki kecantikan luar biasa, yang memang tak tampak. Leonpun bisa heran, kenapa orang-orang tak sadar bahwa Kesha menarik, bahkan dirinya sendiripun baru sadar beberapa detik lalu.

Tanpa basa-basi, Leon langsung memakaikan sabuk pengaman yang belum terlilit di tubuh Kesha, dan mengusap rambut Kesha pelan. "Tidur yang nyenyak, ya."

Sementara mengemudi, Leon tersenyum penuh arti begitu melihat buku merah muda milik Kesha yang baru saja ia buka. Ia membaca tentang daftar keinginan yang ingin Kesha wujudkan bersama Niko.

Dan karena Niko sudah pergi sangat jauh, ada dorongan kuat dalam diri Leon untuk melakukan sesuatu.

Dia menatap gadis polos yang masih tertidur nyenyak. "Lo bakal jalanin semua daftar keinginan lo, kok. Tapi sama gue, bukan sama Niko atau siapapun."

**

"Kes, bangun Kes.."

Kesha mengerjapkan matanya berulang kali. Kemudian menyesuaikan dengan cahaya dunia nyata, yang membawanya ke tatapan pria itu, Leon. "Udah sampai rumah gue?"

Enemy's SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang