Bab XXIV - Yang Terakhir?

1.8K 789 55
                                    

"Kes, tunggu!"

Leon mengejar Kesha sekuat tenaga. Namun, di beberapa persimpangan, dirinya terhenti oleh beberapa manusia, yang memanggilnya.

"Le, apa bener berita tentang Gwen?"

"Ceritain, dong! Gue kira, kalian pasangan yang sempurna?"

"Le.. Gwen, gimana?"

"Bukan lo, kan, yang hamilin Gwen?"

"Gila, gue nggak nyangka kisah cinta lo setragis ini, Le!"

"Le, Leon!"

Beragam pernyataan serta pernyataan netizen--kata Kesha--membuat Leon enggan menjawab dan lebih memilih diam sembari melewati para netizen yang tersebar di seluruh penjuru lapangan.

Bahkan, karena ulah-ulah para netizen tersebut, Leon kehilangan jejak Kesha. Ia tak tau, Kesha berbelok ke arah mana, karena jejaknya sudah hilang tanpa suatu petunjuk apapun.

Yang Leon tau, ia sungguh menyesal. Seharusnya ia tak perlu melibatkan Babal dan Chandra dalam pengakuannya. Seharusnya ia lakukan sendiri saja, agar tak ada provokasi berlebih dari pihak lain.

Ah, Leon memilih menghela nafas lelahnya karena berlari tanpa henti, sebelum akhirnya bel berbunyi lagi.

**

Dimana lagi kalau bukan di gudang dekat kantin? Ya, Kesha berada di dalam sana. Tempat persembunyiannya selama ia ingin menyendiri.

Mengatur nafas agar tangisnya reda, Kesha kini memutar otaknya mati-matian. Bagaimana Leon tega melakukan itu padanya? Bahkan jangan-jangan, semua kebaikan yang Leon lakukan padanya, tidak ada yang diisi ketulusan sama sekali.

Di setiap situasi, ujungnya selalu Kesha yang tersakiti. Jelas, karena tujuan Leon, kan, memang menyakiti Kesha, kan?

Dan kini, Leon berhasil.

Kesha benar-benar patah hati.

Namun dibalik patah hatinya, Kesha tau, kemana ia harus berlari. Ya, kepada sosok sahabatnya, yang sempat ia tolak hanya karena idealismenya yang menolak tuk membuka hati. Sosok Niko, orang yang tepat tuk Kesha bersandar, meski kini hanya bisa ia lakukan lewat perantara ponsel.

Kesha:
Nik, gue udah memutuskan. Gue mau buka hati buat lo. Gue mau jadi pacar lo, meski gue belum cinta sama lo.
Tapi, gue janji, akan berjuang supaya gue bisa cinta sama lo.
Pasti mudah. Karena dari awal, gue memang sayang sama lo. Meski masih dalam batas persahabatan.

Sent!

Kesha mengatur nafasnya lagi. Seketika, ia merasa bodoh telah mengirim pesan seperti itu pada Niko. Kesha malu. Merasa dirinya terlalu meminta hal yang sempat ia tolak mati-matian.

Tapi bagaimana lagi? Sosok yang paling setia dan baik padanya, hanya Niko, kan?

Kesha pun menyesal, menolak Niko kala itu. Seharusnya Kesha lebih berpikir jernih. Seharusnya Kesha lebih realistis. Bahwa cinta butuh logika, bukan hanya perasaan, kan?

Drrrt....  Ponsel Kesha berbunyi. Ada pesan, dari Niko.

Dengan cepat, Kesha membukanya.

Niko:
Ada apa, Kes? Kok tiba-tiba kayak gini?

Kesha:
Gue sadar, lo adalah laki-laki paling baik, setia, dan nggak pernah sakitin gue. Selain bokap gue.
Jadi, kayaknya gue tarik perkataan gue kemarin waktu nolak lo.

Niko:
Beneran?
Jadi lo mau terima cinta gue?

Kesha memejamkan mata, sembari berpikir lagi ribuan kali, sebelum akhirnya ia memutuskan tuk membalas lagi.

Enemy's SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang