"Oh, jadi kalian sama-sama busuk ya? Dar, gue kira lo sahabat yang baik. Gue sama sekali nggak pernah sakitin lo, Dar. Kenapa lo berniat menghancurkan gue?" Kesha bertanya, dengan air mata yang sudah tumpah kemana-mana.
"Kes..." Dara mencoba memanggil.
Kesha menggeleng. "Dan lo, Niko. Gue sayang sama lo sejak lama, karena lo satu-satunya orang yang gue percaya sebagai sahabat. Gue pikir, gue bisa sahabatan sama lo selamanya..."
Kali ini, Kesha mulai seeenggukan. "Gue seneng masa-masa kita bareng. Maskeran bareng, lo ajarin gue make up, lo ajarin gue gimana cara jadi cewe yang bener, lo selalu ada disaat gue butuh, lo bener-bener jadi malaikat pelindung buat gue.
--Tapi itu dulu," sambung Kesha. "Waktu lo masih kayak cewek. Waktu lo masih jadi banci, kalau kata orang. Dan ternyata, gue lebih suka lo yang banci dulu... Dan gue bahkan nggak kenal siapa lo yang sekarang..." Kesha mengusap air matanya.
Tak mau mendengar penjelasan apapun, Kesha memutuskan tuk berlari kearah luar, melupakan buku paket yang seharusnya ia ambil.
Dalam derap langkahnya, Kesha mendengar sayup-sayup suara Chandra.
"Udah banci, brengsek lagi!" Begitulah yang Chandra ucapkan pada Niko.
Kesha tak peduli.
Saat ini, ia benar-benar nyaris kehilangan dunianya.
Leon pergi.
Dara dan Niko, mengkhianatinya.
Kini, siapa yang ada di pihaknya?
**
Tangisan dan langkah Kesha bersatu, pergi secepat mungkin dari ruang kelam itu. Perpustakaan, menjadi sebuah petaka mengerikan baginya. Perpustakaan, mendadak menjadi tempat yang paling dibencinya.
"Kes! Tunggu!"
Dari belakang, sosok Chandra terus mengejar Kesha. Hingga mereka tiba di lapangan basket yang saat ini kosong--karena bukan jam istirahat--dan rasa hampa makin menyeruak.
Chandra menarik lengan Kesha, setelah berhasil menyejajarkan langkahnya dengan gadis itu. "Berhenti, Kes! Lo mau lari sampai mana, hah?!"
Dan Kesha menurut. Ia berhenti. "Nggak tau. Yang jelas, gue pengen lari. Gue sedih banget... Dunia gue ilang.."
Kening Chandra berkerut. "Hilang?"
"Iya," jawab Kesha, sembari mengangguk pilu. "Leon pergi, Dara dan Niko pun nusuk gue di belakang."
Sangat menyedihkan. Bahkan bagi Chandra yang mendegar, ia merasa bahwa hidup Kesha memang benar-benar perih.
"Sekarang, siapa yang ada di pihak gue?" tanya Kesha, tersedu.
Dan tanpa malu, dalam hitungan sekian detik saja, Chandra sudah menarik Kesha ke dalam pelukannya.
Deg.
Kesha terkejut. Namun ia tak melakukan perlawanan apapun. Dirinya terlalu lelah untuk itu. Lagipula, pelukan Chandra membuat dirinya merasa lebih baik dari sebelumnya. Jadi, untuk apa Kesha berontak? Kali ini, Kesha lebih memilih tuk menikmatinya.
Chandra mengusap kepala Kesha. "Lo bilang, lo nggak punya siapa-siapa.. Lo bilang, nggak ada lagi yang di pihak lo," ucap Chandra. "Terus, gue ini apa? Apa lo nggak anggap gue sebagai teman?"
Bukannya menjawab, tangisan Kesha makin mengeras. Chandra berbisik, "Nangisnya jangan keras-keras, ini di koridor sekolah. Takutnya pada dengar."
Dan otomatis, Kesha mengangguk. Ia menggigit bibirnya agar tangisannya tak mengeluarkan suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy's Slave
Novela JuvenilJika kakaknya, berbahagia karena memiliki kisah yang indah dengan sahabat sekaligus tetangganya... Akankah hal ini terjadi pada sang adik? Kesha Ayu Shakira dan Leon Bima Iskandar. Keduanya saling bermusuhan. Bahkan generasi sebelumnya--alias mama...