Liburan usai, aktivitas dimulai. Dan hari ini pula, Kesha resmi menjadi pembantu Leon. Perlu diingat lagi, Leon adalah manusia bunglon; berubah-ubah. Terkadang ia sangat kejam, tapi terkadang ia sangat baik sampai membuat Kesha meleleh dibuatnya.
Dan kali ini, tiada Niko, sahabatnya. Ia sendirian. Ia harus mandiri jika sewaktu-waktu sikap buruk Leon hadir, sebab Kesha tak lagi memiliki Niko sebagai tempat perlindungan.
Ia sendiri.
"Dek, udah siap belum? Ayo berangkat sama Mama!" teriak Lidya dari bawah.
Kesha masih sibuk mengeringkan rambut, karena kebiasaannya keramas tiap hari dan di pagi hari. "Iya, Ma. Lima menit lagi!"
"Makan dulu lho, Dek."
"Masukin kotak makan aja, Ma. Buat bekal soalnya gak bakal sempet makan."
Dengan kilat, Kesha mengurai rambut indahnya. Kemudian menyapukan pelembap dan sublock, serta lip balm tipis agar bibirya tidak kering. Tak lupa body lotion dan parfum agar ia selalu wangi sepanjang hari. Yap. Dia siap berangkat sekolah.
Ponselnya bergetar. Pesan Line masuk, dari dua orang itu. Lagi-lagi, mereka.
Leon: Jangan lupa. Hari ini HP lo harus stand by, ya. Siapa tau bos lu butuh sesuatu :)
Dan...
Niko: Jam setengah 7 di Indonesia, kan? Kamu udah berangkat? Take care, Kes!
Menggelengkan kepala, Kesha memilih membalas dua pesan itu 'nanti-saja'. Dan dengan kilat ia turun ke bawah, memanggil mamanya, kemudian meraup kotak bekalnya, dan berangkat ke sekolah.
*
Di sekolah, pukul 07.00
Kesha duduk di bangku koridor lorong IPS, bersama Dara. Guru belum datang, jadi mereka bisa duduk-duduk santai.
Terlihat dari jauh, para siswa di lorong IPA tengah berlari ke laboratorium. Ada juga gerombolan anak Bahasa yang memasuki perpustakaan. Dan ada juga sekelompok badung anak IPS tengah berlari karena kena hukuman.
Begitulah masa SMA. Selalu ada saja ceritanya.
"Sepi ya gak ada Niko," ucap Dara. "Gue aja kesepian, apalagi lo, yang tiap hari sama dia, ya, Kes."
Kesha mengangguk pelan. "Gitu deh."
"Tapi lo yakin gak sih, dengan niat Niko yang mau berubah jadi cowok?"
"Hmm.." Kesha mengerutkan keningnya. "Yakin sih. Soalnya dia udah rada nafsu gitu, kan, sama gambar-gambar cewe seksi yang lo kasih ke dia? Jadinya, dia punya nafsu lelaki. Dan luar negeri kan keras tuh, bisa jadi dia beneran berubah."
"Ya kalo berhasil. Luar negeri kan juga budaya LGBT-nya kental banget. Kalau Niko gagal, bisa-bisa dia malah jadi homo di sana"
Dengan cepat, Kesha mencubit lengan Dara. "Mulut lo. Sahabat gue tuh jangan lo katain."
Dara nyengir kuda. "Ya kan fakta."
Benar juga kata Dara. Western, kan, terkenal dengan LGBT nya. Gawat kalau Niko bisa terjebak.
"Kalau gak LGBT, luar negeri kan pergaulannya bebas. Kalau Niko normal, tapi disana dia ngelakuin free-sex, gimana?" cerocos Dara lagi.
Dan untuk kedua kalinya, Kesha mencubit Dara. "Monyong! Gue jadi parno, kan!"
Lagi-lagi, poin yang dikatakan Dara ada benarnya juga. Mendadak, Kesha jadi takut. Dengan cepat, Kesha mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan Line untuk Niko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy's Slave
Teen FictionJika kakaknya, berbahagia karena memiliki kisah yang indah dengan sahabat sekaligus tetangganya... Akankah hal ini terjadi pada sang adik? Kesha Ayu Shakira dan Leon Bima Iskandar. Keduanya saling bermusuhan. Bahkan generasi sebelumnya--alias mama...