Entah Sampai Kapan

16.2K 574 9
                                    

"KALIAN NIKAH? DEMI APA?"

"LUNA? STEFAN? YA TUHAN!"

Mia dan Arka tak kuasa menahan rasa terkejutnya. Mereka berdua baru saja menyelesaikan duet dahsyat dari lagu dangdut favorit sepanjang masa mereka, jatuh bangun-nya Meggy Z. Dan sekarang mereka benar-benar terjatuh dan bangun di saat bersamaan begitu mendengar kabar bahagia dari Luna dan Stefan, sahabat mereka yang sekarang berangkulan mesra.

Luna tersenyum malu. Mengangkat jemarinya yang berhiaskan cincin berlian. Indah sekali. Terlihat berkemilau di tengah remang-remangnya ruang karoke. Bahkan backsound lagu Sakitnya tuh disini milik Cita-citata pun terdengar seperti alunan music klasik romantis. Di sampingnya, Stefan ikut tersenyum sumringah. Tangan kanannya dari tadi tak lepas dari merangkul mesra pinggang sang kekasih. Benar kata orang-orang, dunia serasa milik sendiri bagi mereka yang tengah dimabuk cinta. Dan begitu juga dengan Mia dan Arka yang tiba-tiba terpaksa harus terusir keeksistensiannya dari dunia ini akibat sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara di hadapan mereka.

"Kalian nikah?" Arka bertanya sekali lagi. Berusaha meyakinkan pendengarannya. Dan lagi-lagi dijawab anggukan mantap dari Luna dan Stefan.

"Serius? Secepat ini?"

"Buat apa pacaran lama-lama kalau ujung-ujungnya maksiat. Mending dihalalin sekalian , bro!" jawab Stefan mantap. Luna tersipu malu di sampingnya.

Arka masih menatap kedua sahabatnya dengan tatapan tak percaya. Ia sudah mengira bahwa cepat atau lambat, ia akan mendengar kabar bahagia ini. Tapi masalahnya, tidak secepat ini. Ia masih ingat dua bulan yang lalu saat Stefan kalang kabut ingin mengungkapkan perasaanya ke Luna, gadis idamannya sejak jaman SMA. Dan sekarang, baru dua bulan berlalu, mereka sudah merencanakan pernikahan.

"Lo gak hamil kan, Lun?"

Kepala Luna, Stefan dan Mia sontak langsung menoleh ke sumber suara. Siapa lagi kalau bukan Arka yang dengan polosnya bertanya. Stefan langsung menjitaknya dengan mikrofon. Luna dan Mia pun tidak berniat mencegahnya karena Arka memang pantas mendapatkannya. Justru keduanya tertawa melihat dua lelaki itu saling bergelut di lantai.

"Gue kan cuma nanya, bro. Lo sensi amat kaya cewek. Atau jangan-jangan beneran nih cewek lo udah tekdung beneran?" sewot Arka di sela-sela pitingan Stefan. Begitu berhasil kabur, Arka buru-buru mengandeng erat lengan Mia. Berusaha mencari perlindungan. Stefan berdecih pelan melihat Arka yang beraninya sembunyi di ketek Mia.

"Sorry, bro. Meskipun gue cowok dengan kadar hormon testoteron berlebih, gue masih punya kesadaran dan iman buat hal seperti itu"

Arka balas berdecih. Ragu dengan kata-kata Stefan. Mereka sudah saling lama mengenal, dan sudah tentu Arka tahu segala bentuk keburukan di diri Stefan. Termasuk sifat Stefan yang selalu melotot saat melihat perempuan dengan body aduhai.

"Udah deh, Ka, berhenti ngeledekin mereka. Kasihan Luna tuh" Mia mencubit lengan Arka. Memberi pelototan tajam, dan Arka terpaksa bungkam sejenak. Ia meraih sebotol air mineral. Tenggorakannya terasa kering usai berduet dengan Mia.

"Gue percaya kalian kok!" ujar Mia riang. Ia meringsek ke arah Luna. Memeluk erat sahabatnya. "Selamat ya, Luna, Stefan! Gue gak ngira kalian secepat ini mau nikah. Lihat deh cincinnya, bagus banget. Ini asli kan, Fan?"

Stefan tergelak. Hampir menoyor kepala Mia kalau saja tidak dihalangi Luna. "Asli dong. Lo kira gue apaan buat modal kawin juga pake cincin kw."

"Alhamdulillah kalau gitu. Kemajuan besar, Lun. Stefan kan selama ini pelit banget buat ngeluarin sesuatu. Dan ngelihat cincin ini, gue yakin kalo dia serius sama lo" bisik Mia di telinga Luna. "Tapi lo beneran gak hamil, kan?"

A.MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang