“Mia…Mia… lo tau gak kalau Kania pacaran sama Yudhis, anak layout. Tadi kepergok sama gue waktu makan siang bareng.” Beritahu Lily pada Mia yang sedang memilah foto untuk dipresentasikan sore ini.
“Cuma makan siang bareng bukan berarti pacaran.” Sahut Mia tanpa mengalihkan perhatiannya dari berbagai foto di hadapannya. “Uhm… aku lebih prefer yang ini deh. Senyumnya lebih natural. Devi, coba kamu minta print out foto-foto yang lain sama Adi.” Mia memberi perintah pad Devi. Usai berkata begitu, Mia melirik Lily yang sudah mengambil duduk di sampingnya. Tangannya sibuk menggeser layar ponsel lalu menunjukkan satu foto sebagai bukti tangkapannya hari ini.“Lihat nih fotonya. Mana ada temen yang makan siang sambil pegangan tangan.” Ujar Lily meyakinkan Mia.
“Siapa yang pegangan tangan?” celetuk Julie yang muncul tiba-tiba. Ikut mencuri lihat foto di ponsel Lily. “Eh beneran Kania sama Yudhis nih. Sejak kapan pacarannya?” tanyanya penasaran.
Lily tersenyum jumawa. “Mbak Julie aja sampe penasaran. Makanya jangan pernah remehkan skill investigasi Lily Andira dalam mengendus gossip panas di kantor ini.”
Mia tergelak, “Jangan-jangan lo admin akun Lambe Turah ya, Ly? Dengan kekuatan hengpong jadul, cekrek-cekrek, upload!” ledek Mia, disambut tawa oleh Julie.
“Nah bisa jadi, Mi. Seharusnya dia masuk majalah gossip, biar pas sama skillnya.” Sambung Julie.
“Eits, gossip adalah fakta yang tertunda loh. Jangan pernah meremehkan gossip!” bela Lily.
“Nah, Lambe Turah banget tuh. Gosip adalah fakta yang tertunda.”
“Elah, ketahuan follower sejatinya Lambe Turah ya lo, Mi? sampe hapal segala.”
“Bukan sih, tapi sering masuk eksplore gue. Pasti gara-gara lo kan?”
Lily nyengir. “Gue kan cuma mau bagi-bagi info ke kalian. Abis dari kemaren muka lo semua kusut, gak ada senyum-senyum sama sekali.”
“Kayak lo enggak aja.”
“Kan kemaren, sekarang gue happy tuh.” Lily tersenyum lebar. Sebenarnya baru siang ini dia bisa tertawa senang karena pekerjaannya telah selesai dan tak mendapat komentar dari boss. Padahal sehari sebelumnya ia sampai nangis dan hendak bunuh diri sangking tak sanggup menghadapi semuanya. “Dan karena itu juga Kania sempat maksi sama pacarnya. So sweet deh. Yudhis romantis banget ngelapin saos di mulutnya Kania. Sayangnya gak gue videoin buat jadi bukti.” Sambung Lily lagi, masih niat menyebarkan gosip.
Mendengar ucapan Lily, mendadak Mia teringat sesuatu.
“Ehm, di kantor ini gak ada larangan pacaran ya, mbak?” tanya Mia pada Julie.
Julie melirik Mia sekilas, lalu menggeleng. “Kenapa? Kamu mau ikutan jejak Kania?”
“Ih, enggak!” Mia cepat menggeleng.
“Emang gak ada larangannya, cuma tahu etika kantor aja sih. Pacaran boleh, asal gak mengganggu pekerjaan. Dan satu lagi, dilarang mengumbar kemesraan di depan umum.” Beritahu Julie. Mendengarnya, Mia hanya bisa mengangguk-angguk. Dan tiba-tiba matanya melirik ruangan Rey. Tirainya terbuka, jadi Mia bisa melihat Rey yang sedang berbincang dengan seseorang di dalam sana. Sepertinya penting sekali, sampai rapat jam setengah dua nanti harus diundur hingga sore. Itu artinya, terpaksa jam pulang kerja semakin diundur. Bayangan kasur dan guling hangat di benak Mia semakin memudar. Sudah berhari-hari otak dan tenaganya dikuras habis untuk menyiapkan isu-isu edisi terbaru Adore Magazine.
“Padahal kalau ada larangan pacaran bakalan seru nih. Serasa nonton drama percintaan live di depan mata. Nanti Kania sama Yudhis nyanyi, Tuhan memang satu… kita yang tak sama…. Haruskah kita, resign saja, biar bisa pacaran selamanya…..” Lily menyanyi dengan suara sumbang, membuat tawa Mia dan Julie semakin kencang saat Lily semakin semangat sampai mengubah lirik segala.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.M
ChickLitMia tak punya alasan lain untuk mencintai Arka. Sejak ditemukan Arka dalam keadaan menggenaskan lima belas tahun lalu, hati Mia seolah tertambat pada Arka seorang. Pahlawan kecilnya, yang mengulurkan tangan di saat ia ketakutan, menberinya sepoton...