Fast apdet yeee... siapa yang seneng?
******
Arka punya satu prinsip hidup. Ia percaya kalau hidup terasa indah dengan spontanitas, karena terkadang rencana tak selalu sukses di lapangan. Berbekal keyakinan spontanitas, itulah yang mendorong Arka bertindak bar-bar saat melihat pemandangan itu. Ia sudah berjam-jam menunggu, dan sekarang orang yang ditunggu sama sekali tak menyadari keberadaan dirinya yang sedang dikerubuni nyamuk di teras kosan. Saat mendekat, Arka semakin terhenyak melihat adegan di dalam mobil. Begitu saja, emosi langsung mengambil alih dirinya. Semuanya seperti muntahan lahar dari gunung berapi. Tanpa sadar, Arka langsung menggedor pintu mobil. Dan begitu menyadari pintu tak terkunci, tangannya langsung ringan tangan melayangkan pukulan ke muka Rey.
"BRENGSEK! BERANI-BERANINYA LO NYIUM MIA!" Arka berteriak marah. Pukulannya tepat mengenai pipi kiri Rey. Masih belum puas, tangannya meraih kerah baju Rey. Menariknya keluar mobil, dan sekali lagi mengirimkan tinjunya. Kali ini tepat mengenai bibir Rey.
Rey terhuyung. Tak siap dengan pukulan tiba-tiba itu. Seingatnya beberapa detik lalu ia sedang berciuman dan sekarang rasa sakit menghantam mukanya.
"ARKA, STOP!" terdengar suara teriakan dari dalam mobil. Mia pelakunya. Butuh loading beberapa detik sampai Mia paham dengan fakta yang baru saja terjadi. Ia buru-buru membuka pintu mobil. Cepat mendorong Arka tepat ketika pemuda itu siap melayangkan tinjuan selanjutnya. Namun usaha Mia berakhir sia-sia. Refleks Arka lebih cepat. Dengan mudah ia menepis tangan Mia. Tubuh gadis itu terhuyung ke belakang. Suara tinjuan kembali terdengar. Namun berasal dari sumber berbeda. Rey yang berhasil mengumpulkan kesadarannya cepat memanfaatkan kesempatan saat Arka mendorong Mia. Sebelum tinjuan Arka kembali dilayangkan, ia sudah terlebih dulu mendaratkan tinjuan balasan.
Keterkejutan melanda Arka namun tak dibiarkan mengambil alih lebih lama. Matanya bertemu tatap dengan Rey. Keduanya langsung memandang dengan tatapan mengancam. Saling menilai satu-sama lain. Rey yang tahu apa-apa bahkan siap dengan duel selanjutnya.
"Berhentiiiii!" teriak Mia kencang. Langsung mengambil posisi di tengah ke dua pria itu. Kehadiran Mia di tengah-tengah sontak membuat keduanya memutuskan tatapan.
"Kamu ngapain sih, Mi? biarin aku ngasih pelajaran ke bajingan ini." teriak Arka marah. Wajahnya merah padam dan sudut bibirnya pecah akibat hantaman keras Rey.
"Kamu yang ngapain?" Mia balik berteriak sambil menuding muka Arka.
"Aku lagi ngehajar si sialan ini."
"Siapa yang kamu sebut sialan?" sahut Rey yang sudah berdiri di samping Mia. Sebagai orang yang paling banyak menerima pukulan, wajar saja wajahnya terlihat mengenaskan. Arka berhasil merobek pelipis kanan Rey dengan hantamannya.
"Lo sialan! Lo bajingan...."
"Diammmm!!!" teriak Mia dengan suara menggelegar. Dadanya turun naik menahan amarah. Namun setidaknya, usahanya membuahkan hasil. "Aku tanya sekali lagi, Ka. Apa maksud kamu ninju Rey, hah?" tuding Mia.
"Kamu tanya kenapa, Mi? aku ngelakuin ini untuk kamu. Aku berusaha melindungi kamu dari bajingan kurang ajar seperti dia."
"Untuk aku?" Mia masih berteriak. "Kamu ninju Rey buat aku? Kapan aku minta itu, Ka? Kapan?"
Arka terkesiap dengan teriakan Mia. Ekspresi marah sempurna tercetak di wajahnya. Selama mengenal Mia, ekspresi seperti itu tak pernah ditunjukkannya ke Arka. Selalu bahagia. Selalu tertawa. Dan sekarang bukan hanya marah. Arka bisa melihat kumpulan air mata di sudut mata Mia.
"Mengapa kamu memperlakukanku seperti ini, Ka? Kenapa?" tanya Mia dengan suara bergetar. Napasnya sesak. Ia melangkah mendekati Arka, lalu memukul dada pemuda itu berkali-kali. Air matanya mulai meleleh. "Coba jelasan ke aku, mengapa kamu selalu begini? Apa alasannya... Stop membuatku ragu, Ka!"

KAMU SEDANG MEMBACA
A.M
Chick-LitMia tak punya alasan lain untuk mencintai Arka. Sejak ditemukan Arka dalam keadaan menggenaskan lima belas tahun lalu, hati Mia seolah tertambat pada Arka seorang. Pahlawan kecilnya, yang mengulurkan tangan di saat ia ketakutan, menberinya sepoton...