Bukan Siapa-siapa

3.1K 306 86
                                    

"Aseeek, ada yang ponian nih."

Mia tersenyum malu di sela-sela kunyahan nasi uduk begitu mendengar celetukan Lily yang baru masuk ke pantry. Tangannya yang bebas langsung menyentuh dahi. Merapikan poni tipisnya. Entah sudah berapa orang yang menyapanya sekedar untuk mengomentari potongan poninya. Memang selama ini Mia tak pernah memakai poni, dan entah karena dorongan apa akhirnya ia memutuskan untuk mengganti gaya rambut semalam. semenjak kepulangan Arka, ia menghabiskan waktu lama di depan cermin dan berakhir dengan rambut sebahu dan poni tipis menghiasi wajahnya.

"Cocok gak sama muka gue?" tanya Mia.

Lily mengangguk. "Cantik, Mi. Muka lo jadi keliatan tambah imut."

Mia kembali tersenyum malu. Lily bukan orang pertama yang berkata serupa. Orang-orang kantor yang ditemuinya sudah terlebih dulu memuji potongan poninya. Beberapa malah sengaja mengacak rambutnya. Makanya Mia memutuskan untuk sarapan di pantry saja. kalau ia masih bertahan di kubikelnya, Mia yakin ia tak akan bisa menikmati sarapannya dengan tenang. bukannya tak senang dipuji, hanya saja Mia tak sanggup menahan rasa malu mendengar cie-ciean dari temannya.

"Potong di salon mana? Gue jadi pengen potong gitu juga deh." Lily bertanya sambil mengambil duduk di sebelah Mia. ia mulai menyeruput energen susu yang selalu jadi sarapan wajib di pagi hari.

"Gue sih gak perlu ke salon. Potong sendiri lah." Sahut Mia bangga. Disuapkannya sesendok nasi uduk ke dalam mulut. Tertawa kecil melihat ekspresi tak percaya di wajah Lily.

"Serius? Kalau gitu gue minta potongin sama lo aja deh. Biar ngirit. Hehe." Lily menyengir lebar. Tangannya menyentil poni Mia. "Btw, minta sesuap dong, Mi. kayanya nasi uduk lo enak banget."

"Emang mental gratisan lo." Cibir Mia melihat Lily yang langsung membuka mulutnya lebar-lebar. "Tiap hari ngerecokin gue sarapan. Makanya jangan sok-sok-an sarapan energen doang."

"Kan lagi diet, Mi. Gara-gara lo juga nih gue jadi makan nasi." Balas Lily senang begitu Mia menyodorkan suapan kemulutnya. Awalnya cuma minta sesuap, tetapi begitu selesai suapan pertama, Lily langsung meraih sendok. Mia hanya pasrah saja melihat porsi sarapannya yang harus bagi dua dengan Lily.

Saat sedang asik menikmati sarapan sambil bergosip banyak hal, pintu pantry kembali terbuka. Pram masuk sambil membawa strefoam berisi bubur ayam. Aura jantannya langsung keluar begitu Mia dan Lily langsung mengacungkan sendok masing-masing melihat bubur ayam yang dibawanya.

"Aromanya nikmat banget, Pram. Gue mau dong, sesuap aja." Pinta Lily dengan wajah semanis mungkin.

"Gue juga dong, Pram. Jangan kasih Lily. Katanya sesuap eh ujung-ujungnya malah ikut ngabisin. Lo liat deh nasi uduk gue aja abis dimakan dia." Sambung Mia dengan ekspresi sama.

Pram menggeleng mutlak. "No...no...no... my ladies! Gak ada yang boleh ganggu sarapan gue." Pram menujuk Lily dan Mia satu persatu. "Elo, Ly. Katanya mau diet? Dan lo Mia, eh wait—"

"Kenapa Pram? Terpesona sama poni gue ya?" Mia mengibaskan poninya di depan wajah Pram.

"Atas dasar apa lo akhirnya ponian juga, Mia?" jerit Pram tak percaya.

"Lebay lo!" ujar Lily. Matanya masih menatap bubur ayam Pram dengan pandangan mendamba. "Sesuap, Pram. Pliss... plisss...."

Mata Pram mendelik tajam. Ia membawa bubur ayamnya menjauh dari jangkauan Lily.

"Pram pelit. Gue doain jodoh lo menjauh." Sungut Lily sebal.

"Biarin. daripada elo, kebanyakan makan, gendut, terus ngomel-ngomel deh karena baju pada kekecilan."

A.MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang