"Girls" bisik Pram di saat jam krisis mendekati istirahat siang. Menyeruak di antara Mia dan Lily yang tengah khusuk menyusun proposal.
"Bentar lagi. Gue lebih baik gak makan siang daripada dua hari sleepless night ngerjain revisi." Balas Lily galak. Mia mengangguk setuju.
"Yakin nih? Gue punya gosip." Kata Pram tak gentar dengan kalimat ketus Lily. Malah menarik kursi. Ikut berdempetan dengan kedua temannya.
"Gila lo... lagi sibuk-sibuk gini sempat aja nyebar gosip." Mia tertawa geli. Setahunya Pram sedang sibuk mengurus audisi kontes wajah sampul. Bulan ini Majalah Adore terpilih sebagai parthner utama program reality show audisi model. Sejak pagi ini saja lobi utama kantor penuh sesak dengan model-model yang mengantri untuk ikut audisi.
"Gosip super rahasia... masih fresh dan belum gue ceritain ke orang-orang."
"Gak cerita versi lu ya semua orang tahu, Pramudya." Cibir Lily, nyaris tertawa. Tapi tetap saja jarinya berhenti mengetik, menoleh ke arah Pram.
"Gosip apaan, Pram?" Tanya Mia. Ikut menghentikan kegiatannya.
"Jadi malam minggu kemaren kakak ipar gue pergi ke acara pameran seni gitu, dan sebagai informasi tambahan, dia seangkatan sama pak Bos waktu kuliah." Ujar Pram memulai perannya seperti ibu-ibu berdaster sedang beli sayuran sambil menggosip tetangga sebelah.
"Lo cuma mau ngasih tahu kakak ipar lu seangkatan sama Pak Rey?" Lily nyinyir.
"Dan dia lihat Pak Rey bawa cewek." Lanjut Pram, mengabaikan nyinyiran Lily.
"Hah?" Respon Mia cepat.
"Jadi waktu di pameran itu, kakak gue lihat Boss bawa cewek." Pram mengulang, dengan nada dramatis tentunya.
"Hah, terus... terus...." tanya Lily penasaran.
"Kakak lo lihat muka ceweknya?" Tambah Mia, jantungnya serasa terkena serangan bom hirosima jilid 2. Tanpa diberitahu lebih lanjut, Mia merasa sudah tahu isi gosip yang anak disampaikan Pram.
"Sabar...sabar...darling. Gue belum selesai cerita lagi."
"Lu sih lama ceritanya... jadi muka ceweknya ketahuan gak?" Tanya Mia tak sabaran. "Enggak...enggak... maksud gue kakak lo kenal sama cewek yang dibawa Pak Rey gak? Kakak ipar lo itu yang mana sih? Pernah ketemu sama gue?"
"Kepo banget sih lo, Mia. Sabar-sabar apa." Pram tertawa. Menyimpulkan sikap tak sabaran Mia sekedar rasa penasaran belaka. "Nah kakak gue cuma ngelihat sih, dari jauh pula, gak sampe teguran segala. Dia kesana juga karena dapat tugas buat ngeliput acara itu. Tapi berhubung mereka seangkatan, kakak gue yakin seratus persen itu pak boss, bawa cewek lagi. Katanya sih cakep, putih, masih muda pokoknya. Oke punya." Beritahu Pram penuh semangat.
"Jadi kakak lo gak kenal siapa ceweknya?" Mia bertanya lagi dengan nafas tertahan.
"Nggak." Pram menggeleng, Mia langsung bernafas lega.
"Bukannya lo malam minggu ke acara pameran juga ya, Mi?" Tanya Lily.
"Hah? Eh, iya.... iya... Arka ikutan pameran, jadi gue kesana deh." Jawab Mia gelagapan.
"Iya tahu-tahu... bosen gue lihat insta stories lu. Untung jaman Monalisa dulu belum ada sosmed, kalau gak bakalan lebay kayak lo juga tuh."
"Emangnya lo gak ketemu sama Pak Rey, Mi? Di Ganendra kan pamerannya?" Tanya Lily.
"Eng eh.. ketemu sih iya sekilas ketemu gitu." Kata Mia mulai resah, dan mendadak satu ide melintas di pikirannya. "Cewek yang dilihat kakak lo itu, adiknya kali, Pram."
KAMU SEDANG MEMBACA
A.M
ChickLitMia tak punya alasan lain untuk mencintai Arka. Sejak ditemukan Arka dalam keadaan menggenaskan lima belas tahun lalu, hati Mia seolah tertambat pada Arka seorang. Pahlawan kecilnya, yang mengulurkan tangan di saat ia ketakutan, menberinya sepoton...