Kepiting Saus Merah

2.8K 311 41
                                        

“Jadi, Mi, gimana?” Luna berteriak heboh lewat telefon. Terdengar tak sabaran meunggu jawaban dari mulut Mia.

“Ya gitu, Lun.” Jawab Mia malas. 

“Ya gitu gimana?”

“Oke.”

Terdengar suara erangan dari seberang. “Serius dong, Mi? jadi si Danny itu gimana orangnya?”

Mia menghela nafas panjang. “Ya biasa lah, Lun. Baik, tampang oke, cuma…..”

“Cuma elonya gak suka?” tembak Luna tetap sasaran. Mia menyengir tak tahu malu.

“Nah itu dia. Bukan salah gue kan?”

“Apa lo bilang? Bukan salah lo?

“Kan suka gak bisa dipaksa, Luna.”
Luna mendengus kesal. “Terus respon dia ke elo gimana? Kata bang Andre dia seneng banget abis ketemuan sama lo.”

“It’s called Mia’s effect.”

“Denger ya, Mi, percuma cantik kalau gak laku-laku.” Luna terkekeh geli.

“Mohon untuk tidak lupa diri ya, Ibu Luna. Sebelum nikah lo juga jomblo kesepian. Jangan mentang-mentang udah berumah tangga lo jadi rasis ke gue.” Omel Mia kesal.

“Bu Mia, mohon untuk tidak mengulik masa lalu ya! Oh lupa, lo kan emang gak bisa move on dari masa lalu. Jatuh cinta kok sama saudara sendiri sih, Mi? Arka lagi orangnya.” Sembur Luna tak berperasaan. Mia hanya mencebik kesal. Setahunya, Mia selalu mendukung Luna dalam menjalin hubungan dengan siapa saja. tapi entah mengapa sahabatnya itu tak pernah melakukan hal yang sama. Alih-alih mendukung, Luna malah masuk golongan garis keras yang menolak perasaan Mia untuk Arka. Malah tak sungkan menyebutnya cinta terlarang. Separah itu kah?

“Ya namanya juga cinta, Lun.” Sahut Mia lemah.

“Cinta sama saudara sendiri itu nonsense banget, Mi. gue kira friendzone itu udah tahap tersadis dalam urusan percintaan. Ternyata lo lebih sadis. Udahlah friendzone, familyzone juga. Dunia luas loh, Mia.”

“Dunia emang luas , Lun. Tapi hati gue udah terikat di Arka doang gimana dong?”

“Dasar lo masokis. Astagfirullah gue gak boleh ngomongin orang jelek-jelek nanti anak gue ikutan lagi.”

Mia tertawa pelan. Ia diam saja mendengar luna mengomel banyak hal dan ujung-ujungnya pasti diakhiri dengan penyesalan ketika mengingat anak di perutnya. Mia sih selow-selow saja kalau anak Luna banyak mirip dengannya. Biar sahabatnya itu tahu kapok mengomelinya sepanjang waktu.

Dan semudah itu saja, obrolan mereka mengenai perasaan Mia langsung beralih ke hal-hal lain. masalah kehamilan, persiapan rumah baru Luna, sampai gosip artis terkini.  Mia mengiyakan saja. dan begitu telefon terputus, Mia hanya bisa merebahkan kepalanya lunglai ke atas meja.

Layar ponselnya menunjukkan jam dua siang pas. Tapi suasana kantor masih terlihat sepi. Hanya beberapa orang saja yang terlihat. Itupun pada sibuk dengan layar computer masing-masing, dan Mia yakin sekali tak semuanya mengerjakan pekerjaan. Ya termasuk dirinya sekarang ini. memang kantor majalahnya belum memasuki masa sibuk, jadi ia bisa sedikit berleha-leha. Sebagian teman dekatnya seperti Lily dan Pram sedang keluar kota mengurus pemotretan di pulau dewata. Sisanya lagi seperti Hani dan Kania sepertinya sedang di studio. Dan Mia, dengan alasan sedang pusing, memilih berdiam diri di kubikelnya.

Mia tidak sepenuhnya bohong. Ia memang pusing, dalam artian pusing banyak pikiran. Khususnya mengatasi lelaki yang baru ditemuinya saat makan siang tadi. Danny Anggara, 33 tahun, begitu ia memperkenalkan diri. seorang arsitek senior di salah satu perusahan arsitek yang Mia lupa apa namanya. Yang pasti, gedung kantornya tak jauh dari gedung majalah Adore.. Alhasil, Mia memutuskan untuk bertemu darat di coffee shop di lantai dasar kantor majalah Adore. Selain tidak jauh dari kantornya, Mia pikir waktu istirahat siang yang sedikit membuatnya tak perlu susah payah menyudahi pertemuan. Akibatnya, sekarang Mia kena batunya sendiri. Efek pertemuan singkat mereka malah membuat si lelaki penasaran setengah mati padanya. Baru saja sejam mereka berpisah, kini sudah banyak chat masuk dari nomor Danny. Ditanggapi Mia seadanya. Ia sangat tahu maksud dan tujuan si Danny-Danny itu, tapi maaf, Mia sudah lama menutup hatinya untuk lelaki lain. Ini saja karena ia tidak enak dengan Luna dan bang Andre yang niat sekali arrange date untuknya.  Tahu begini, Mia lebih memilih menghindar sejak awal.

A.MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang