"Ayo, kita kembali. Semua orang sudah tunggu kalian." Ujar Gabriel, tangannya menggenggam jemari Shilla yang terasa dingin.
Jaket parasut yang dikenakan Gabriel kini sudah berpindah melingkupi Shilla, tudungnya menyembunyikan wajah Shilla yang selalu tertunduk. Tangannya yang lain mengepal kuat di dalam saku jaket itu.
"Ya." Jawab Shilla parau.
Di bawah rintik gerimis, mereka melangkah menyusuri jalanan yang sudah diberi tanda oleh tim pencari untuk memudahkan mereka kembali. Sepanjang perjalanan menuju ke Kampung Bena, tidak sedetikpun Gabriel melepaskan genggaman tangannya pada Shilla.
Begitu mereka sampai, benar saja semua orang sudah berkumpul di perbatasan hutan. Wajah mereka berseri-seri dan tampak luar biasa bahagia. Mereka disambut dengan pelukan-pelukan hangat dan ucapan-ucapan entah apa itu.
Cakka tersenyum pada Ibunya, memeluk wanita itu sejenak tanpa mengatakan apapun kemudian melangkah meninggalkan kerumunan meski beberapa orang tampak hendak menyambutnya. Ia terlihat tidak tertarik bergabung dengan acara peluk-memeluk itu, membiarkan Ibunya menghampiri Shilla.
"Sayang..." Wanita itu memeluk Shilla kencang dengan kedua matanya yang sudah berair
Shilla tersenyum dan membalas pelukan wanita itu, sekaligus bertanya-tanya dimana keberadaan putranya saat ini. Belum sempat Shilla bertanya, ia sudah melihat punggung yang melangkah menjauh itu. Tidak sedikitpun menoleh. Untuk sesaat, ia merasa dadanya sesak kembali.
"Bibi senang kalian baik-baik aja." Ibu Cakka mengusap pipi Shilla lalu menyingkir, untuk membiarkan yang lainnya bergantian menyambut Shilla.
Glam bahkan memeluknya nyaris satu jam penuh dengan serentetan kalimat yang tidak bisa diingat Shilla, dan hanya dibalas gadis itu seadanya. Pikirannya melayang kemana-mana, tidak tentu arah. Namun ketika Glam melepaskan pelukannya, lalu ia melihat gadis itu...
"Senang lo kembali." Ujar gadis tersebut dengan suara pelan, khas Ify sekali.
Shilla tersenyum, kakinya melangkah mendekati Ify dan memeluk gadis itu. Ia tidak ingin mengingat apapun yang terjadi di antara mereka. Ia sudah terlalu lama kehilangan sosok sahabat sekaligus saudaranya itu, dan ia tidak mau kehilangan kembali
"Gue harap lo bisa ikut kembali ke New York." Ujar Shilla pelan, kemudian melepaskan pelukannya dengan senyum lebar menatap Ify. Ify hanya tersenyum kemudian menyingkir
"Hai, sis..."
Shilla menoleh dan tertawa pelan begitu melihat Rio yang tampak berantakan, bukan seperti Rio biasanya yang selalu tampil keren. Pemuda itu memeluknya begitu erat tanpa mengucapkan apapun.
"Cakka ada di pos kesehatan, kalau yang lo cari daritadi adalah dia." Bisik Rio tepat sebelum melepaskan pelukannya dan tersenyum pada Shilla yang tampak tersenyum kaku.
+++
Semua orang sedang bersiap untuk perjalanan kembali ke New York, mengemasi barang mereka. Namun untuk Cakka, Shilla dan Glam, mereka justru ada di dalam pos kesehatan untuk pemeriksaan sementara. Bilik mereka terpisah, tapi Shilla bisa mendengar suara Cakka yang samar-samar bercakap dengan dokter di bilik sebelah kirinya.
"Kamu hanya mengalami sedikit luka dan sedikit kekurangan asupan nutrisi, tapi kamu akan baik-baik aja." Dokter Kylie tersenyum lalu beranjak dari kursinya, "Beristirahatlah sebentar di sini. Saya akan minta suster antar vitamin dan obat yang kamu butuhkan."
Shilla hanya mengangguk, mengucapkan terima kasih sebelum dokter itu pergi. Begitu memastikan Dokter Kylie sudah tidak ada, Shilla beringsut turun dari kasurnya dan melangkah perlahan menuju bilik kiri. Tangannya bergerak ragu-ragu dan sedikit gemetar saat menyingkap gorden hijau tosca yang memisahkan bilik tersebut. Hal pertama yang ia lihat adalah Cakka yang berbaring dengan mata terpejam, tenang, nafasnya teratur dan tampak tidak terusik dengan keberadaan Shilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOST SEASON (Book 2)
FanfictionSeandainya dulu ia tidak bertahan pada Gabriel, seandainya dulu ia menerima orang lain selain Gabriel, seandainya dulu ia memilih mendengarkan orang lain, dan... mungkin seharusnya memang Shilla menerima Cakka hari itu, Tapi kalau begitu kejadiannya...