Ini di-public dulu, mungkin besok atau lusa baru di-private. Katanya sih biar notifikasinya muncul dulu gitu.
+++
SURPRISE! SURPRISE!
Besok lusa gue bakal ke New York. I know, seharusnya ini jadi kejutan - seharusnya gue tiba-tiba muncul di pintu apartemen lo atau temui lo di kampus, mungkin - tapi rasanya gue nggak sabar kabarin lo tentang ini. Jangan tanya kenapa, gue juga nggak tahu.
Tapi tolong! Jangan terlalu percaya diri, gue pergi ke New York bukan buat nemuin lo. Edward nyuruh gue ke sana buat kerja, jadi jangan kecewa kalau mungkin lo nggak akan ketemu gue :p Um... mungkin gue cuma bakal nagih jam tangan kesayangan gue? Dan jangan pernah bilang kalau jam tangan gue hilang.
Gue rasa cuma itu yang perlu gue beritahu ke lo. Well, sampai jumpa di New York? :)
Alyssa Springs
Your best assistant *LOL*
Pagi ini Rio ke kampus dengan wajah kusutnya, ia tidak tidur semalaman dan hari ini ia harus datang pagi. Mandi tidak membuat tubuhnya terasa segar atau pikirannya menjadi jernih, semuanya justru bertambah rumit untuknya dan dosen yang berada di kelas, sama sekali tidak mendapat perhatian Rio.
E-mail fari Ify yang membuat kepalanya nyaris pecah. Bukannya ia tidak suka Ify datang kemari. Sungguh, ia justru malah bahagia membaca kabar itu. Hanya saja... bisakah diundur beberapa hari lagi? Suasana sedang tidak baik di sini. Ia tidak ingin menambah beban pikiran Ify jika mengetahui apa yang terjadi di sini.
Rio benar-benar tersadar ketika tubuhnya menubruk sesuatu - atau seseorang?
"Maaf." Ujar Rio refleks mengulurkan tangan pada gadis yang terjatuh di depannya. Ketika gadis itu mendongak, ia baru mengenali bahwa gadis itu adalah Glam
"It's okay, rasanya cuma kaya diseruduk banteng." Jawab Glam terkekeh, mengucapkan terima kasih untuk bantuan Rio, "Kenapa sih? Jalan aja sampai nabrak-nabrak."
"Cuma kurang tidur."
"Ah, ya... kelihatan jelas. Lihat mata panda lo itu." Desis Glam melangkah bersama dengan Rio menyusuri koridor kampus itu, "Ah, lo pasti semalaman begadang sama Shilla ya? Dia bilang kemarin mau nginep di apartemen lo, pagi ini juga wajahnya kusut. Nggak jauh beda sama lo."
Rio tidak menjawab, hanya menahan diri untuk tidak mendengus terlalu keras di depan Glam. Bagaimanapun perasaan kesal itu masih tersisa mengenai kejadian kemarin. Ia harus bertahan dengan pertanyaan-pertanyaan dari Ibunya, semalaman, hingga pagi.
"Tapi pagi ini gue belum ketemu Shilla, kita cuma bicara di video call dan_"
"Glam." Potong Rio, "Bisa lo bicara yang lain?"
"Yang lain?" Glam mengernyit tidak mengerti, yang lain apa maksudnya?
"Apapun, asalkan jangan... tentang Shilla. Please?"
+++
Shilla merapatkan sweater rajutnya, hadiah ulang tahun ke tujuhbelas dari Bibinya yang dikirim ketika wanita itu berada di Norwegia. Ulang tahun ke tujuhbelasnya memang tidak begitu berkesan. Jangan salahkan ia terlahir di saat semua orang sibuk.
Gabriel harus pergi untuk acara kampus, Glam menengok neneknya yang sedang sakit, dan Paman Bibinya seperti biasa - bekerja. Shilla hanya menghabiskan diri di rumah, menikmati segala hidangan spesial yang dibuatkan pelayan rumahnya. Duduk di sofa ruang tamu sembari menonton film dan sesekali Glam atau Gabriel atau Bibinya menelpon, menanyakan hal-hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOST SEASON (Book 2)
FanfictionSeandainya dulu ia tidak bertahan pada Gabriel, seandainya dulu ia menerima orang lain selain Gabriel, seandainya dulu ia memilih mendengarkan orang lain, dan... mungkin seharusnya memang Shilla menerima Cakka hari itu, Tapi kalau begitu kejadiannya...