Ps. : Beberapa dialog bahasa asing mungkin ITALIC'nya hilang. Dan itu pure kesalahan dari sistemnya atau mungkin Ms. Word ku. Karena keterbatasan waktu buat edit, ya semoga ga begitu mengganggu :)
+++
Everyone makes mistake in life, but that doesn't mean they have to pay fot them the rest of their life. Sometimes good people make bad choices. It doesn't mean they are bad, it means they are human. – Unknown
***
"Kalau memang serius... apa salahnya?"
"Apa?" Kedua alis Cakka menyatu, kali ini ia benar-benar tak bisa menyembunyikan keterkejutannya di depan Shilla.
"Kenapa kita nggak menikah? Bukankah itu semua... demi Paman?" Shilla meremas ujung kemeja yang ia pakai, "Tapi aku punya syarat."
"Lo pikir ini pasar negosiasi?"
Shilla mengerjap, bibirnya sedikit mengerucut mendengar ucapan Cakka, namun ia menegakkan dagunya dan menatap Cakka setegas yang ia bisa, "Gabriel harus setuju dengan pernikahan ini dan..." Shilla menggigit bibir dalamnya.
"Ini bukan pasar nego_"
"Aku mau dia yang antar aku ke altar."
Hening. Kali ini Shilla memilih untuk menunduk, mengabaikan Cakka yang menatapnya seolah menunggu sampai Shilla mengangkat dagunya seperti tadi. Tapi Shilla tak lagi punya keberanian untuk melakukan hal itu. Ia tahu betul yang ia ucapkan tadi adalah hal yang bodoh. Sepertinya, sampai mati pun Gabriel tidak akan sudi mengantarnya ke altar untuk menikah dengan Cakka.
Dan Cakka... relakah pemuda itu jika pengantinnya nanti diiringi oleh mantan kekasih pengantinnya? Mungkin saat ini Cakka sedang berpikir ulang untuk melanjutkan perikahan bersyarat konyol itu.
"Oke."
"Oke?" Shilla terbelalak, kepalanya mendongak begitu saja.
"Bagaimanapun Gabriel..." Tangan Cakka menyusuri lehernya, "Dia cukup berarti buat lo, selama ini, selama gue nggak bersama lo."
Shilla merapatkan bibirnya. Tiba-tiba saja sesuatu berdesir di bawah kulitnya dan ia tidak tahu perasaan macam apa ini. Kenyataan bahwa... ia baru saja membicarakan tentang pernikahan bersama... Cakka? Apakah ini mimpi?
Apakah ini hanya ilusi?
Apakah besok ketika ia bangun, ia akan kembali menjadi kekasih Gabriel dan Cakka hanya menjadi bayang-bayang masa lalunya?
"Gue sungguh-sungguh." Cakka menatap Shilla dengan keyakinan itu, dengan sepenuh hatinya.
+++
"Ini namanya penculikan." Ujar Shilla setelah menguap – entah yang keberapa kalinya –
Pagi ini ia sama sekali tak berniat bangun di bawah pukul tujuh, ia ingin menikmati akhir pekan dengan bergelung di bawah selimutnya yang hangat. Pekan ini benar-benar membuatnya nyaris gila dengan segala hal yang terjadi, belum lagi tugas-tugas kuliahnya yang menumpuk. Demi apapun, ia hanya ingin tidur dan melupakan semuanya.
Tapi ketukan di pintu dan suara yang mengatakan kalau Cakka sudah menunggunya di bawah itu membuatnya melompat dari kasur dengan mata setengah terpejam – dan ia nyaris terjembab – maka lenyaplah impiannya untuk tetap bergelung di bawah selimut. Ia yakin betul ia tak ada janji apapun dengan siapapun hari ini, tapi kedatangan Cakka nampaknya membuat kantuk dan lelah Shilla hilang. Sejak hari itu – di rumah Gabriel – Cakka lebih sibuk dari biasanya, dan Shilla tak sekalipun melihat batang hidungnya. Entah apa yang membuat Cakka tiba-tiba muncul di rumahnya pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOST SEASON (Book 2)
FanfictionSeandainya dulu ia tidak bertahan pada Gabriel, seandainya dulu ia menerima orang lain selain Gabriel, seandainya dulu ia memilih mendengarkan orang lain, dan... mungkin seharusnya memang Shilla menerima Cakka hari itu, Tapi kalau begitu kejadiannya...