prolog

14K 1.2K 88
                                    

Time Capsule ala Reza Cendekia.

1. Bahagia.

Entah yang keberapa kalinya aku telah memandang kertas putih tersebut dan membaca isinya. Bahagia? Aku tertawa dalam keheningan. Apakah aku pantas mendapatkannya setelah semua yang terjadi dalam hidup ini?

Ini sudah tepat satu tahun.

Aku kembali terduduk di tempat favoritku atau bisa ku bilang tempat favorit kita. Di pangkuanku telah terletak sebuah album dengan sampul hitam berhias gambar khas buatanmu. 'Biar albumnya ngga keliatan suram banget,' itu yang kau bilang saat itu.

Kini, tanganku memilih untuk membuka album tersebut ditengah pelukan malam. Namun dinginnya malam tak sebanding dengan dinginnya diriku setelah kepergianmu, seperti sebagian jiwaku turut hilang bersamamu.

Tepat satu tahun, Salma. Tepat satu tahun.

Mataku bergulir menjelajahi segala foto di album yang entah berapa kali telah aku buka. Semua foto di sana adalah sebuah kenangan yang sampai kapan pun tak akan bisa aku ulangi. Tanganku terus bergerak untuk mengusap foto dan membalik lembar demi lembar. Namun, tanganku terasa dingin ketika harus membalik lembar terakhir album tersebut.

Aku menatap sendu sosok dirimu di foto yang kini terhias di depan mataku sebelum aku membalik lembar terakhir. Senyumanmu yang merekah begitu asri nan damai. Bahkan aku masih bisa mengingat jelas proses terbentuknya lengkungan itu. Aku masih mengingatmu dengan sangat rinci, Salma. Sangat amat rinci. Bagaimana wangi tubuh dan rambutmu, raut seribu wajahmu, cubitan-cubitan kesalmu, dan segalanya tentang kamu. Aku mengingatnya.

Sudah satu tahun, Salma. Itu waktu yang panjang bagiku.

Pada akhirnya, aku memberanikan diri untuk membalikan lembar terakhir album foto yang beraroma seperti dirimu. Kau tahu, Salma? Aku rutin membeli parfum kesukaanmu hanya untuk mengobati rindu. Bahkan aku turut membeli sampo dan sabun yang selalu kau gunakan. Semua ini hanya untuk menyalurkan rasa rinduku karena aku tahu kalau kita tak akan pernah bisa bertemu.

Dan seperti malam-malam biasanya, aku hanya bisa tercenung memandang foto terakhir di album ini. Mataku memanas dan rasanya dadaku terhimpit dua bongkah batu besar hingga berdarah. Di lembar itu terdapat sebuah gambar batu dengan banyak tulisan. Tulisan yang selama ini selalu aku enyahkan dalam otakku namun sayang kenyataan menamparku begitu kencang hingga rasanya bernapas begitu menyiksa ketika harus mempercayai tulisan itu.

Jemariku bergetar ketika menyentuh tulisan-tulisan di batu tersebut.

Salma Tsuraya binti Ghifran Sumadi

Lahir: 14 November 1999

Wafat: 3 Januari 2015

Sudah tepat satu tahun, Salma. Tapi aku masih bisa merasakan kehadiranmu. Aku bahkan masih bisa mendengar celotehanmu. Namun, satu yang tak aku bisa, Salma.

Aku tak bisa menyentuh ragamu.

Malam ini, aku akan pamit. Walaupun aku selalu bermandi kenangan dan terus mendamba kehadiranmu, aku tahu aku harus bangun. Aku ingin meneruskan hidupku seperti yang aku tulis di kapsul waktu bersama kelima temanku dan seperti yang kamu inginkan. Tapi tak perlu khawatir, Salma, dirimu masih aku simpan di sudut terpencil hatiku yang tak bisa digapai oleh siapa pun. Kau masih tertanam di jiwaku.

Aku mencintaimu, Salma, dan akan terus begitu entah sampai kapan.

TCP [1] : "Rebound"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang