dua puluh dua: "Ayah dan Keluarga Kecilnya"

9.8K 732 58
                                    

Reza: udah siap belom neng?

Reza: abang udah di bawah, bawa arak-arakan ala org betawi.

Reza: orang yang abang bawa menang nih silatnya, berarti kita jd lamaran dong yah.

KIRANA membulatkan besar matanya ketika melihat pesan yang baru saja masuk ke ponselnya. Reza dan leluconnya. Ah, kenapa sih cowok itu selalu bercanda yang menjurus seperti ini?

Kirana A: palelu lamaran. gue gamau nikah skrg.

Reza: lah yg bilang nikah sapa

Reza: gue mau lamaran kerja di rumah lu

Reza: YAHAHAHA, CIEEE PENGEN NIKAH SAMA GUE YA?!

Kirana mengumpat pelan dengan mata membulat besar. Raut wajahnya seketika merona. Harusnya dia tahu kalau jawaban Reza akan seperti ini!

Kirana: anjir, gaada lamaran pekerjaan di sini

Kirana A: udh ah sana, mls gue sm lo. gausa pergi deh ah.

Reza: yah, kirkir :( pdhl kata Om Ridho ada loh!

Reza: lamaran buat jadi menantunya. AHAHAHA.

Kirana A: bye.

Rasanya ingin sekali Kirana menjambak jambul Reza kencang-kencang ketika sudah begini. Cowok itu memang tak ada hentinya mengeluarkan guyonan. Dia selalu menghibur Kirana. Bahkan jika Reza tak ada dan Kirana merasa moodnya sedang tidak bagus, cukup dengan melihat kumpulan chat mereka sudah mampu membuat perasaan cewek itu membaik.

Reza: cepet elah turun, banyak makan nih di ruang tamu lu. gue abisin yak.

Balasan lagi pun muncul selang beberapa detik. Alih-alih membalas, Kirana justru hanya membaca pesan tersebut dan memeluk boneka beruang besar yang telah Reza berikan untuknya tempo lalu. Boneka besar yang semula masih berada di rumah Reza telah diantarkan oleh cowok itu sendiri dengan mobilnya sehari setelah hari penyambutan. Dan, boneka ini berhasil membuat Reza sesak napas sendiri di dalam mobil karena ukurannya yang besar. Kirana sampai tertawa geli begitu melihat tampang nelangsa Reza saat keluar dari mobilnya.

"Sayang, masih di dalem?"

Suara bariton yang berasal dari luar kamar membuat Kirana memperdalam pelukannya terhadap boneka besar tersebut. Itu suara ayah tirinya diiringi oleh suara decitan pintu yang terbuka. Begitu pintu terbuka sempurna, Ridho menggelengkan kepala ketika mendapati anak perempuannya yang asyik memeluk boneka itu.

"Itu Reza udah di bawah loh, Kir. Kok kamu masih di situ meluk-meluk boneka? Mending peluk Papa sini," ujar Ridho yang dituruti oleh Kirana. Cewek itu beralih, memeluk ayahnya kemudian mendudukan tubuhnya di tengah ruangan. Hal itu pun turut dilakukan oleh Ridho. Dia duduk di hadapan anak perempuannya

"Kenapa lagi, Sayang?" tanyanya pengertian.

Kirana mendesah panjang kemudian menautkan jemarinya tanda gelisah. "Papa atau Kak Adam atau Kak Cakra nggak mau nemenin Kirana gitu? Masa aku berdua doang sama Reza ke rumah Ayah?"

Alis pria itu naik sebelah. "Bukannya udah biasa berdua sama Reza? Lagian Papa ada meeting jam tiga sore nanti."

"Ih, bukan itu, Paaa." Kirana menurunkan bahu. "Kirana cuman ... ya ... gitu deh."

"Takut?" tebak pria itu.

Kirana mengangguk. Dia melipat kakinya di depan dada kemudian melingkarkan tangannya ke lipatan tersebut. "Gimana kalau nyatanya Kirana nggak diterima?"

TCP [1] : "Rebound"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang