tiga: "Terlalu Mirip"

12.9K 944 105
                                    

ENTAH apa yang Reza mimpikan semalam hingga pagi ini ia terlambat datang ke sekolah dan sedang menjalani hukuman bersama Kirana. Ya, Kirana yang kemarin, Kirana yang ia peluk dan ia kira sebagai Salma. Ada secuat rasa malu karena dengan begitu lancang telah memeluk cewek dengan rambut hitam legam itu namun sebagian dirinya berkata kalau itu adalah hal baik.

Reza melirik Kirana yang tengah sibuk membereskan beberapa buku tebal di sudut sana. Peluhnya bercucuran dan beberapa debu mulai menerpa wajahnya yang tertutup masker hidung. Ia beserta siswa telat lainnya disuruh untuk membersihkan gudang tempat menyimpan buku-buku perpustakaan hingga jam pertama selesai.

Suara batuk Kirana di ujung sana seketika membuat pandangan Reza tak pernah putus. Dia terus memperhatikan segalanya, takut ada sesuatu yang membuat cewek itu tertimpa atau terbatuk lagi. Namun, otaknya bergumam bahwa itu bukan Salma dan Reza harus menelan pil besar itu lagi, cewek itu bukan Salma yang ia cintai.

Suara gedebuk kencang sontak membuat Reza-yang sempat mengalihkan pandangannya sesaat-menoleh cepat, napasnya tercekat dengan jantung yang berdegup kencang ketika melihat Kirana yang tertimpa beberapa kardus di atas lemari. Untung saja kardus itu kosong sehingga Reza bisa menghela napas kelegaan sedetik kemudian. Reza mendekati sosok Kirana yang mendumal karena seragamnya kotor terkena debu dan langsung mengangkat buku-buku yang sempat terjatuh dari genggaman cewek itu. "Lo ngga apa-apa?" tanya Reza sambil menaruh buku-buku itu ke dalam kardus.

Bisa Reza rasakan tubuh Kirana yang menegang. Cewek itu menggeleng pelan lalu mulai melanjutkan tugasnya kembali. "Biar gue aja."

Reza menggeleng tanpa melihat lawan bicaranya. "Tugas gue di sana udah selesai jadi gue bantuin lo aja biar cepet kelar."

Kirana terdiam sejenak namun pada akhirnya tetap melanjutkan pekerjaan membereskan buku-buku itu. Suasana gudang perpustakaan hening meskipun ada lebih dari lima siswa di sana. Kelimanya tak saling kenal dan memilih untuk dengan cepat menyelesaikan tugas di sini.

"Gue minta maaf soal kemarin," ucap Reza pelan masih sambil tidak melihat lawan bicaranya. Degup jantungnya mulai melebihi ritme dan dia hanya bisa seperti ini jika berada di sekitar Salma. Kirana yang mendengar pun hanya mengangguk, dirinya jauh lebih pendiam jika bersama Reza, mungkin karena ia bingung dengan perasaan dirinya sendiri.

"Nama gue Reza, Reza Cendekia," ujar Reza lagi kini diiringi dengan tangan yang terulur dan pandangannya yang menangkap mata Kirana. Mata hitam kelam bak mutiara itu sontak membuatnya tenggelam sedikit demi sedikit, bahkan matanya pun sama. Seluruh jengkal tubuh Kirana mengingatkannya akan Salma.

Kirana menurunkan masker hidungnya dan tersenyum kasual sambil membalas uluran tersebut. Ada sengatan kecil dan degup jantung yang berdetak lebih cepat. Ini kali pertamanya seorang cowok selain Cakra dan Adam-kakak tertua Kirana-menyentuhnya. "Kirana Amalia, panggil aja Kirana."

Reza mengangguk kecil lalu melepaskan genggaman tangan formalnya. Ada rasa hilang ketika tangan yang lebih mungil darinya itu telah menghilang, ia merasa lengkap hanya dengan berjabat bersama Kirana.

"Lo kelas berapa?" tanya Kirana, mencoba mencairkan suasana yang begitu hening. Tangannya kembali membereskan buku-buku yang akan dimasukan ke kotak terakhir.

"Kelas 11 IPA 2, kalo lo?"

"10 IPA 1."

"Oh, sekelas sama Thessa ya?"

Kirana mengangguk. "Lo udah kenal deket sama dia ya?"

"Gue sama dia temenan dari bocah. Bokap kita sahabatan sejak kuliah jadi Thessa suka mampir ke rumah."

"Oh gitu," gumam Kirana mengakhiri percakapan. Suasana kembali hening dan meninggalkan suara sayup gerakan-gerakan para siswa yang sibuk merapikan gudang tersebut.

TCP [1] : "Rebound"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang