PASCA hari penyambutan kembali Kirana ke sekolah satu minggu yang lalu, nama cewek itu menjolak naik di kalangan siswa Paraduta beserta para guru. Dimana pun Kirana berada, akan selalu ada senyuman merekah, sapaan, dan pembicaraan singkat yang terjadi. Dunia yang sangat baru untuk Kirana. Penuh kehangatan, senyuman, dan gemerlap cahaya.
Meski kadang ia menerima pesan berisi pengolokan tentang dirinya-yang Kirana syukuri bukan tentang latar belakangnya karena Reza beserta kawanannya sangat lihai menjaga rahasia-dirinya masih mampu tersenyum.
Seperti saat ini, ketika tiga orang kakak kelas perempuan dan satu orang laki-laki mencegatnya di depan toilet lantai dua. Kirana menghina dalam batin meski bibirnya tak henti melengkungkan senyuman. Cara yang betul-betul ketinggalan zaman. Terlalu kuno.
"Lo ini sebenernya ada apa sih sama Reza?"
Satu dari tiga perempuan itu akhirnya memecah keheningan. Dilihat dari namanya yang tertera di seragam dan dasinya yang bercorak garis tiga miring berwarna hitam-corak garis satu untuk kelas 10 dan begitu seterusnya-cewek itu bernama Cherrly kelas 12. Kirana melenguh samar, ada saja orang kuno yang masih mau melakukan hal seperti ini.
"Heh, punya mulut nggak?!"
Dan bentakan yang sama kuno dengan caranya. Memangnya mereka tidak bisa lihat kalau Kirana jelas-jelas punya mulut? Kirana terkekeh pelan. Jujur saja, ini bukan apa-apa untuknya. Dia sudah kebal dengan jenis bully seperti ini.
"Kalian tahu nggak, sih?" Kirana pada akhirnya angkat bicara setelah kekehannya hilang. Dia bersedekap seolah menantang keempat orang yang melotot melihat ulahnya. "Cara kalian tuh katro banget. Terlalu ketinggalan zaman. Nggak pernah ngikutin arus globalisasi ya?"
Dena-cewek lainnya-menghentakkan kaki kencang. "Maksud lo apa, hah?! Lo nggak sadar diri ya? Lo tuh baru aja berurusan sama gue, Cheerly, Monna, dan Seno! Orang-orang petinggi Paraduta! Ortu kita yang bantuin dana buat sekolah. Mana sopan santun lo, hah? Kalau nggak ada kita, nggak mungkin SPP cuman satu juta setengah, pasti lebih!"
"Udah ngomongnya?" Kirana berakting menguap bosan. Sisi lainnya yang tak pernah dia tampilkan di Paraduta mulai menguar. Justru di sini mereka lah yang salah berurusan dengannya. Di sekolah lama Kirana, dia sudah sering kali mendapatkan skorsing akibat melukai temannya. Bahkan yang terparah masuk rumah sakit akibat kepala temannya ia tendang akibat melakukan aksi bully. Namun, memang Kirana selalu di tempat yang salah, maka selalu Kirana yang menanggungnya.
"Itu uang ortu lo 'kan, bukan lo. Jadi nggak usah sok jadi raja di sini," tandas Kirana, menyulut emosi Monna yang langsung menarik ikatan kuncir kuda Kirana. Bukannya meringis, Kirana justru tertawa. "Permainan lo cewek banget tahu, nggak?"
Monna kontan terdiam sesaat. Mata hitam kelam itu seakan memakannya perlahan-lahan. Kakinya mulai gemetar. Tatapan cewek itu terlalu mengintimidasi. Tapi, bagi Monna harga diri yang utama. Ia makin menarik kunciran tersebut dan menampar berkali-kali Kirana yang terus tertawa. Pandangan ketiga orang lainnya mulai sangsi. Kirana, sosok yang selalu penuh senyuman mendadak tertawa dengan intonasi meremehkan. Sisi lain yang begitu menyeramkan.
Dan ketika tamparan lagi-lagi menghampiri pipi Kirana, cewek itu dengan sigap menahan tangan tersebut. Kirana melirik sedikit, menusuk pandangan Monna yang kini pucat pasi. "Cara lo basi, mau yang lebih ekstrem?"
"Sialan!" Seno mengumpat, mulai maju untuk membalas ucapan Kirana. Namun belum selesai niatnya terlaksana, cowok itu justru langsung jatuh tersungkur di lantai akibat tendangan telak di perut. Ketiga cewek itu terbelalak. Seno yang notabene menjadi orang terakhir yang seharusnya menyerang jika keadaan tak berpihak justru kalah di awal.
Masih dalam keheningan, Kirana menepis dengan mudah cengkraman Monna di rambutnya. Dia meniup untaian rambut yang kini berada di depan matanya. Gara-gara empat orang kuno ini dia harus membuka kandang singa dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TCP [1] : "Rebound"
Teen FictionReza selalu mendamba Salma berada kembali ke dalam hidupnya. Kembali ke masa lampau dengan jalinan cinta yang ia limpahkan semuanya untuk gadis itu. Namun sayang, kematian merenggut semuanya. Kirana selalu mendamba setitik kehangatan di kehidupan ke...