JANTUNG Reza terasa sungkan untuk melakukan tugas dengan semestinya. Tubuh cowok itu lemas menatap Kirana yang berada di dalam balutan jaketnya. Tak henti-henti cowok itu mengecek lengan kiri Kirana yang telah ia balut dengan perban seadanya dari kotak P3K mobil Dirga.
Saat menemukan Kirana dengan kondisi semengenaskan itu, Reza tak berpikir solusi lain selain mengangkat cewek itu dan berlari menembus hujan ke arah mobil Dirga. Dia sempat dijadikan tontonan para anak kecil dari dalam rumah namun ia tak peduli. Kirana harus segera ditangani dengan dokter.
Dirga dan Thessa pun segera mengikuti Reza dan dengan cepat, Dirga segera menjalankan mobil menuju rumah sakit terdekat. Reza yang terduduk di belakang tak hentinya memanjatkan do'a. Tubuh Kirana sangat dingin dan pucat. Bahkan bibirnya sudah nyaris memutih. Mata hitam kelam yang selalu memandang Reza itu tertutup. Hanya deru napas yang menandakan bahwa Kirana masih berada di dunia.
Ini seperti gamparan kasar untuk Reza. Dia lalai lagi. Reza membuat seorang anak manusia nyaris kehilangan nyawanya. Sudah cukup Salma, jangan Kirana. Reza mengigit bibirnya kuat-kuat, mencegah tercipta suara saling adu gigi gerahamnya. Kenangan lama mulai berputar.
Salma yang bersamanya. Salma yang tertawa. Salma yang tertidur dalam dekapannya dengan darah dimana-mana. Salma yang menatapnya sayu. Salma yang tersenyum simpul. Salma yang memberikan dirinya pesan terakhir. Salma yang menghembuskan napas terakhirnya.
Dan, tubuh Salma yang perlahan-lahan ditimpa tanah tempat peristirahatan terakhir.
Reza menitihkan bulir cairan bening dari matanya. Dia memicing, mencoba mengatur napas akibat sesak yang mendera. Ketakutan mulai menggerogoti tubuh Reza. Cowok itu takut jika apa yang pernah ia lihat akan terjadi kembali dengan Kirana sebagai tokoh utamanya.
Reza takut akan menghilangkan satu nyawa lagi akibat ulahnya.
"Reza."
Kepala cowok itu yang terus menunduk akhirnya mendongak, menatap Thessa yang memanggilnya dengan sebuah senyum di wajahnya yang pucat. Ah, Thessa pasti sekarang sedang merasakan pusing akibat ulahnya. See? Reza terus membuat semua orang menderita akibatnya.
Reza tak pantas untuk mengecap kebahagiaan terlalu lama.
Thessa mendengus pelan ketika mengerti tatapan Reza. "Gue nggak kenapa-napa, Ja. Kita udah sampai dan gue akan menekankan kalimat ini. Semua akan baik-baik saja, Kirana akan selamat dan kejadian di masa lalu nggak akan pernah terulang. Gue berjanji atas nama hidup gue."
'Semua akan baik-baik saja'? Apa itu masih layak untuk Reza? Apa Reza masih bisa mengecap kebahagiaannya sedikit lebih lama?
"Kita udah sampai. Gue dan Dirga akan panggil pihak UGD. Lo tunggu sini. Sekali lagi, Ja, semuanya akan baik-baik saja."
Reza mengangguk mengiyakan. Pandangannya berlabuh lagi ke tubuh Kirana. Balutan perban di lengan kirinya yang semula berwarna putih telah berganti menjadi merah. Reza meringis melihatnya, Kirana kehilangan banyak darah akibat ulahnya.
Apa Reza benar-benar masih layak untuk mengecap kebahagiaan setelah semua yang ia buat?
Tak lama kemudian, pihak UGD mulai membuka pintu bagian belakang, memindahkan tubuh pucat nan kurus Kirana ke atas bangkar dan dengan segera dilarikan menuju ruang UGD untuk diberi penanganan lebih lanjut.
Perpindahan itu berlangsung cepat. Bahkan Reza merasa kalau ia tak melihat perpindahan tersebut. Jiwanya terasa direnggut hingga sebuah tepukan di pundak dari Dirga membuatnya menoleh.
"Percaya pada diri lo, lo masih bisa mengecap rasa bahagia itu, Ja."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
TCP [1] : "Rebound"
Teen FictionReza selalu mendamba Salma berada kembali ke dalam hidupnya. Kembali ke masa lampau dengan jalinan cinta yang ia limpahkan semuanya untuk gadis itu. Namun sayang, kematian merenggut semuanya. Kirana selalu mendamba setitik kehangatan di kehidupan ke...