satu: "Pertemuan Pertama"

16.6K 1.1K 142
                                    

REZA sibuk menyesap susu kotak coklat yang baru ia beli tadi sembari menyenderkan tubuhnya ke sebuah pilar di dekat balkon koridor. Pandangannya menuju ke arah bawah, memandang sebuah titik imajiner. Hari ini adalah hari yang amat baru, kalimat itu terus berputar di pikirannya, terucap seakan sebuah mantra sihir yang akan bekerja sebagai mana mestinya.

Dia menghela panjang. Rasanya amat berat untuk keluar dari zona nyamannya. Namun demi segala hal dalam hidupnya, ia harus keluar. Reza tak ingin diikuti masa lalu dan satu-satunya cara untuk menghentikan langkah masa lalu itu adalah terus bergerak maju, berlari ke depan, meninggalkan masa lalu jauh di belakang. Namun, sebuah pertanyaan yang sejak malam kapsul waktu itu terbentuk mengusiknya.

Apa ia sanggup meninggalkan gadisnya?

Reza mengusap kasar wajahnya kemudian memilih untuk memperhatikan sesuatu yang menarik dibandingkan harus menjawab pertanyaan itu. Matanya kini terfokus menatap semua orang di bawah sana. Bisa ia lihat Gege dan Dirga yang baru memasuki gerbang sekolah. Dirga dengan tatapan kesal menjewer telinga Gege lalu meninggalkannya sendirian di sana, membuat Reza terkikik geli dari tempatnya berpijak. Keduanya bagaikan kucing dan tikus, hanya saja lebih unyu.

Ia kembali menyapu pandangannya dan kini tatapannya terhenti di seorang perempuan yang sedang berjalan sendirian di tengah keramaian. Dipandangnya lekat perempuan itu. Seragamnya yang berwarna lebih mencolok dari yang lainnya menandakan bahwa dia adalah anak baru semester ini. Tampilannya tak begitu menarik, hanya seperti siswi biasa. Namun, ada sesuatu yang seperti mengikat pandangan Reza untuk terus menatap tubuh gadis berkuncir kuda tersebut, seperti ada rantai tak kasat mata yang membelenggu tatapannya.

Cewek itu terus bergerak menuju ke arah tangga. Posisi Reza yang berada di salah satu ujung sisi gedung berbentuk 'U' membuatnya bisa memperhatikan gadis itu lamat-lamat. Cewek yang sedari tadi ia perhatikan masih belum menampakkan wajah ke arahnya itu membuat Reza penasaran. Ini membingungkan, dia baru saja dibuat penasaran oleh seorang perempuan. Ini kejadian langka, hanya terjadi sekali dan terakhir kalinya adalah ketika ia bersama Salma.

Salma.

Jantung Reza mulai berdegup sedikit lebih kencang ketika nama itu kembali terpatri di batinnya. Ia mengatur napasnya yang sedikit memburu ketika kilas balik itu menampakan wujud Salma di dalam otaknya. Diliriknya kembali gadis tersebut. Tampaknya ada seseorang yang memanggil gadis itu sehingga gadis itu sontak membalikan tubuhnya.

Dan setelahnya, yang Reza tahu adalah tubuhnya melemas hingga ia mencengkram erat pilar di sampingnya. Ia tercengang, napasnya kian memburu. Perempuan berambut hitam legam terikat itu telah memperlihatkan parasnya dan rasa sesak tetiba datang diiringi degup jantungnya yang melebihi ritme.

Hari ini, hari pertama memulai semester akhir di kelas 11, dia menemukan seseorang dengan paras sama dengan Salma.

Salma...

Salma...

Salma...

Nama itu terus terputar di otaknya, mengalun seperti lagu yang dia hapal dan menyerap ke dalam hatinya. Rasa sesak kian mendera diiringi sesalnya. Ia menatap kembali perempuan itu yang telah entah dimana berada. Dia menghilang. Begitu saja.

Reza menggelengkan kepalanya. Tidak, itu bukan Salma. Perempuan itu telah tak ada. Pasti perempuan yang ia lihat adalah sebuah fatamorgana dari rindunya.

Setidaknya, itu yang Reza yakini saat ini.

***

Hari pertama di SMA Paraduta terasa sama saja seperti di sekolah lainnya bagi Kirana. Paraduta adalah sekolah ketiga di masa SMA-nya. Guru-guru yang dia buat kelimpungan selalu menghadiahkannya SP dan berakhir dengan dihapuskan namanya dari daftar siswa sekolah tersebut.

TCP [1] : "Rebound"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang