KIRANA membulatkan matanya lebar ketika sampai di pekarangan belakang rumah Galih. Dia tak menyangka jika acara 'main-main' yang Reza maksud adalah acara di pekarangan rumah dengan meja-meja bertaplak putih yang di atasnya diisi makanan-makanan ringan. Ini persis seperti pesta kebun.
Para teman-teman Reza sudah datang terlebih dahulu, mereka sekarang tengah berkumpul di gazebo dekat kolam berenang. Bahkan di rumah ini pun ada kolam berenangnya! Kirana harus memberikan empat acungan jempol untuk Galih. Rumah ini dari luar terkesan biasa saja namun ketika sudah di dalam, Kirana sendiri yakin tak ada satu pun manusia yang tak betah di sini.
"Rumahnya besar ya, Kir? Ini rumah ter-pewe yang pernah gue kunjungin. Beda banget sama rumah gue yang sangat sederhana," ucap Reza yang masih berdiri di samping Kirana. Mereka masih berada di dalam rumah, Kirana sibuk memperhatikan keadaan di sana.
Kirana mengangguk setuju. "Tapi, bagi gue rumah itu nggak perlu gede, Ja. Nggak perlu bagus, nggak perlu mahal, nggak perlu berisi interior yang harganya bisa bikin jual ginjal, nggak perlu bisa sampe lari-larian di rumah. Bagi gue, rumah itu cukup hanya dengan kenyamanan. Kalau gue udah nyaman, itu artinya gue udah menemukan rumah gue."
Reza tersenyum kecil lalu mengelus puncak kepala Kirana kemudian menggiring cewek itu ke hadapan teman-temannya. Melihat Reza yang merangkul Kirana dan melangkah mendekati mereka semua membuat Gege, Jared, dan Galih menyeringai usil.
"DOI BARUUUU!"
"Ajigile, Kirana takluk nih?"
"Mama Milong!! Eja bawa cewek!"
Dan kemudian semua sahutan mulai saling tumpang tindih. Telinga Reza bahkan belum menangkap gelombang suara sebelumnya namun suara selanjutnya telah berkumandang. Reza melenguh malas dengan Kirana yang tersipu. "Gue nggak denger apa yang lo ucapkan. Ocehan kalian belum nyampe kuping gue tapi udah ada ocehan lainnya. Bahkan gue aja bingung sapa yang ngomong."
"Intinya, sih, Reza bawa cewek. Udah gitu aja," ucap Gege, merangkum segala ocehan teman-temannya.
"Ya elah, bawa cewek doang. Lo pada norak banget, sih." Reza mulai bersungut ria. Dia membiarkan Thessa menyeret Kirana menjauh.
"Kalo yang bawa cewek itu Dirga, sih, gue nggak heran, Ja. Cuman kalo lo sama Mama Milong yang bawa, itu baru kabar panas. Lebih panas dari kursi yang abis didudukin delapan jam," seru Jared yang kemudian melahap cemilannya.
Dirga mendelik kesal sementara Reza memutar bola matanya malas.
Sementara itu di pihak perempuan, Thessa menggiring Kirana dengan senyuman riangnya. Cewek itu mengenalkan Kirana ke seluruh perempuan di sini. Kirana tersenyum menyapa tiap kali sebuah perkenalan terjadi. Teman Kirana semakin bertambah hari ini dan Kirana sangat menyukainya.
"Nah yang ini," Thessa menunjuk cewek terakhir yang belum ia kenalkan. "Namanya Sheren, adeknya Kak Milo."
Kirana menjabat tangan Sheren dengan senyuman mengembang yang turut diukir oleh cewek itu. Di antara mereka semua, Sheren lah yang paling muda.
"Sekaligus calon adik ipar gue, Kir," bisik Thessa tepat di depan telinga Kirana, membuat Kirana langsung membulatkan matanya ke arah cewek yang sedang terkikik geli itu.
"Lo serius? Lo dan ... Kak Milo?" tanya Kirana pelan, raut wajahnya belum berubah.
Thessa mendengus geli. "Ya nggak lah. Gue cuman ngecrush doang. Siapa, sih, yang nggak suka sama Kak Mil?"
"Pantes aja di antara mereka berenam, cuman Kak Milo yang lo panggil dengan sebutan 'Kak'."
"Yaa begitu lah. Anyway, jangan bilang siapa-siapa ya. Cuman lo dan Jabol aja yang tahu," ungkap Thessa kemudian menarik Kirana lagi, acara bermain akan segera dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
TCP [1] : "Rebound"
Teen FictionReza selalu mendamba Salma berada kembali ke dalam hidupnya. Kembali ke masa lampau dengan jalinan cinta yang ia limpahkan semuanya untuk gadis itu. Namun sayang, kematian merenggut semuanya. Kirana selalu mendamba setitik kehangatan di kehidupan ke...