dua belas: "Petujuk Kedua"

7.6K 712 34
                                    

SUARA getar ponsel pipih yang berada di nakas itu membuat Reza terbangun dari tidurnya. Rasa lelah masih menjalar di sekujur tubuh cowok itu. Ia mengerjap, meraba-raba nakasnya kemudian setelah menemukan benda pembuat bising itu, dia menyalakan layarnya.

Nama 'Tante Lucy' terpampang di sana. Ada panggilan tak terjawab sebanyak tiga kali yang diakhiri oleh sebuah SMS. Mungkin Tante Lucy sadar bahwa ini masih terlalu pagi untuk memberikan informasi. Reza pun akhirnya membuka SMS dari wanita itu.

Tante Lucy:

Sebelumnya, saya minta maaf karena menelepon sepagi ini. Saking excitednya, saya sampai lupa kalau ini masih jam empat pagi. Saya menemukan barangnya. Itu sebuah boneka porselen yang dibuat oleh pemesanan khusus. Masih ada kotak dan nama pembuatnya. Kalian bisa ambil boneka itu secepatnya. Hari ini saya akan berada di rumah seharian. Salam untuk Kirana ya, Reza.

Mata Reza yang semula tak fokus mendadak terbuka lebar. Kunci kedua pencarian mereka akhirnya ditemukan! Reza pun dengan tampang senangnya langsung berlari keluar kamar, menuruni tangga, dan segera masuk ke kamar Kirana tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu.

"Kirana!!"

"Allahuakbar!"

Kirana melompat panik dari kasur. Matanya membulat tajam, terkejut. Reza yang melihatnya segera tertawa geli. Ini seperti balas dendam tempo hari ketika cewek yang tengah berdiri di tengah ruangan dalam balutan selimutnya ini mengejutkannya hingga Reza naik ke atas kabinet bawah kitchen set.

"Kir, ini gue, Reza. Kaget, Bu?"

Cewek itu menyipitkan matanya. Kamarnya yang gelap ini sedikit menghalau penglihatannya. "Maling lo ya?"

"Buset dah, Kir. Bentar ye, gue nyalain lampu dulu," tukas Reza kemudian menyalakan saklar lampu. Lampu pun menyalurkan cahayanya beberapa detik kemudian dan ketika matanya berhasil menatap Reza, baru lah Kirana merelaksasikan tubuhnya. Tak lupa dengan mulut mencebiknya. Dia masih lelah namun Reza dengan santainya mengganggu jam tidurnya.

"Lo sangat annoying tahu, nggak?" ketus cewek itu kemudian duduk di pinggir tempat tidur.

"Anggap aja ini pembalasan pas lo ngagetin gue di dapur tempo hari," balas Reza dengan cengiran kemudian mengikuti Kirana yang duduk di pinggir tempat tidur. "Sorry bikin lo kebangun tapi ini ada informasi penting dari Tante Lucy. Saking excitednya gue lupa kalo ini masih jam tiga pagi," ujarnya lagi, mengutip isi pesan dari Lucy.

"Info apa?"

Sudut-sudut bibir Reza tertarik ke atas. "Dia nemuin bonekanya. Itu boneka porselen dan semua informasi ada di sana. Kita bisa ambil hari i—" Suara Reza terbungkam ketika matanya menangkap perban yang membalut lengan Kirana. "—em, gue sendiri nanti yang ambil."

Alis Kirana tertaut. "Gue nggak apa-apa kali, Ja."

"Nope. Lo harus istirahat seharian ini. Lo habis kehilangan banyak darah kemarin jadi lo harus istirahat total hari ini. Nggak usah masuk dan jangan pergi kemana pun. Bunda juga nggak bakal biarin lo pergi, sih."

"Tapi hari ini gue ada presentasi bareng Thessa, Ja, 'kan kasihan dia kalo cuman berdua."

Reza mengibaskan tangannya satu kali. "Thessa nggak apa-apa. Dia bakal ngerti, kok. Oke?"

Kirana berdiam sebentar kemudian mengangguk menurut. Dia juga terlalu lemas untuk mengikuti pelajaran hari ini. "Tapi, gue boleh pinjem ponsel lo?"

"Boleh, buat apa emangnya?"

Cewek itu mengigit bibir bawahnya gugup. Kirana memang belum menceritakan apa yang terjadi kemarin siang. Reza tak menanyakannya dan Kirana tak ingin menceritakannya. Namun, lagi-lagi keadaan membuatnya untuk melakukan ini. "Lo lihat cowok yang berantem kemarin?"

TCP [1] : "Rebound"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang