epilog

11.8K 806 101
                                    

Part ini ada tambahan musiknya, judulnya Photograph dari Ed Sheeran. Entah kenapa menurut gue cocok aja sama lagunya, tapi kalo mengganggu, gue nggak merekomendasikan kalian buat nyalain lagunya. Yang mau aja, tapi kalo dinyalain mungkin kesannya nggak jadi sedih sih._.

Liriknya sedih, cuman emang musiknya nggak begitu sedih. Jadi, pilihan di tangan kalian ya mau nyalain atau nggak, hehe.

selamat membaca! x

--¤--


DI dalam naungan payung yang meneduhkan, aku menatap simbol ragamu yang masih bisa kugapai. Suasana Jakarta siang ini sangat cerah dengan gumpalan-gumpalan awan menggantung di atas langit biru yang berpendar indah. Tak lupa dengan keramaian lalu lintas di luar pintu gerbang pemakaman yang semakin meramaikan hari tiap detiknya.

Masih kupandang simbol ragamu itu. Tak berubah. Masih tetap sama. Aku tersenyum kecil merespon kenyataan itu lalu menyentuh simbol ragamu seperti biasa saat bertemu seiringan dengan keluarnya sebuah foto dari saku jaket jeans milikku. Foto dengan dua objek anak manusia yang tersenyum lebar menatap ke arah kamera. Senyuman yang begitu menenangkan dan juga hangat.

Meski aku tak dapat melihat senyuman itu kembali terukir, percaya atau tidak, aku masih bisa merasakannya. Rasa yang selalu mampir ketika aku melihat lengkungan ke atas itu meski dari sebuah perantara foto. Rasa yang selalu membalur hangat dan memabukkan, membuat aku tak lagi di tempat. Seperti melayang. Namun ketika kenyataan menerpa, aku terjatuh. Sejatuh-jatuhnya.

Tapi itu dulu, sebelum kembaran berbeda generasimu datang ke hadapanku.

Aku menghela napas panjang dengan mata yang memejam. Kuhembuskan udara yang keluar itu dengan perlahan, menikmati perpaduan rasa yang tertoreh sebelum niat sesungguhnya datang ke sini terlaksana. Namun, hal itu tak cukup sekali untuk dilakukan, tentu saja. Ini masih terasa berat meski ada sosok dirimu yang lain di sisiku. Ini masih seperti baru terjadi. Ini semua seolah luka yang baru tercipta, masih basah dan juga perih. Menyakitkan.

Namun, rencana harus tetap berjalan. Kubuka mata yang memejam sejak kali pertama menghela napas lalu dengan segera membuka selembar kertas yang kutaruh di belakang foto.

Ini adalah karya tulisku, Sal. Balasan dari sebuah "When Our Eyes Meet".

Since We Were Separated.

Aku memang tak pandai untuk berkata-kata selayaknya dirimu. Maka, ini hanya kisah singkat yang bisa aku torehkan utukmu, Sal.

Sejak kita berpisah, aku seperti orang tanpa nyawa. Awan rindu terus membumbung tinggi di atas kepalaku, mencari sebuah pelampiasan yang sampai kapan pun tak akan bisa kutemukan.

Namun, siapa sangka jika jarak satu tahun setelahnya aku menemukan dia? Kembaranmu dari beda generasi. Dari angkatan yang berbeda. Dia berperilaku dan berupa sepertimu, sangat persis, hingga rasanya aku baru saja bertemu denganmu. Karena terasa berada di awang-awang, aku pun memeluknya. Memeluk Salma yang nyata untuk menyalurkan rindu. Namun ketika menemui respon dinginnya, aku seperti ditusuk dalam-dalam. Dia Kirana, bukan Salma. Dan, itulah cara kami berkenal.

Perkenalan kita terus berlanjut hingga pada akhirnya aku membantu dia dengan embel-embel "sebagai seorang teman kita harus saling membantu". Padahal, ini semua demi dirimu. Aku masih merasa bersalah, Sal. Aku yang mengajakmu pergi ke festival makanan. Aku yang seharusnya melindungimu. Tapi apa? Karena kamu menghampiriku, kamu tewas begitu saja seakan nyawa adalah hal ringan. Aku bersalah dan oleh karenanya, aku membantu Salma versi lain dengan mencari ayah kandungnya.

Seiring bergeraknya waktu, semuanya berubah tanpa bisa aku tahan. Begitu juga dengan perasaanku. Ini hal yang tak disangka. Aku merasa bersalah. Seharusnya ini tak terjadi. Seharusnya kamulah yang menempati hatiku. Tapi Kirana melakukannya, dia menggantikanmu. Dia menduduki singgasanamu. Aku hendak menghilangkannya sebelum Dirga mengatakan bahwa itu hal lumrah. Dirga berkata bahwa kamu juga menginginkan hal ini terjadi.

Dan ... aku membiarkannya. Kirana menempati hatiku hingga semuanya terasa lebih ringan. Beban yang selama ini berada di pundak seakan lenyap begitu saja seiringan dengan perasaan ikhlas yang terus kuteguhkan.

Kini semuanya berubah sejak kamu pergi, Sal. Sekuat-kuatnya seseorang, dia tak akan pernah bisa menghentikan kekuatan waktu. Dia akan kalah kuat dan pada akhirnya menerima. Tapi, itulah arti kemenangan dalam menjalani hidup. Menerima semuanya dengan ikhlas.

Salma Tsuraya, terima kasih untuk sempat hadir. Kehadiranmu akan terus berada di hatiku namun dalam tempat yang berbeda. Di sudut hatiku yang paling dalam, tersimpan rapi bersama semua kenangan di sana. Berbahagialah dirimu di sana. Do'a kami terus mengiringimu.

Sampai berjumpa di dunia lainnya, Salma.

Tak ada suara yang keluar setelah aku membacakan surat itu selain suara gesekan antar ranting dan deru kendaraan di luar sana. Aku melipat kertas itu kembali dan kuletakkan di tempatnya semula. Mataku yang menanar mengalihkan haluan dari kertas menuju nisanmu, simbol ragamu yang bisa kugapai. Kuelus kembali nisan tersebut seperti aku mengelus rambutmu di masa lalu. Meski aku tak melihat, aku yakin kamu mendengarkanku dengan senyuman tersungging di bibir.

Setelah cukup lama terdiam, aku akhirnya mengulas sebuah senyuman simpul. Rasa lega menguar begitu saja setelah semua hal yang telah kulakukan berujung dengan baik. Pada akhirnya, aku memilih untuk keluar dari zona nyaman. Memilih untuk terus berjalan bersama waktu dengan keikhlasan. Dan oleh karena itu ...

"Salma," ucapku lagi, masih dengan tangan yang mengelus batu nisanmu. "Kenalkan seseorang yang sejak tadi melindungiku dengan naungan payung meneduhkan." Kepalaku mendongak ke arah seorang perempuan yang tersenyum di belakang. Kuraih tangannya dengan tanganku yang lain. Dan tanpa pandangan yang beralih, aku melanjutkan ucapanku dengan gejolak rasa yang membuncah indah.

"Dia Kirana Amalia, teman hidupku."

S E L E S A I



-----------------------
a/n:

Wiiiiih! akhirnya Rebound selesai juga!!

Cerita ini sebenernya udah selesai sejak bulan April, cuman gue nggak sreg sama epilognya. Jadi, gue baru bikin epilognya pagi ini, wkwk.

Buat pemenang quiz kemarin, selamat yha! :)) meski jawabnya ga konsisten, kalo nggak ini, ya ini, kayak si spilled-inks -..-

Hadiah dedikasi bakal gue kasih ke semuanya yang jawab "kuburan" serta beberapa orang lainnya yang terpilih :3

Ah iya, gue juga lagi ngebuat ceritanya Milo yang bakal gue publish pas UKK selesai. Do'akan gue yha! :')

Makasih bangeet buat kalian yang udah mau baca, komen, dan segala macem halnya. Gue sangat-sangat menghargai itu. Semoga cerita gue bisa menghibur kalian dikala senggang atau bosen atau apalah terserah. Intinya, gue bener-bener berterimakasih.

Mohon maaf bila ada salah kata di penulisan, kata-kata yang nggak berkenan, atau segala macam hal lainnya yang salah entah sadar atau pun nggak. Dan, maaf juga kalau endingnya nggak sesuai harapan atau setelah kalian baca, nyatanya cerita ini nggak seru dan terkesan buang-buang waktu. Maaf banget :(

Yak, daripada gue ngetik makin panjang dan makin ngawur. Gue akan sudahi saja hal ini. Intinya, makasih dan maaf untuk kalian semua!

Semoga hari kalian menyenangkan dan sampai bertemu di TCP [2]!

oh iya, buat extra part, gue nggak bisa janji karena bikin extra part Espace aja ampe sekarang nggak kelar-kelar :(



Lots of Love,

Sarrah,

yang selalu ketawa kalo liat wajah Saitama dan fangirling liat Genos.

TCP [1] : "Rebound"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang