MESKI kegiatan pencarian Reza sempat terhenti akibat mobil Dirga yang harus dibersihkan terlebih dahulu di tempat cuci mobil sekitar akibat bercak darah Kirana, pada akhirnya mereka bisa langsung kembali ke wilayah Jatisari. Kini pencarian mereka bertiga lebih terarah, Reza menemukan kertas berisi catatan rumah-rumah yang berkemungkinan besar menjadi tempat ditemukannya sosok Reina itu di dalam tas milik Kirana. Hanya tinggal satu rumah lagi dan Reza berharap bahwa Tuhan sedang berbelas kasihan padanya sehingga rumah ini adalah jawabannya.
Reza mengulas pandangannya ke seluruh penjuru rumah yang jika dibandingkan dengan rumah-rumah sebelumnya terpaut cukup besar. Ada halaman yang terbentang di depan bangunan itu dan suara anak-anak kecil bercengkrama. Sungguh harmonis.
Pandangan Reza terhenti ketika sosok wanita dengan anak kecil dalam gendongannya keluar dari rumah itu beserta seorang pria tua dengan rambut putih berubannya. Mereka saling bincang, tak menyadari keberadaan Reza yang telah berdiri tak jauh dari pagar rumah tersebut. Seketika bimbang melingkupi tubuh cowok itu. Ia bingung dengan sikap yang harus dia lakukan. Harus kah ia masuk dan langsung memborbardir mereka dengan pertanyaan-pertanyaan menyangkut Kirana atau yang lainnya? Ini situasi yang tak pernah Reza lakukan.
"Mau gue dan Thessa temenin?" tawar Dirga yang kini berdiri di sebelah Reza setelah menyenggol lengan sahabatnya itu.
Reza diam sejenak sebelum menggelengkan kepala. "Lo nggak terkait dengan ini. Biar gue aja, lagi pula anggap saja gue sedang menebus kesalahan."
Dirga menyunggingkan senyuman tipis kemudian mengangguk, dia kembali masuk ke dalam mobil ketika Reza dengan langkah pasti mulai menjangkau pintu pagar kemudian memanggil kedua orang tersebut.
Wanita yang sebelumnya sedang bercengkarama dengan ayahnya menoleh, menatap bingung Reza yang tersenyum canggung. Dia pun menghampiri, membukakan pagar, dan menanyakan maksud kedatangan Reza ke sini.
"Anda yang bernama Reina?" Reza balik bertanya, membuat kerutan bingung di dahi wanita itu semakin terlihat. Dia mengangguk sebagai jawaban. "Ada apa ya?"
"Situasinya rumit," jawab Reza dengan senyuman muramnya. "Bahkan saya bingung harus memulai ini darimana."
"Ada sesuatu yang buruk?" tanya wanita itu cemas yang dibalas dengan anggukan Reza.
"Anda pernah membeli boneka porselen dengan rambut coklat gelap dan dipesan secara khusus? Mungkin saya bisa menerima penjelasan dari situ sehingga semua benang kusut di sini bisa semakin jelas."
Wanita yang bernama Reina itu menenggak salivanya gugup. Matanya membulat kemudian dengan panik ia segera menutup pagar tersebut namun gerakannya kalah cepat dengan tangan Reza yang dengan kuat menahan pintu pagar tersebut. Matanya menyalang menatap Reina yang tingginya sedikit lebih rendah dari tubuh Reza.
"Jangan kabur lagi," ucap Reza penuh penekanan.
"Saya nggak tahu! Kenapa kamu mencari saya, hah? Bahkan saya nggak tahu apa yang kamu bicarakan."
Sebelah alis Reza tertukik naik. "Kalo gitu, kenapa Anda menutup pintunya? Bukan kah itu artinya Tante Reina ini lagi menutupi sesuatu?"
Tubuh Reina mendadak terasa dingin. Dia menggeleng sekali lagi sebelum pada akhirnya berlari masuk ke dalam dan berlindung dibalik tubuh pria tua yang sejak tadi Reza perhatikan. Pria tua itu tampak panik dan kemudian berkomunikasi dengan—yang Reza yakini—anak termudanya. Wajahnya mengeras setelah itu, membuat bulu kuduk Reza sontak meremang. Ia seperti melihat cerminan ekspresi wajah ayah Salma pada hari mengenaskan itu.
Salma.
Tubuh Reza tiba-tiba menegang mendengar suara batinnya. Salma muncul kembali setelah cukup lama tak datang. Reza memicingkan matanya, berusaha menetralisasikan degup jantung yang telah kacau ritmenya. Namun, yang dia dapatkan adalah sosok Salma dengan senyuman khasnya. Senyuman yang selalu Reza rindukan bahkan hingga detik ini. Salma melangkah maju dan dengan cepat, bahkan tak sampai satu detik, ia memeluk Reza erat hingga mata Reza terbuka cepat setelahnya. Ada rasa yang membalur hangat, menunjukan bahwa Salma bersamanya saat ini, menemaninya menghadapi kunci dari seluruh jawaban teka-teki. Meyakini Reza bahwa Salma turut menginginkan hal ini terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TCP [1] : "Rebound"
Teen FictionReza selalu mendamba Salma berada kembali ke dalam hidupnya. Kembali ke masa lampau dengan jalinan cinta yang ia limpahkan semuanya untuk gadis itu. Namun sayang, kematian merenggut semuanya. Kirana selalu mendamba setitik kehangatan di kehidupan ke...