Prolog TCP

25.9K 1.4K 144
                                    

[ Prolog ini buat dimulainya teenfiction series ya jadi agak panjang soalnya buat memulai semuanya ]

~¤¤¤~

Malam tahun baru.

Malam dimana semua orang berkumpul di sebuah tempat, saling bercengkrama, bersendau gurau, atau menjelajahi pulau kapuk. Namun, satu yang biasa dari malam tahun baru adalah terbitnya sebuah janji bersifat klise.

Janji yang selalu mengatakan akan lebih baik dari tahun sebelumnya namun berakhir na'as. Memang, beberapa di antaranya ada yang berhasil melaksanakan apa yang sudah ia janjikan di awal tahun, namun sebagian besar lainnya? Ha, izinkan orang-orang yang membaca ini mendengus ria.

Seperti orang kebanyakan, Reza dan kelima teman lainnya asyik bercengkrama di sebuah rumah pohon di pekarangan rumah Galih-satu dari enam orang tersebut. Enam orang yang disatukan karena sebuah hukuman membersihkan toilet kamar mandi akibat ulah masing-masing. Tentu, Milo-cowok dengan rambut model bangs dan mata tajam kecoklatan-yang notabene anak terfavorit para guru tak termasuk, dia menjadi sang penjaga kelimanya saat itu.

"Tahun baru dalam hitungan sepuluh menit lagi, nih. Apa janji klise yang bakal kalian buat lagi untuk tahun ini?" tanya Gege, cowok yang dulunya terkena bully karena keunikannya. Humor receh, itu kelebihan sekaligus keunikan untuk seorang Gege.

Reza bergumam, "Janji klise yang selalu gue buat adalah bisa bahagia sesuai apa yang Salma pernah bilang ke gue."

"Yang lain?"

"Nikmatin masa SMA tanpa terganggu oleh jeratan perempuan, itu termasuk ngga?" ucap Milo dengan kepala yang ditelengkan ke kanan, membuat Dirga-cowok paling bermasalah di sekolah dengan rambut gondrong hitam legamnya dan tindikan hitam di telinga-menjitak kepala Milo sadis. "Lo anti banget ya sama cewe?"

"Biasa aja, sih, sebenernya. Cuman kalo ngeliat Jabol galau gara-gara Salma, gue jadi males terikat," jawab Milo polos sambil mengusap bekas kejahatan Dirga.

"Kalo gue, sih, pengen longlast sama Lia," celoteh Galih memotong ucapan balasan yang hendak dikeluarkan Dirga. Gege bersedekap sambil menggeleng-gelengkan kepalanya yang diikuti oleh lainnya. "Lovebirds," serunya berbarengan.

Untuk urusan menjahili Galih, mereka akan selalu kompak, bersatu, dan satu hati.

"Ah, sirik aja lo pada," kata Galih lagi yang dihadiahi lemparan kacang polong oleh Reza. Lemparan kacang itu pun ia tangkap dengan mulut menganga besar, membuat Gege yang humornya berada di tingkat paling rendah terbahak geli.

Satu yang perlu diketahui, tawa Gege selalu mengundang tawa lainnya. Alhasil, rumah pohon yang sedang mereka berenam tempati sekarang penuh dengan alunan tawa geli keenamnya.

"Eh, eh, gue punya ide," celoteh Gege setelah tawanya berangsur mereda. Kelimanya memfokuskan pandangan ke arah satu-satunya pembuat rencana terunik di antara mereka. Gege menyeringai. "Pada kepo yaaa?"

Kacang polong kembali berteberbangan, Gege membuka mulutnya persis seperti yang tadi Galih lakukan namun rencana untuk memasukan para kacang itu ke mulut gagal total ketika salah satu kacang mengepakan sayapnya menuju lubang hidung Gege dan berhenti di sana. Tawa yang jauh lebih geli merebak. Gege dengan wajah masamnya mengeluarkan kacang polong dari hidungnya dengan dengusan. "Jahat lo semua."

"Sumpah, itu adalah hal terbego yang pernah gue lihat," ungkap Jared lalu kembali terbahak.

"Baper, deh, si Vivi."

"Ahahaha, Vivi jangan ngambek dong."

"Ish," Gege semakin cemberut. "Nama gue Getar, dipanggil Gege, bukan Vivi."

"Ah, cepetan apaan rencananya?" sungut Milo, dia sudah menghentikan tawanya dan pikirannya sudah mengalirkan peringatan penasaran.

"Idih, Mama Milong ngomel-ngomel mulu, jadi takut," balas Gege dengan nada ngondeknya.

"Lama lo, Ge. Gue panggil Vivi lagi, nih."

"Oke-oke, calm down and take a sit, my brother. Jadi gini, ini demi janji klise yang pernah kita buat namun sama sekali ngga dilakukan. Gue, sebagai orang dengan banyak ide akan mendeklarasikan sebuah proyek besar."

"Apaan?" tanya Jared penasaran.

Gege semakin tersenyum lebar ketika mendapati antusiasme kelimanya menaik. "Namanya Time Capsule. Mungkin di otak lo pada-terlebih lagi Dirga-akan bilang 'anjir, permainan ginian mah bocah banget' tapi karena ini permainan bocah jadinya gampang. Kita cuman harus nulis apa janji kita untuk tahun ini di selembar kertas, boleh satu aja, nanti pas udah nemu ide janji lainnya bisa ditulis lagi di sana. Janjinya juga boleh di ralat kalo keadaan ngga memungkinkan. Setelahnya ngga usah kita kubur, taro aja di kamar kalian sebagai pengingat janji. Kalo perlu tempel di jidat."

"Harus banget ikutan ya?" tanya Galih malas, untuk urusan semenye-menye ini, ia tak berminat. Kecuali bermenye-menye untuk Lia, itu lain lagi.

Gege manyun lima senti. "Tinggal nulis doang kok, Gal. Apa susahnya, sih? Gue panggil Lia, nih, buat nyuruh lo nulis."

"Ya udah lah, nih kertasnya, nih. Gue bagiin satu-satu. Lagian, menurut gue ide si Gege boleh juga. Sekali-kali punya ambisi buat tahun ini kayak Mama Milong," cuap Reza mendukung sembari membagikan kertas yang ia temukan disudut rumah pohon. Itu bekas permainan Charlie Charlie Challenge minggu lalu dan yang menjadi ketuanya tentu saja Milo, cowok indigo yang cuek dengan sekitar.

"Eh, ini bekas Charlie Charlie Challenge ya? Masih ada tulisan yes sama no," ujar Dirga dengan tangan yang sibuk membulak-balik selembar kertas bagiannya, membuat Galih-cowok yang paling takut soal hantu-memepetkan diri ke Dirga di sebelahnya. "Gue ngga mau bahas itu lagi. Gue ngga bisa tidur dua minggu gara-gara Milo nanya 'Galih ada yang ngikutin ngga?' dan itu pensil gerak ke kolom yes."

Jared terbahak. "Please, Gal. Itu gue yang gerakin tapi ampe sekarang lo ngga percaya."

"Galih soal beginian nyalinya ciut kayak tahu bulet kalo udah ngga garing," gurau Gege menjayus, membuat Galih mencebikan bibirnya dan kembali ke tempat semula. "Ini gue harus nulis apa aja, kan?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

Gege mengangguk. "Apa aja, bebas kok. Yang penting harus terlaksana, boleh diralat, boleh ditambah."

Kelimanya mengangguk paham dan mulai sibuk menggoretkan beberapa tulisan di sana. Reza yang selesai terlebih dahulu segera melipat kertasnya dan memasukan kertas itu ke dompet. Beberapa detik kemudian, Milo mulai menyusul dan diikuti yang lainnya.

"Kalo udah?" tanya Jared tanpa mengalihkan pandangannya, ia sibuk mengeluarkan isi dompetnya yang penuh dengan bungkus-bungkus permen kosong. Ia memang sengaja menaruhnya di sana, katanya 'mending masukin dompet dulu biar ngga buang sampah sembarangan'.

"Selesai. Tinggal coba laksanain dalam kurun waktu tiga detik lagi, deh."

Kelimanya mangut-mangut lalu kemudian dengan serempak memandang ke arah luar rumah pohon dengan penuh rasa antusias. Para kembang api mulai beradu kemolekan di langit, suara terompet telah saling meraung, dan para manusia sibuk meneriakan 'Selamat Tahun Baru'.

"Ja, met ultah," ucap Dirga lalu melempar seluruh kacang polong di plastik ke kepala Reza. Reza tertawa kecil kemudian membalas Dirga. Ucapan selamat ulang tahun pun mulai membahana di rumah pohon itu diikuti lemparan perang kacang polong.

Tanggal, hari, dan tahun telah resmi terganti, maka Time Capsule pun mulai meminta haknya untuk dikabulkan.

TCP [1] : "Rebound"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang