Sorry for typo(s)Aku mengerjapkan mataku ketika mendengar ketukan pintu dengan keras. Menyibakkan selimut, aku turun dari ranjangku dan melangkah keluar kamar. Kulirik jam yang terpampang didinding. aku mendesah panjang, ternyata masih jam tiga pagi. Kuulangi jam-tiga-pagi. siapa yang bertamu pagi-pagi buta begini?!
Dengan gontai aku membuka pintu utama dan sukses membulatkan mata terkejut saat tiba-tiba Zayn ambruk menimpa diriku. Beruntung aku masih bisa menopang tubuhnya sebelum dia membuat kami tersungkur dilantai. " Liam!" aku berteriak kalap. Namun masih tidak ada jawaban
" Liam, Niall ,Louis bantu aku!! Harry !" aku kembali berteriak . namun masih tidak ada yang merespon. Menghembuskan napas berat, aku menutup pintu dengan kaki kiriku. Aku membopong Zayn dengan susah payah menuju ruang tengah dan membaringkanya di sofa panjang.
matanya terpejam namun ia terus saja bergumam kata tidak jelas dan sesekali mengumpat. Aku bahkan mendengar ia menyebut-nyebut nama Perrie.
Aku berjongkok didepan sofa sambil terus saja memperhatikannya yang sudah mulai berhenti bergumam. Bau alkoholpun menyeruak. Aku menyengrit miris, sudah berapa banyak alkohol yang ia habiskan?
Kuangkat tanganku untuk menyentuh wajahnya. Pesonanya memang tak pernah sedetikpun hilang walau dalam keadaan mabuk sedikitpun. Wajahnya seperti bayi yang tertidur, begitu damai
Kuarahkan tanganku menelusuri wajahnya dan berhenti digaris rahang tegas miliknya. Aku menatapnya sendu. " kau tau Zayn apa persamaanmu dengan bulan? Sama-sama Dekat tapi tak pernah bisa aku raih"
**
Author pov
Cahaya matahari yang menyeruak dari balik jendela membuatnya harus mengerjapkan matanya berkali-kali. Rasa pening yang amat sangatpun langsung menjalar ketika ia mencoba untuk mengangkat kepalanya. Ia tersentak sesuatu. Jantungnya berpacu dua kali lipat. Desiran-desiran anehpun mencul tiba-tiba membuatnya merasakan kehangatan. Sebuah tangan mungil menggenggam tangan kanannya dengan erat. Sang pemilik tangan tampak masih memejamkan mata sambil bertopang dengan tangan yang satunya . gadis itu tertidur ditepian sofa yang ditempatinya. menyingkirkan anak-anak rambut yang terjuntai diwajah sang gadis, ia tersenyum kecil.
Merasa pergerakan dari tangan yang digenggamnya. dyandra mengangkat kepala dan langsung disambut oleh bola mata coklat caramel yang bersinar akibat pantulan cahaya dari matahari yang menyeruak masuk. Bola mata hazel itu menatapnya lembut. Namun entah mengapa jantungnya justru berpacu dua kali lipat dari biasanya. Napasnya seolah tercekat. Lidahnya kelu sedari tadi.
Keduanya hanya diam dengan pandangan yang mengunci satu sama lain. Seolah hanya ada mereka berdua dimuka bumi ini.
Ehem
Namun suara deheman seseorang membuat dua insan itu tersentak kaget dan melepaskan genggaman satu sama lain. Di ujung tangga, Louis tengah memperhatikan mereka dengan seringaian jahil. Ia berjalan menuruni tangga dan membuat dua anak adam dan hawa itu menjadi lebih gelagapan.
Louis mendaratkan bokongnya disofa yang berhadapan dengan mereka. Dyandra membaikkan badan menghadap Louis yang masih memasang seringaiannya. " Kau mau sarapan apa pagi ini Lou?" tanya Dyandra sambil berdiri. Ia berusaha bersikap setenang mungkin dan menyembunyikan pipinya yang entah sejak kapan memanas. Namun suaranya telah mengkhianati dirinya.
" muffin dengan rasa cinta" ucapnya sambil melirik Zayn yang menatapnya tajam.
"o-oke" ucapnya sambil melangkahkan kaki menuju dapur. Sementara itu, Louis masih menatap Zayn jahil sambil membawa tangannya kedepan dada " sudah pernah kukatakan padamu jika wanita itu hanya memanfaatkanmu saja Zayn" ucapannya berubah serius. " cih. Bahkan wanita itu berani bermain dibelakangmu dengan sahabatmu sendiri right?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ON -zayn malik-
FanfictionBerjuang dalam diri untuk menerima segala gejolak dan amarah dalam diam. Mencoba mengelak, namun akhirnya hatinya mengatakan bahwa dirinya memang mencintainya. Karena seseorang pernah mengatakan padanya " jangan salahkan dirimu telah jatuh padanya...