Sorry for typo(S)Ia tak bergeming. Kedua tangannya diipat didepan dada dengan alis terangkat. Sementara yang dipandangi hanya tersenyum cerah memperihatkan deretan giginya " kau yakin ingin tetap berdiri disitu?" "tapi—"
" aku tidak menerima penolakan" Dyandra hanya mendengus pelan sambi berjalan lunglai mendekati Zayn yang tengah menyodorkan sebuah helm padanya. ia menerima uluran helm itu dan memakainya. Dengan perlahan ia menaiki motor yang cukup tinggi tersebut. Gadis itu mengerucutkan bibirnya namun Zayn justru terkekeh kecil sambi membawa tangan gadis itu agar melingkar diperut datarnya. Dyandra menegang. Darahnya berdesir hebat saat bersentuhan dengan lelaki itu. dengan cepat ia menunduk dan berharap dalam hati agar lelaki itu tidak melihat pipinya yang bersemu merah.
Semilir angin menerpa keduanya. Namun rasa dingin yang seharusnya terasa justru tergantikan dengan kehangatan yang menyelingkupi kedua hati anak adam tersebut. Masih dalam posisi semula, Zayn yang mengendarai motornya melewati jalanan berliku yang dihiasi padang rumput sekitar dan Dyandra yang masih memeluknya erat dari belakang. Sudah berkali kali Dyandra menanyakan kemana mereka akan pergi, namun Zayn hanya menjawab mereka akan kembali ke London setelah ini.
hamparan padang rumput hijau dan jalanan yang menanjak menemani perjalanan mereka berdua. Namun Mereka berdua hanya bungkam. Dan Hanya sekedar suara deru motor yang terdengar. Sekelibat pertanyaan memenuhi benak gadis itu. apakah ini semua hanya sekedar mimpi belaka? Bisa berada sedekat ini dengan seseorang yang dicintainya ,apakah ini hanya ilusi yang diciptakannya? Dan lelaki itu adalah Zayn, apakah ini juga sebuah fatamorgana?
Zayn menghentikan laju motornya ditepi jalan. Mereka berdua turun dari motor dan berjalan melompati sebuah pagar rendah yang membatasi antara jalan dan padang rumput hijau. Zayn membawa lengan Dyandra dalam genggamannya. Gadis itu hanya diam sambil menunduk. Tidak menolak sentuhan hangat dari seseorang yang sedang memimpinnya berjalan. Ia masih menerka-nerka sebenarnya kemana lelaki itu akan membawanya pergi kali ini. oh, dan yang terpenting. Dimana sebenarnya mereka berada sekarang. mengingat mereka berdua hanya melewati perbukitan-perbukitan luas sedari tadi. dan ini menjadi kali pertamanya berada di Bradford.
Lelaki itu tiba-tiba berhenti, membuat Dyandra yang berjalan dibelakangnya terbentur oleh punggung lelaki itu. gadis itu meringis pelan. Ia mengangkat kepalanya sambil terus mengelus dahinya yang tadi terbentur. Detik kemudian gadis itu menganga lebar. Ia mengedarkan pandangan kesekeiling sambil berputar-putar kecil, binar matanya semakin terihat. Kai ini mereka berada pada titik tertinggi diantara bukit bukit yang lain dengan Haparan padang rumput yang ditumbuhi oleh bunga lafender dan dandelion dikaki bukit. Zayn tersenyum kecil. Bukan senyum miring seperti yang sering ia perihatkan melainkan senyuman tulus yang terukir dibibirnya. Zayn mendekati Dyandra dan mengacak rambut gadis itu cepat.
Zayn hanya tersenyum kecil dan Menarik tanganDyandra untuk ikut duduk bersamanya dibawah pohon akasia tua yang masih tampak kokoh. Terduduk diantara tumpukan jerami berbentuk balok yang tak lagi sempurna. Burung-burung bersiul rendah, berterbangan membelah langit dengan nuansa jingga yang memikat. Tapi keindahan itu bukanlah titik fokus utama bagi lelaki itu, melaikan gadis yang tengah tersenyum disampingnya. Helaian rambut yang jatuh diwajah cantiknya berterbanga ditiup angin menampakkan pipi gembulnya yang kemerahan. Dan senyum bulan sabit itu, selalu menularkan senyuman juga diwajahnya. Batinya menghangat. Akankah bahagia sesederhana itu?
Dyandra tersenyum senang. Ia terus mengedarkan pandangan kesekeliling tampa mau satupun terlewatkan. " bagaimana kau bisa menemukan tempat seindah ini Zayn?" yang dipanggilpun menoleh dan menunjuk sebuah bagunan dari kayu yang terletak tak jauh dari lembah bukit " kau lihat bangunan itu?" gadis itupun mengangguk
" dulu itu adalah peternakan milik pamanku. Aku sering datang kemari bersama sepupuku untuk menunggang kuda atau sekedar memetik bunga dandelion untuk ibuku."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ON -zayn malik-
FanficBerjuang dalam diri untuk menerima segala gejolak dan amarah dalam diam. Mencoba mengelak, namun akhirnya hatinya mengatakan bahwa dirinya memang mencintainya. Karena seseorang pernah mengatakan padanya " jangan salahkan dirimu telah jatuh padanya...