Part 5: She and Piano

450 27 4
                                    



Aaahh, aku tahu dia lagi mimpi.

"Tidak, aku tidak lagi mimpi," kata Ansell tiba-tiba seperti sedang menjawab pertanyaan Ava.

"Hah, apa katamu barusan?" tanyaku kaget plus meyakinkan.

Kemudian dia tidur kembali. Sebenarnya bukan itu yang aku bingungkan. Tapi aku yakin sekali tadi barusan aku bicaranya dalam hati. Kurasa aku hanya berhalusinasi. Lagipula tidak masuk akal juga kan. Dia juga sepertinya menjawab pertanyaan yang ada di dalam mimpinya.

*ANSELL POV

Sebenarnya aku sangat menyadari perbuatanku tadi kepada Ava. Kenapa aku bodoh sekali? Pasti karena mimpi brengsek itu. Kau tahu tadi aku mimpi apa? Konyol sekali

Aku mimpi kucing yang sangat lucu berada di kakiku. Dia sedang manja-manja. Warnanya putih. Mungkin karena terlalu menggemaskan, akhirnya kucium. Bodohnya bodohnya aku malah salah sasaran. Bukannya kucing yang kucium tapi malah pipi Ava. Mungkin pipi Ava sangat putih jadi pikiranku mengira kalau pipinya adalah bulu kucing yang putih. Beruntung sekali diriku hanya mencium pipi, kalau bibir?

Tapi kurasa dia tidak menyadari kalau diriku sadar saat menciumnya.

Keesokan harinya Ava berlari-lari kecil menuju bangkunya dan kurasa dia akan menanyakan perihal kejadian kemarin dan kalau memang dia menanyakan blak-blakan kepadaku, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku nanti.

"Ansell," panggilnya.

"Apa?" jawabku cuek sambil mengeluarkan buku (kegiatan pengalihan hihi)

"Apa kau ingat kejadian kemarin?" tanyanya.

"Kejadian yang mana? Soal perkenalan kakakmu?" tanyaku balik.

"Bukan, bukan yang itu," kata Ava sambil menggeleng-geleng.

Dia tidak ingat ternyata. Berarti dia benar-benar masih mimpi kemarin

Dia benar-benar ingin menannyakan kejadian kemarin. Betapa sialnya aku. Tapi sepertinya dia menyerah pada fakta. Bahwa orang yang tidur bisa istilanya ngelindur.

"Terus yang mana?" tanya ku

"Sudahlah lupakan saja, tapi kau tidak pura-pura tidak ingat kan?" tanya Ava.

"Kejadian yang mana sih? Tanyaku berpura-pura lupa.

"huh, Kubilang lupakan saja," jawabnya sambil menampakan muka yang kesal

Aku hanya dapat melegakan diri. Bagaimana kalau dia mengira aku suka padanya? Nanti ada rumor-rumor yang aneh. Aku lupa. Apakah ada yang melihat saat itu? Mampus. Bagaimana kalau ada yang melihat? Bagaimana dengan Hailee. Apa sebaiknya aku tanya dia? Tapi bagaimana kalau dia memberi tahu Ava? Life is complicated

Berminggu-minggu kemudian, aku sama sekali belum memutuskan apakah aku harus menanyakan kepada Hailee atau tidak. Tapi untungnya, Ava tidak penasaran dengan kejadian kemarin yang pasti membuat dirinya terbang. Begitulah perasaan perempuan bukan?

*AVA POV

Jujur sekali aku masih penasaran soal kejadian waktu itu. Bisa dibilang karena kejadian itu aku menjadi memiliki suatu perasaan terhadap dia. Kalau memang aku tidak peduli pada harga diriku sih sudah kutanyakan terang-terangan padanya. Tapi hati kecilku di dalam lubuk hati ku yang paling dalam masih berkata. Aku ingin menjadi perempuan yang baik-baik saja.

*ANSELL

"Hailee!" panggilku

"Hei, ada apa sell?"

"Mmm.. aku ingin bertanya, apa kau sore ini ada waktu?" tanya ku pada nya

"Ada yang perlu di bicarakan ya? Mmm.. Sepertinya bisa kira-kira jam 5?" jawabnya sambil melihat jam.

"Oiya bisa, di Café 21 ya," kataku kepadanya.

"Tapi aku tidak bisa lama-lama, jadi kalau kau mau menanyakan sesuatu, cepat saja ya," katanya. Aku hanya mengangguk.

Kali ini aku mencoba memberanikan diri menanyakan hal yang kemarin kepada Hailee. Aku siap dengan jawaban kalau misalnya dia benar-benar tidak tahu hal itu. Tapi kalau memang dia tahu, sepertinya aku akan menanyakan lebih banyak tentang Ava. Kalian pasti penasaran kenapa

"Ansell, ansell, ansel, ansell, ansell, ansell, ansell, ansell," panggil Ava sampai memekakan telingaku.

"Apaan sih panggil-panggil," jawabku sambil merapikan baju yang habis ditarik-tarik olehnya.

"Kalau ada orang yang panggil, jawab dong," katanya.

"Yasudah iya, sekarang apa urusanmu denganku?" tanya ku

"Apakah kau ingin menemaniku ke ruang musik?" tanyanya.

"Aku ada urusan penting Va, maaf banget ya lain kali deh," kataku pura-pura sibuk.

"Yahh, yasudah deh, kalau begitu aku duluan ya," kata Ava sambil melambaikan tangannya.

Aku kemudian melangkah pergi meninggalkan gerbang sekolah. Tapi ada perasaan yang ganjal di hatiku. Kemudian kemampuanku itu menemukan sebuah melodi. Tapi aku tidak tahu apa. Pikiranku seperti mempengaruhiku. Kemudian Kakiku berlari kembali ke sekolah tepatnya ke ruang musik.

Ternyata benar dugaanku, dia sedang bermain piano. Tapi sayangnya posisi piano itu membelakangi pintu masuk. Sebenarnya bagus juga untuk orang seperti ku yang ingin mengintip seseorang.

Aku benar-benar takjub dibuatnya. Permainan pianonya indah sekali. Tangannya seperti menari-nari diatas tuts piano dengan lincah walaupun terkadang ada yang salah. Rambutnya yang terurai panjang membuat sempurna penampilannya jika dilihat dari belakang.

Rasanya ingin kubuka pintu ini. Tapi, pasti dia tidak akan nyaman bila melihat keberadaanku. Jadi kuputuskan untuk diam saja bersender di pintu sambil melihatnya bermain. Saat hampir lagunya berakhir, tubuhku tidak sengaja jatuh dan membuka pintu ruang musik karena aku tadi sedang bersender.

Sial! Ava langsung menengok ke belakang dengan cepat.

Yang mau dengar lagu Barcarolle seperti apa, klik aja ya video di atas ini.. ^^
Dan pastikan kuota kalian cukup yehhhh peaceee v






PART 5 IS UPLOADED HEHEH!!

GIMANA CERITANYA SAMPE PART INI??

COMMENT SAMA VOTE YAHHH

JANGAN LUPA FOLLOW

SEE YOU ON THE NEXT PART!! \^o^/ \^o^/ \^o^/ \^o^/ \^o^/

My Ability Kills MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang