Part 22: Why Angry?

269 21 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Haha itu bukan hal yang penting," jawabnya.


Aku tidak memaksakan Marvel untuk menjawab pertanyaan ku. Tapi aku penasaran. Apakah perempuan yang dimaksudnya adalah aku? HAHA tidak mungkin ya. Aku percaya diri sekali..


Hari itu aku jalani dengan senang. Danau yang indah ditambah ada seseorang yang menurutku spesial berada di sampingku membuat hari ini bertambah indah. Kami selalu menanyakan kesukaan masing-masing. Seperti halnya aku dulu bermain piano kemudian soal keluarga dan teman. Aku tahu sekarang apa hobby yang sering dilakukannya. Dia senang mengoleksi motor gede. Bahkan di rumahnya sudah ada 10 moge. Tapi ternyata dia tidak bisa menaiki satu pun motor itu. Ia tidak pernah diajari cara menaikinya. Kenyataan memang aneh. Lucu sekali.


Tidak terasa hari mulai gelap. Kami berjalan-jalan sampai sore. Waktu seperti berjalan sangat cepat. Marvel menawarkan untuk mengantarku sampai rumah. Karena kupikir tidak baik berjalan sendiri, jadi kuputuskan untuk menerima tawaran itu.


Marvel sempat ingin mampir tapi aku melarangnya. Karena, aku tidak ingin dia melihat kamarku yang berantakan dan aku tidak mempunyai makanan saat ini. Haha plus aku tidak bisa masak. Ya ampun umurku sudah cukup dewasa dan sampai saat ini aku tidak bisa masak?


Beberapa hari kemudian, semua orang di sekolah tampak sedang serius memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru. Membosankan sebenarnya. Aku melirik ke sebelahku. Tumben sekali hari ini Ansell tidak tidur seperti biasanya. Ia juga sedang serius belajar. Tapi aku baru sadar kalau aku hari ini belum diberi tugas apapun olehnya. Mungkin dia menyadari kesalahannya kepadaku.


*ANSELL POV

Aku tidak memeberikan Ava tugas pada saat ini. Karena aku selalu terpikirkan kalau mereka berdua akan benar bersama-sama. Aku sangat tidak ingin kejadian itu terjadi. Jadi kuputuskan untuk tetap memberinya tugas. Tugas yang berat tentunya. Tapi aku selalu mengusahakan tugas yang tidak ada celah untuk Marvel membantunya.


Tapi nyatanya itu sulit dilakukan. Marvel selalu memaksa membantunya. Bahkan Aku sering melhat mereka melakukan tugas yang kuberikan sambil bercanda dan tertawa. Marvel juga sering memegang tangan Ava. Suara-suara tawaan mereka sering berputar-putar di kepalaku. Aku bahkan harus meminum pil ku lebih banyak dari biasanya.


Apa yang harus kulakukan sekarang?


Berminggu-minggu akhirnya dengan cepat berlalu. Tidak terasa tersisa seminggu lagi sampai hari dimana Ava bebas dari syaratku. Aku bahkan tidak tahu akan tetap menjalankan rencanaku atau tidak. Seiring berjalannya waktu, Ava semakin dekat dengan anak itu. Demi tuhan aku hanya ingin dia tahu.


Tepat pada hari-hari terakhir. Sekitar 3 hari sebelum hari dimana Ava bebas dari syaratku. Aku menangkap sebuah suara yang ganjal. Suara itu menuntunku ke sebuah tempat. Karena aku penasaran, dan juga tidak ada salahnya, jadi aku langsung berlari menuju letak suara itu. Semakin kudekati suara itu semakin jelas siapa yang sedang berbicara. Ternyata itu adalah suara Ava. Tentu saja sedang bersama Marvel.



Kakiku seakan-akan memberhentikan tubuhku untuk maju. Kakiku seakan-akan berat seperti batu. Badanku hampir ambruk. Mataku memanas. Bahkan sangat panas. Sebuah cairan memaksa keluar dari lubuk kedua mataku. Entah kenapa.


Kalian tahu?



Mereka berciuman




Pemandangan ini seakan-akan menusukku dari belakang. Mereka sedang duduk di sebuah kursi taman sekolah. Kedua tangan mereka berpegangan. Muka mereka berdekatan. Aku tidak tahu kenapa harus semarah ini. Aku perlu meninju sesuatu saat ini. Aku perlu pergi. Mungkin sejauh-jauhnya.



*AVA POV

Sebuah obrolan kecilku bersama Marvel di taman menjadi sangat mendebarkan ketika dia tiba-tiba mengambil tanganku dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. AAA Bagaimana ini? Aku tidak tahu harus bertingkah apa sekarang. Mungkin dia sudah menyangka kalau aku salah tingkah. Karena aku takut menatapnya jadi aku hanya dapat memejamkan mata.


Setelah beberapa detik aku menunggu, tapi tidak ada sesuatu yang menyentuh bibirku. Aneh. Bukannya dia tadi ingin menciumku? Atau apakah rasanya memang seperti ini? Aku mencoba memberanikan membuka mataku. Dan benar saja. Marvel tidak menciumku.


"Tidak, tidak, tidak, bukan kau," katanya sambil berdiri dari kursi tempat kami duduk. Kemudian Marvel meninggalkan diriku sendiri di kursi itu. Apa yang barusan terjadi? Aku malu sekali. Aku hanya dapat memukul kepalaku berkali-kali.


Tapi apa yang dimaksudnya bukan aku? Mungkin dia hanya belum siap mengungkapkan perasaanya kepadaku. Dia butuh waktu aku yakin sekali. Aku akhirnya memutuskan untuk kembali ke kelas dan menceritakannya kepada Hailee. Sesuai dugaanku dia tertawa terabahak-bahak saat mendengarnya. Kubilang kepada Hailee pasti ada waktunya.


Keesokan harinya matahari hari ini tidak terlalu memancarkan tubuhnya karena tertutup awan gelap. Batinku berkata pasti nanti akan turun hujan. Sesampainya aku di sekolah, hujan langsung mengguyur bumi dengan derasnya. Pas sekali aku sampai.


Disaat aku akan berbelok ke lorong loker untuk mengambil barangku, aku melihat seorang laki-laki sedang berdiri. Aku yakin sekali itu Marvel. Aku berniat untuk menyapanya. Ternyata dia sedang berbicara dengan seorang perempuan. Disaat aku berniat untuk menyapanya, sepertinya otakku memerintahkanku untuk mengintip saja di balik dinding.


Ternyata benar saja.

-

-

-

-

-

-

-

-

-

PART 22 IS HERE GUYSSS!!!

COMMENT DAN VOTE KALIAN SANGAT BERARTI UNTUKKU

FOLLOW JANGAN LUPA YA

DAN KALAU ADA KESALAHAN KATA ATAU KALIMAT, KALIAN BISA COMMENT DI BAWAH INI!!

DANNN AKU YAKIN PASTI KALIAN BAKAL NEMUIN KALIMAT YANG TIDAK EFEKTIF.. HIHI PEACE..V..V

KASIH TAU AJA YAAH



HAPPY READING EVERYONE \^O^/ \^o^/\^O^/

My Ability Kills MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang