Part 16: Half Of The Truth

256 19 2
                                    

Sial, aku masih kedinginan. Tadi mestinya aku tidak memberikan dulu jasnya kepada Ansell. Tapi apakah mukaku sejelas itu ya kalau aku masih kedinginan?

Bagaimana tidak? Tiba-tiba Ansell melingkarkan jas nya lagi ke pundakku.

"Sudahlah tidak perlu di kembalikan kalau masih kedinginan," katanya sambil merangkul erat pundakku.

"Hahaha tidak kusangka angin berhembus kencang lagi," jawabku sambil menelungkup kan kedua tanganku ke dalam jas Ansell.

"Tidak apa-apa Ansell," kataku menyuruhnya untuk tidak merangkul pundakku lagi.

"Sekali saja, aku tahu kau butuh kehangatan yang ya kan?" katanya


Kata-kata itu, kata-kata yang dilontarkan Ansell. Aku seperti ingin terbang ke udara mendengarnya. Terlebih setelah kejadian yang tadi. Ansell tolong, tolong, tolong jika kau bawa aku ke udara seperti ini, tolong jangan hempaskan aku ke tanah dengan keras. Dan kau tahu mestinya ini tidak perlu terjadi tapi sayangnya aku terlanjur menyukaimu. Parahnya lagi, aku sangat menyukaimu.

"Jadi ini maksudmu pemandangan yang indah di danau?" tanya Ansell tiba-tiba.

"Haha Aku lupa pernah memberi tahumu, yap kau bisa melihat pantulan cahaya bintang yang tergambar di air kemudian kau juga bisa mendengarkan tenangnya percikan air," tuturku.


*ANSELL POV

Apa rasa ini? Entah kenapa tenang sekali jika berada di dekatnya. Aaahh kau tidak suka kan sell? Tolong bilang tidak. Kau tahu apa akibatnya yang akan terjadi kan? Sadar akan hal itu, aku sontak melepaskan pelukan di pundaknya.

"Ava mau kuantar pulang?" tanyaku tiba-tiba.

"Mmm boleh, tapi biar kuberitahu Hailee dan pamit kepada Annamarie dulu ya," katanya.

"Kutunggu kau di mobil,"

Setelah sekitar 5 menit aku menunggu di dalam mobil, Ava muncul sambil membawa buket bunga dengan beberapa jenis bunga di dalamnya.

"Itu untuk apa?" tanyaku

"Oh ini? Annamarie memberiku sebagai ucapan terima kasih telah datang,"

"Kukira kau mencuri,"

"Hei! Kau kira aku maling apa? Malu maluin ngambil bunga sembarangan tahu! Udah cepet jalan!" katanya sambil memandangku aneh. Aku kemudian mulai memacu mobil ku meninggalkan tempat acara nya.


Memang rasanya awkward di dalam mobil tadi. Aku tidak bicara, dia juga. Semuanya hanya berada di dalam pikiran masing-masing. Tapi setelah kuturunkan dia di depan rumahnya

"Kau tidak lupa syaratnya kan?" tanyaku sambil menurunkan kaca jendela. Senyum Ava berubah seketika menjadi cemberut.

"Kukira kau lupa! Ayolah tidak usah," katanya sambil memohon-mohon.

"Asal kau tahu aku tidak pikun ya, persiapkan saja, kalau begitu selamat malam,"


*AVA POV

Sial! Apa-apaan? Kukira setelah kejadian yang tadi, dia telah merubah pikirannya. Tapi, tapi bahkan dia langsung ingat setelah acara ini selesai. Setidaknya biarkan aku berimajinasi memikirkan kejadian yang tadi sambil tersenyum-senyum sendiri. Bahkan sekarang aku tidak mood memikirkannya. Ansell, ansell kukira kau sudah berubah.


*ANSELL POV

Keesokan harinya, aku pergi ke café 21 seperti janji seseorang kepadaku untuk bertemu di tempat ini. Keadan hari ini mungkin sedang tidak baik karena sedang hujan di luar. Tiba-tiba aku menangkap sebuah suara.


Ace kau dimana? (Avery)


Avery, jangan panggil aku Ace. Namaku Ansell sekarang. (Ansell)


Yasudahh aku minta maaf, sekarang kau duduk dimana? (Avery)


Di sudut café dekat jendela. (Ansell)


Tunggu aku akan kesana. (Avery)


Haha, aku baru pernah merasakan hal ini. Cukup baru bagiku Berbicara dengan sesama yang memiliki kemampuan tidak perlu lagi dengan mulut. Avery kemudian menghampiriku dengan senang.

"Sudah lama kah?" tanya Avery.

"Sudaahhh lammaaaaaa sekaliiii 3 jam kau harus tahu itu," jawabku

"Aku tahu kau berbohong," katanya

"Ahh iya aku lupa kau memiliki juga Ave," jawab ku sambil menggaruk-garuk kepala.

"Ayolah, berikan aku pelukan dulu, kau harus tahu sudahh lama sekali Ace," katanya sambil berdiri.

"Sudah kubilang namaku sekarang Ansell! Aku tidak terbiasa dengan nama itu!" kataku sambil ikut berdiri. Kemudian kami berpelukan menutupi rasa rindu terhadap sesama kembaran. Kau tahulah kembaran bagaimana kalau dipisahkan? Akhirnya kami duduk kembali.

"Jadi coba jelaskan semuanya," kataku

"Sebentar, kau tahu, ayah dan ibu masih ada dan mereka tinggal bersamaku," kata Avery.

"Benarkah? Tapi aku masih belum siap bertemu dengan mereka, aku bingung, kenapa mereka menaruhku di panti asuhan," tanyaku sambil memasang muka heran.

"Aku jelaskan semuanya, tapi kau jangan marah dan kaget, mungkin kau akan kaget sekali, bahkan sangat kaget," kata Avery.

"Sudahlah mulai saja," kataku.


*Back to Past*

*AVERY POV

Setelah Ace meninggal, aku bahkan tidak tahu harus berbuat apa. Aku seperti kehilangan separuh dari diriku. Muka kami mirip sekali walaupun tidak identik. Tidak bisa ku bayangkan kami lahir bersama, main bersama, tidur bersama, dan sekarang? Bahkan sebenarnya aku belum menerima kepergian Ace.


Orang tuaku juga memiliki perasaan yang sama sepertiku. Kami hanyalah 2 bersaudara. Mereka tidak menyangka anak kembar laki dengan perempuan yang mungkin diidam-idam kan kebanyakan orang, harus hilang salah satunya. Mereka masih bersyukur masih memiliki ku. Tapi tetap saja rasa sakitnya tidak berkurang. Aku mencoba menenangkan mereka setelah kejadian itu. Ibulah yang paling histeris dibandingkan ayah. Tapi usahaku sia-sia.


Setelah 2 hari berlalu, ibu tetap menangisi kepergian anak tersayangnya itu. Ibu bahkan terus mencari tahu cara untuk mengembalikan Ace ke dunia lagi. Sampai beberapa hari kemudian, ibu menemukan seorang dokter yang dapat mengembalikan Ace. Awalnya aku tidak percaya sama sekali. Bahkan aku sempat berfikir bahwa itu tidak sangat masuk akal.

-

-

-

-

-

-

-

PART 16 IS HERE GUYSSS!!!

COMMENT DAN VOTE KALIAN SANGAT BERARTI UNTUKKU

FOLLOW JANGAN LUPA YA


DAN KALAU ADA KESALAHAN KATA ATAU KALIMAT, KALIAN BISA COMMENT DI BAWAH INI!!

HAPPY READING EVERYONE \^O^/ \^o^/

My Ability Kills MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang