3. Bertemu Kembali

928 107 23
                                    

     Alesha menghempaskan tubuhnya ke kasur. Ia sangat merasa lelah hari ini. Lebih-lebih merasa lelah dari hari-hari kemarin. Alesha harus pulang terlambat sekarang. Sudah saat pagi ia sampai di sekolah dengan kesiangan, sampai rumah pun kini kemalaman.

     Alesha terpaksa pulang dengan ojek hari ini, di tinggalkannya mobil yang penyok di bengkel. Agar saat sampai rumah mobil itu kembali bersinar, tak penyok lagi.

     Baru beberapa detik Alesha memejamkan matanya, sebelum rasa lengket keringat menyerang seluruh tubuhnya. Matanya kembali terbuka. Dikumpulkannya energi untuk bangkit, dan segera bergegas ke kamar mandi.

     Setelah membersihkan diri. Alesha langsung menuju kepintu kamar disebelah kamarnya. Ia buka sedikit pintunya, dan melongokkan sedikit kepala kedalamnya. Terlihat seseorang sedang bergulat dengan laptopnya.

     "Bang Alvin, besok gue berangkat sekolah bareng lo yaa?" Alesha membuka suaranya saat sudah berada di hadapan lelaki yang di panggilnya 'Bang Alvin' tadi.

     Lelaki yang sudah hampir 5 tahun ini menjadi lelaki dewasa yang berperan menjadi sosok Ayah dan Ibu bagi Alesha. Semenjak Alvin memutuskan untuk pisah rumah dengan Om dan tantenya yang sudah mengurusnya selama 10 tahun. Lelaki berkepala dua ini berpikir bahwa dirinya sudah cukup mampu untuk membiayai dan memenuhi kebutuhan mereka berdua. Pikiran Alvin benar, dengan Alesha yang tidak pernah merasa kekurangan sedikitpun. j
Justru ia merasa segalanya telah lebih dari kata cukup.

     Dengan cepat Alvin menggelengkan kepalanya. "Ngga! Bisa-bisa gue ke kantor kesiangan lagi kalo bareng lo." jawabnya cepat. Alesha mengerucutkan bibir mendengar jawabannya.

     "Sekali aja sih Bang, please..." Alesha kembali merajuk.

     "Sekali sekali, dari dulu lo berangkat bareng siapa coba? Lagiankan lo udah ada mobil Al, masih aja minta di anter gue. Emang mobil kemana?" cerocos Alvin, yang membuat Alesha gugup saat Kakaknya itu membahas mobilnya.

     Curiga dengan gerak-gerik Alesha, Alvin memicingkan kedua matanya. "Lo kenapa Al? Mobil lo ngga kenapa-napa kan?" tanya Alvin tepat sasaran, yang membuat Alesha semakin gugup setengah mati.

     "Nggg.. itu.. anu.. umm.. anu.." Alesha benar-benar bingung harus menjelaskannya bagaimana pada Alvin. Cewek itu memutarkan bola matanya kesegala arah, kecuali Alvin. Membuat Alvin semakin curiga.

    "Bang ayolah bareng gue ke sekolah, janji deh bener besok ngga bakal kesiangan. Serius Bang, gue janji. Ayolah Bang.. Bang Alvin ganteng deh..." Rayu Alesha tiba-tiba sambil memeluk tubuh Alvin sekencang-kencangnya, berniat mengalihkan pembicaraan. Alesha sengaja melakukan itu, agar Alvin lupa untuk menanyai tentang mobilnya yang penyok. Alesha tahu, Kakaknya ini tipekal orang yang super bawel seperti dirinya. Ia akan mengomel sepanjang malam jika mengetahui bagaimana keadaan mobil Alesha, di tambah pemotongan uang jajan selama berbulan-bulan.

     Pernah waktu itu Alesha yang baru bisa menyetir mobil, membuat mobil barunya itu harus langsung masuk bengkel hanya karena Alesha yang tak sengaja memasukkan mobilnya ke selokan di dekat lapangan basket komplek rumahnya. Alvin benar-benar menceramahinya sepanjang malam, sampai-sampai membuat Alesha menggantikan waktu tidurnya di kelas dari awal pelajaran hingga bel pulang sekolah. Maka dari itu dia akan menyembunyikan masalah ini dari Alvin, dan dengan terpaksa ia harus merelakan setengah dari uang tabungannya untuk membayar biaya bengkel. Lebih rugi banyak lagi jika uang sakunya di potong dengan sadis oleh Kakaknya berbulan-bulan.

    "Apa-apaan sih Al. Lepasin ngga? Lepasin Al.." ujar Alvin sambil meronta-ronta agar dilepaskan tubuhnya dari pelukan maut Alesha.

    "Bilang dulu kalo besok berangkat bareng gue, nanti dilepasin deh. Kalo ngga mau, yaa ngga bakal gue lepas-lepas. Emmmhh Bang Alvinku tersayang.." Alesha semakin mempererat pelukannya, kali ini ditambah dengan kissing sepenuh hati di pipi Alvin, gemas.

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang