Alesha mengerjapkan matanya. Ia meringis saat merasakan kepalanya yang sedikit sakit, mungkin efek terlalu lama menangis di taman tadi. Juga matanya yang Alesha rasa sedikit bengkak, seperti habis di pipisin kecoa.
Meraba kasur untuk mencari ponselnya, namun tidak ketemu. Alesha bangun, setengah duduk, dan menengok ke arah meja kecil disamping tempat tidurnya, namun tidak ada juga barang persegi panjang dengan case merah maroonnya.
"Hp gue mana ya?" gumam Alesha kepada dirinya sendiri. Ia mengerutkan alisnya, mencoba mengingat dimana terakhir kali ia meletakkan ponselnya.
Ah, Alesha ingat meninggalkan ponselnya di meja dapur, saat tadi subuh ingin berangkat jogging, dia sempat ke dapur terlebih dulu untuk minum. Yang awalnya ia berniat membawa benda itu untuk sekadar berfoto saat lari, tapi justru benda itu malah tertinggal.
Perlahan cewek itu turun dari tempat tidurnya, dan beranjak untuk keluar kamar menuju ke dapur di lantai bawah.
Sesekali masih terdengar senggukan sisa tangis Alesha saat tadi. Alesha melihat ponselnya yang tergeletak diatas meja dapur, namun ia hiraukan karena lebih memilih menghampiri kulkas di pojok dapur. Mengambil gelas di rak, Alesha tuangkan air putih dari botol sampai penuh, dan meneguknya hingga tandas. Alesha haus dulu.
Saat meletakkan gelasnya di meja, ponsel Alesha berkedip lalu bergetar dan mengeluarkan nada dering, menandakan ada panggilan masuk. Matanya menyipit ketika melihat sang penelpon; (Reno)
"Halo?" sapa Alesha.
"Lo ngga kenapa-napa?" sahut Reno langsung di ujung sana.
Alesha mengernyit. "Maksudnya?"
"Dari tadi lo gue telponin ngga di angkat-angkat, yaudah gue telpon Bang Alvin aja, terus katanya lo kecapekan tadi subuh, jadi molor lagi, ngga bangun-bangun."
Ingatan Alesha memutar lagi pada kejadian subuh tadi, ketika dirinya dan Nata sedang jogging di taman perumahan. Tapi Alesha mengerjap saat dirinya tersadar dengan tiga kata terakhir Reno, ngga bangun-bangun.
"Ish, mati dong gue kalo gitu."
"Hah?"
"Katanya gue ngga bangun-bangun."
"Kata Bang Alvin begitu."
Alesha mencebik kesal. "Belum bangun, Ren, bukannya ngga bangun-bangun."
Sebelum berkata Reno terkekeh. "Yaudah, jadi," ia menggantungkan ucapannya. "Lo kecapekan habis ngapain tadi subuh? Nguras kamar mandi?"
Sebal, Alesha memutarkan bola matanya. "Habis jogging gue."
Reno baru ingat, kalau Nata sepertinya semalam menginap di rumah perempuan itu, lalu ia bertanya untuk memastikan. "Sama?"
"Nata."
Terjadi hening yang cukup lama, sebelum akhirnya Reno kembali bersuara. "Gue kerumah lo ya, mau main kemana hari ini? Lo mau gue bawain apa?"
"Hmm," Alesha berpikir sebentar. "Kayaknya hari ini gue mau istirahat dulu, Ren," ucapnya menolak ajakan Reno secara halus. "Sekalian mau nenangin pikiran dulu." lanjut Alesha dalam hati.
"Oh gitu, oke deh." tersirat sedikit nada kekecewaan dalam suara Reno, ia berikir sesuatu yang tidak-tidak antara Alesha dengan Nata.Alesha hanya mengangguk mengiyakan, walaupun dia tahu kalau Reno pasti tidak akan bisa melihatnya. Lalu di detik berikutnya ia akhiri panggilan tersebut, dan mengantongi ponselnya di saku celana trainingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA
Teen FictionIni bukanlah kisah tentang benci yang berubah jadi cinta, bukan juga kisah tentang seseorang yang diam-diam mencinta, ataupun kisah tentang persahabatan yang di dalamnya terdapat sebuah rasa. Ini adalah kisah tentang bagaimana cara menyembuhkan luka...