9. Takut Kehilangan

444 57 10
                                    

     Setelah selesai memasukan buku-bukunya ke dalam tas, Azka memperhatikan Alesha yang masih sibuk menyalin materi Sosiologi di papan tulis ke buku tulis bersampul cokelatnya.

     Azka menyipitkan matanya, "lelet banget sih."

     "Pak Regardnya aja yang nulisnya kebanyakan." sahut Alesha asal.

     Mendengar jawaban Alesha, Azka langsung memutarkan kepalanya memperhatikan isi kelas.

     Sudah sepi.

     Hampir semua murid sudah pulang, hanya tersisa lima orang yang juga masih sibuk mencatat, termasuk Alesha, juga Reno.

     Ah, Reno. Pikir Azka seperti teringat sesuatu.

     "Al," panggil Azka pelan, yang juga di sahuti gumaman pelan oleh Alesha.

     Alesha masih terlalu sibuk menulis catatannya, untuk fokus mengobrol bersama Azka.

     "Eum,." ucapan Azka menggantung, ia berpikir kembali. Apakah membahas Reno tidak akan membuat cewek di sebelahnya merasa terganggu?

     "Kenapa?" tanya Alesha yang sudah selesai menuliskan tanda baca titik di akhir catatannya. Selanjutnya yang di lakukan Alesha adalah membereskan buku-bukunya yang berceceran di meja ke dalam tas.

     "Tadi kenapa, Ka?" tanya Alesha lagi, menoleh pada Azka. Setelah mejanya di rasa sudah rapih dan ia siap untuk pulang.

     Sebelum Azka membuka mulutnya untuk menjawab, Reno sudah berdiri tepat di sebelah mejanya.

     "Ayo, Al." ujar Reno langsung, sambil menyampirkan tasnya di pundak sebelah kanannya.

     Mengalihkan pandangannya ke arah Alesha dengan alis terangkat, Azka meminta penjelasan. Terlebih saat mendengar ucapan yang keluar dari mulut Reno dengan santainya, seperti tak pernah ada sesuatu yang terjadi sebelumnya.

     Melihat kebingungan yang terpancar jelas dari wajah Azka. Reno mengangkat kedua alisnya, dan menoyor kepala Azka sebelum berdecak. "Kepo, lo."

     "Siapa juga yang kepo." elak Azka sebal. Mengusap bekas toyoran tak beralasan dari Reno, sambil membuang pandangannya ke papan tulis. Membuat Reno terkekeh.

     "Muka lo," sahut Reno. "Udah kaya kucing yang di buang sama majikannya tau ngga." ledek Reno, mengingat wajah Azka yang bingung persis seperti yang dirinya katakan barusan.

     "Anjir lo," umpat Azka. Cewek itu mengambil gumpalan kertas yang ada di atas mejanya, dan di lemparkannya pada Reno.

     Dengan tangkas Reno menangkapnya, "Apaan nih, oh surat cinta buat Edo --WAHH BUAT EDO." teriak Reno heboh, Azka melebarkan matanya.

     Memang, semalam Alesha dan Reno memutuskan untuk masuk kembali ke dalam kafe, dan mengobrol juga memesan makanan. Alesha dan Reno banyak bercerita. Semua tentang bagaimana keadaan yang tak lagi sama saat mereka tak lagi bersama.

     Alesha juga menceritakan bagaimana teman-teman barunya di SMA, yaitu Raka dan Edo, juga bagaimana Edo yang selalu bertengkar dengan Azka, membuat keduanya sering di jodohkan satu sama lain.

     Waktu sudah menunjukan hampir tengah malam, pengunjung dalam kafe pun sudah sangat sepi. Terpaksa, puas tidak puas mereka harus pulang.

     Sebelum terpisah di parkiran --karena Alesha dan Reno yang membawa mobilnya masing-masing. Reno mengatakan kalau pulang sekolah nanti Reno ingin mengajaknya jalan-jalan sebentar.

     "Anjir, ngga ada sih ya, itu coret-coretan mtk sih, woo." sorak Azka kesal, membuat ingatan Alesha tentang kejadian semalam buyar seketika.

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang